Rabu, 29 Juli 2009

FENOMENA RADIO DAKWAH






Islam adalah agama dakwah. Agama yang mengajak dan memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap manusia Muslim, yaitu sebagai penerus risalah Nabi Muhammad SAW, untuk menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah, jalan keselamatan dunia akherat.


Untuk menunjang keberhasilan dakwah islamiyah ini, diperlukan adanya sarana dan pra sarana, baik dalam bentuk metode maupun alat yang dipakai untuk berdakwah. Seiring dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dakwah islamiyah pun menuai angin segar daripadanya. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah dalam menyebarluaskan ajaran Islam.



Salah satunya adalah pesawat radio. Media elektronik ini dapat digunakan sebagai sarana dalam berdakwah, karena keunikan yang dimiliki oleh media tersebut, selain simple, dan dapat didengar oleh seluruh lapisan masyarakat. Pesawat Radio memungkinkan pula penyebaran informasi dapat diakses secara cepat dan menjangkau komunikan yang jauh dan tersebar luas.



Belakangan, dakwah islam via radio selah-olah telah menjadi trend tersendiri. Meskipun sebenarnya sudah sejak dahulu para aktivis dakwah islam merintisnya. Sebut saja radio ABC Solo. Radio ini telah didirikan pada tahun 1969 dengan nama Radio Dakwa Islamiyah ABC (Al Irsyad Broadcasting Commission). Bersamaan itu pula didirikan Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS). Beberapa tahun kemudian (sekitar tahun 1975) dua radio ini dilarang mengangkasa oleh pemerintah, karena terus-menerus memompakan semangat Islam dan gencar mengritik pemerintah secara tajam.



Sekuat apapun usaha manusia untuk menghalangi pancaran cahaya Allah, mereka tetap terkalahkan. Karena Allah senantiasa menyepurnakan cahayanya. Meski radio dakwah dilarang, tetapi dakwah lewat radio tetap berjalan lewat program siraman rohani, kuliah shubuh, mimbar Islam, dan sebagainya yang dapat kita dengarkan dari siaran radio-radio baik swasta maupun milik pemerintah.



Dunia radio atau broadcast memang lebih didominasi oleh informasi/berita (news) dan hiburan (entertainmen). Sedangkan bidang bidang-bidang yang lain merupakan nomor yang kesekian dari program yang disiarkan. Apalagi program dakwah islam, selalu dipinggirkan dan dianaktirikan. Kenyataannya program dakwah biasanya disiarkan di pagihari ketika orang belum bangun, atau malam hari ketika orang sudah tidur.



Ironisnya, radio sebagai bagian dari media massa, sebagaimana media-media lainnya terus-menerus membuat kesan bahwa Islam adalah ajaran yang angker. Tak diragukan lagi, nampaknya upaya ini ditopang oleh media-media massa Barat secara kolektif. Media-media barat dapat dikatakan sebagai eksekutor konspirasi Islamphobia. Hal ini lah yang membuat kalangan budaya dan media-media massa dunia Islam mulai gencar mereaksi propaganda Barat yang menyudutkan Islam. Terkait hal ini, di Tunisia pernah digelar konferensi yang mengangkat topik, Tugas Kolektif Media-Media Massa dan Teknologi Informasi dalam Meluruskan Informasi Islam, pada tanggal 5 hingga 7 Mei 2008. Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) sebagai penyelenggara konferensi tersebut, berupaya menentukan visi bersama di kalangan media-media massa dunia Islam, dalam rangka menghadapi segala bentuk Islamphobia yang dikembangkan oleh Barat.



Di Barat, khususnya di AS dan negara-negara Eropa, berbagai media massa dimanfaatkan untuk menghantam ajaran Islam. Beberapa film bioskop dan televisi yang menghina Islam, telah ditayangkan. Lebih dari itu, berita-berita minor sedemikian rupa dikemas media-media massa Barat untuk menggambarkan penganut ajaran Islam yang radikal dan terbelakang. Hal itu dapat dilihat dari pemberitaan minor dan penyimpangan fakta yang terjadi di Palestina, Irak dan Afghanistan. Media-media Barat dari koran, radio hingga televisi, secara kompak mempropagandakan anti Islam melalui artikel dan karikatur-karikatur yang mendiskreditkan agama ini.



Dari konferensi ini, dapat diungkap dan dikaji segala potensi yang dimiliki oleh dunia Islam untuk menghadapi berbagai sikap sentimen Barat atas Islam. Salah satu misi utama media-media Islam yang ditekankan adalah menjawab segala tudingan yang tak berdasar dan mencerminkan hakekat Islam yang tertuang dalam doktrinasi-doktrinasi agama ini.



Kini, ummat Islam sangat menyadari bahwa media dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk menghadapi propaganda anti Islam. Melalui media, ummat Islam juga dapat meng-counter isu-isu minor yang memojokkan agama ini. Dengan demikian, ummat Islam menggunakan senjata yang juga digunakan oleh Barat dalam menyerang Islam, yaitu media.



Alhamdulillah, di Solo sudah ada beberapa radio dakwah yang selalu istiqomah dengan keterbatasannya. Sebagaimana di depan sudah penulis sebutkan yaitu Radio ABC singkatan dari Al Irsyad Broadcasting Commision (sekarang berubah menjadi Radio Angkasa Bahana Citra). Radio ini dirintis oleh Ustadz Abdullah Sungkar, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, dkk.



