Rabu, 18 Februari 2009

SEKILAS TENTANG YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL-QUR’AN (MTA)


SEKILAS TENTANG

YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL-QUR’AN (MTA)

Oleh: Sekretariat MTA

A. Pendirian dan tujuan

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tangal 19 September 1972 dengan tujuan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA.

B. Latar belakang

Pendirian MTA dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada akhir dekade 60 dan awal dekade70. Sampai pada waktu itu, ummat Islam yang telah berjuang sejak zaman Belanda untuk melakukan emansipasi, baik secara politik, ekonomi, maupun kultural, justru semakin terpinggirkan. Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya, melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia yang semacam itu tidak lain karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an. Oleh karena itu, sesuai dengan sabda Nabi s.a.w. bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an, Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasi apabila umat Islam mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA sebagai rintisan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an.

C. Bentuk badan hukum

MTA tidak dikehendaki menjadi lembaga yang illegal, tidak dikehendaki menjadi ormas/orpol tersendiri di tengah-tengah ormas-ormas dan orpol-orpol Islam lain yang telah ada, dan tidak dikehendaki pula menjadi onderbouw ormas-ormas atau orpol-orpol lain. Untuk memenuhi keinginan ini, bentuk badan hukum yang dipilih adalah yayasan. Pada tanggal 23 Januari tahun 1974, MTA resmi menjadi yayasan dengan akta notaris R. Soegondo Notodiroerjo.

D. Struktur lembaga

Kini MTA telah berkembang ke kota-kota dan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Pada awalnya, setelah mendirikan MTA di Surakarta, Ustadz Abdullah Thufail Saputra membuka cabang di beberapa kecamatan di sekitar Surakarta, yaitu di kecamatan Nogosari (di Ketitang), Kabupaten Boyolali, di Kecamatan Polan Harjo, Kabupaten Klaten, di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dan di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Selanjutnya, perkembangan pada umumnya terjadi karena siswa-siswa MTA yang mengaji baik di MTA Pusat mau pun di cabang-cabang tersebut di daerahnya masing-masing, atau di tempatnya merantau di kota-kota besar, membentuk kelompok-kelompok pengajian. Setelah menjadi besar, kelompok-kelompok pengajian itu mengajukan permohonan ke MTA Pusat agar dikirim guru pengajar (yang tidak lain dari siswa-siswa senior) sehingga kelompok-kelompok pengajian itu pun menjadi cabang-cabang MTA yang baru. Dengan cara itu, dari tahun ke tahun tumbuh cabang-cabang baru sehingga ketika di sebuah kabupaten sudah tumbuh lebih dari satu cabang dan diperlukan koordinasi dibentuklah perwakilan yang mengkoordinir cabang-cabang tersebut dan bertanggungjawab membina kelompok-kelompok baru sehingga menjadi cabang. Kini, apabila kelompok pengajian ini merupakan kelompok pengajian yang pertama-tama tumbuh di sebuah kabupaten kelompok pengajian ini langsung diresmikan sebagai perwakilan. Demikianlah, cabang-cabang dan perwakilan-perwakilan baru tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sehingga MTA memperoleh strukturnya seperti sekarang ini, yaitu MTA pusat, berkedudukan di Surakarta; MTA perwakilan, di daerah tingkat dua; dan MTA cabang di tingkat kecamatan (kecuali di DIY, perwakilan berada di tingkat propinsi dan cabang berada di tingkat kabupaten).

E. Kegiatan

1. Pengajian

a. Pengajian khusus

Sesuai dengan tujuan pendirian MTA, yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di MTA berupa pengkajian Al-Qur’an. Pengkajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengjian khusus dan pengajian umum. Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat. Di perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga serta beaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat diselenggarakan lebih dari satu minggu sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu semester sekali. Perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu-sekali sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui telpun.

Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang laim, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi. Kitab tafsir yang sekarang sedang dikaji antara lain adalah kitab tafsir oleh Ibn Katsir yang sudah ada terjemahannya dan kitab tafsir oleh Ibn Abas. Kajjian terhadap kitab tafsir oleh Ibn Abas dilakukan khusus oleh siswa-siswa MTA yang kemampuan bahasa Arabnya telah memadai.

Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar menyajikan meteri yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah, kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalah-masalah aktual sehari-hari. Dengan demikian, meskipun materi pokok dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an, tidak berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui oleh siswa. Disamping itu, pengkajian tafsir Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau tidak mau harus merujuk Hadits.

Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat dihayati dan selanjutnya diamalkan.

b. Pengajian umum

Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat yang diselenggarakn satu minggu sekali pada hari Minggu pagi.

2. Pendidikan

Pengamalan Al-Qur’an membawa ke pembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan anggota. Salah satu kegiatan terlembaga yang dibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di samping pengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupun non-formal.