Sekitar tahun 1997, berdiri Hizbullah FM yang diprakarsai oleh pemuda Islam Surakarta. Kemudian MQ FM Solo, radio ini merupakan cabang dari MQ FM Bandung milik da’i kondang KH Abdullah Gymnastiar. Kemudian Beberapa radio kajian salafy seperti Radio Darussalaf (yang dipancarkan dari Masjid Ibnu Taimiyah Cemani, Grogol, Sukoharjo), radio Suara Qur’an (yang dipancarkan dari PP Al Ukhuwah Sukoharjo), Radio PP Imam Bukhori (Gondangrejo Karanganyar), dll.



Dari kelompok lain lagi, Radio NK FM (Jagadnya Radio Solo, dari Kota Karanganyar), Al Hidayah FM (dari MKQ Al Hidayah Solo Baru), dll.

Radio MTA FM adalah fenomena tersendiri. Radio ini merupakan corong dakwah Islam yang diselenggarakan oleh Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta yang diasuh oleh Al Ustadz KH Ahmad Sukino. Sejak pertama kali mengudara dari awal tahun 2007, keberadaan radio MTA FM ternyata mampu menarik para pendengar untuk setia mendengarkan radio MTA FM. Format siaran yang dikemas dalam nuansa dakwah dirasa mampu menarik minat para pendengar yang haus akan syari’at islam yang sesuai dengan al-Qur’an maupun Assunnah.

Siaran radio MTA FM menjangkau wilayah yang cukup luas. Dari wilayah eks karisedenan Surakarta seperti Kabupaten Boyolali, Sragen, Karanganyar, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo dan Kodya Surakarta sampai sebagian wilayah Semarang selatan, gunung kidul, Pacitan, Bojonegoro, Ponorogo, Ngawi, Blora, Purwadadi, Cepu, Rembang dan Tuban. Bahkan sampai sekarang sudah menjamah luar negeri, tentu saja pencapaian wilayah jangkauan (coverage area) ini hanya bisa ditembus melalui internet.

Seiring berjalannya waktu, radio MTA FM berusaha menyajikan informasi maupun hiburan bagi para pendengar. Informasi yang dihadirkan berupa pendidikan, ekonomi dan bisnis, kesehatan, teknologi sampai pertanian. Informasi yang disajikan ini dikemas dalam bentuk news maupun talk show. Kegiatan pengajian yang rutin diadakan setiap hari ahad mulai jam 07.00 WIB sampai dengan selesai ini mampu menyedot pendengar setia dan pengunjung pengajian yang mencapai jumlah 6.000 orang setiap minggunya.

Namun perjalanan dakwah Radio MTA Fm tidak semulus itu. Radio ini pernah "disemprit" Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah (Jateng) karena dinilai meresahkan dan menyinggung sebagian kelompok umat Islam. Misalnya, ustadz Ahmad Sukino sering menyebutkan tentang tidak perlunya peringatan bagi orang yang telah meninggal pada hari ketiga, ketujuh, sampai peringatan 1.000 hari. Padahal, umat Islam dari golongan tertentu telah lazim melakukan peringatan tersebut, terutama kaum Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, daripada nantinya menimbulkan dampak yang tidak baik, maka pihaknya memberikan teguran. Bahkan KPID Jateng menilai materi siaran radio MTA tersebut melanggar peraturan KPI Nomor 2/2007 dan Nomor 3/2007 tentang pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran. Anehnya, meski sudah disemprit KPID Jateng, dakwah Islam yang disiarkan melalui radio MTA FM terus membahana di udara.

Terakhir Radio Dakwah Syariah (RDS FM) yang bermarkas di Solo Utara. Nampaknya radio ini merupakan reinkarnasi dari Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS) di tahun 1970-an. Karena keberadaannya didukung oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang senantiasa menyerukan tegaknya syariah Islam di bumi ini.

Dengan adanya fenomena ini, hendaknya pemerintah, para alim ulama, kaum muslimin dan masyarakat umumnya peka untuk senantiasa bekerja sama dalam rangka membina kehidupan beragama khususnya umat islam bersama radio-radio dakwah yang ada, dan menjadikannya sebagai mitra dalam bekerja sama membangun manusia Indonesia seutuhnya. Perbedaan paham diantara sesama radio dakwah yang cenderung mengarah kepada disintegrasi hendaknya diminimalisir, dengan mengadakan forum radio dakwah untuk berdialog menemukan titik temu kebersamaan. Namun jika hal ini tidak dapat dicapai minimal saling menghormati dan saling menjaga agar apa yang didakwahkan melalui radio tidak menimbulkan konflik. Pemerintah hendaknya juga memberikan batasan-batasan yang jelas tentang kode etik penyiaran bagi radio dakwah agar bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Jangan sampai keberadaannya diberangus, sehingga justru akan menuai protes keras dari umat Islam “Lha wong radio komersil dan hiburan aja boleh kok, mosok radio dakwah nggak boleh ?”



Tri Harmoyo

- Praktisi Dakwah

- Pemerhati Masalah Sosial, Budaya dan Agama

berdomisili di Surakarta