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal yang telah diselenggarakan terdiri atas TK, SLTP. dan SMU. SLTP dan SMU baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat. SLTP diselenggarakan di Gemolong, Kabupaten Sragen, dan SMU diselenggerakan di Surakarta. Tujuan dari penyelenggaraan SLTP dan SMU MTA ini adalah untuk menyiapkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, di samping memperoleh pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Depdiknas, siswa-siswa SLTP dan SMU MTA juga memperoleh pelajaraan diniyah.

Di samping diberi pelajaran diniyah, untuk mencapai tujuan tersebut siswa SLTP dan SMU MTA juga perlu diberi bimbingan dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SLTP dan SMU MTA yang memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yang disediakan oleh sekolah. Dengan tinggal di asarama yang dikelola oleh sekolah dan yayasan, siswa SLTP dan SMU MTA dapat dibimbing dan diawasi agar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik.

Alhamdulillah, sampai pada saat ini, baik SLTP maupun SMU MTA berhasil meraih prestasi akademis yang cukup menggembirakan. Oleh karena prestasinya itu, SMU MTA masuk ke dalam daftar lima puluh SMU Islam unggulan se Indonesia. Di samping itu, siswa-siswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan oleh remaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimal mungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya.

b. Pendidikan non-formal

Pendidikan non-formal juga baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat¸ kecuali kursus bahasa Arab yang telah dapat diselenggarakan oleh sebagian perwakilan dan cabang. Selain kursus bahasa Arab, pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh MTA Pusat antara lain adalah kursus otomotif dengan bekerjasama dengan BLK Kota Surakarta, kursus menjahit bagi siswi-siswi putri, dan bimbingan belajar bagi siswa-siswa SLTP dan SMU. Disamping itu, berbagai kursus insidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursus kepenulisan dan kewartawanan.

3. Kegiatan sosial

Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk warga MTA sendiri, melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya. Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amal sosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donor darah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunan berupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa mushibah, dan lain sebagainya.

Donor darah, begitu juga kerja bakti bersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pun di perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baik pusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTA memiliki tidak kurang dari lima ribu pedonor tetap yang setiap saat dapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperoleh darah dari keluarganya atau dari yang lainnya.

4. Ekonomi

Kehidupan bersama di MTA juga menuntut adanya kerja sama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTA diselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengan simpan-pinjam ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untuk mengembangkan kehidupan ekonominya. Di samping itu, siswa atau warga MTA biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ekonomi. Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilan tertentu kepada siswa warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerja sendiri.

5. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, dilakukan rintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakan secara Islami. Kini baru MTA Pusat yang telah dapat menyelenggarakan pelyanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin. Di samping itu, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada siswa atau warga MTA di bentuk kader-kader kesehatan dari perwakilan dan cabang-cabang yang secara periodik mengadakan pertemuan.

6. Penerbitan, komunikasi, dan informasi

Penerbitan, komunikasi, dan informasi merupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakan sendi-sendi globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini, meskipun yang dapat dikerjakan baru ala kadarnya. Dalam bidang penerbitan, sesungguhnya MTA telah memiliki majalah bulanan yang sudah terbit sejak tahun 1974 dan telah memiliki STT sejak tahun 1977. Namun, hingga kini belum tampak adanya perkembangan yang menggermbirkan dari majalah yang diberi nama Respon ini. Di samping Respon, MTA juga telah menerbitkan berbagai buku keagamaan. Dalam bidang informasi, MTA telah mempunyai web. site dengan alamat: http://www.mta-online.com dengan alamat E-mail : humas_mta@yahoo.com

F. Sumber dana

Banyak yang bertanya-tanya dengan heran, dari mana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya? Isu yang pernah berkembang di masyarakat adalah bahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan bahwa MTA memperoleh dana dari orpol tertentu. Sesungguhnya, apabila umat Islam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacam itu tidak perlu muncul. Bahwa jihad merupakan salah satu sendi keimanan tidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa jihad merupakan rukun Islam yang ke enam. Akan tetapi bahwa sesungguhnya jihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus, kurang dihayati; biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyak dikerjakan. Apabila jihad bi anwal dihayatai dengan baik dan diamalkan, umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membeayai kegiatan-kegiatannya. MTA membeayai seluruh kegiatannya sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi anwal, karena memang demikianlah yang diconthkan oleh Nabi dan para sahabatnya.

G. Rintangan dan dorongan

Dalam perjalanannya semenjak berdiri hingga kini, MTA banyak mengalami rintangan. Rintangan paling banyak diperoleh justru dari umat Islam sendiri. Ketika siswa/warga MTA mengamalkan pengetahuannya tentang amal-amal yang telah banyak ditinggalkan oleh umat Islam atau meninggalkan amal-amal yang telah biasa dikerjakan oleh umat Islam tetapi sesungguhnya laisa minal Islam, siswa/warga MTA sering dituduh membawa agama baru. Ketika siswa/warga MTA melaksanakan sholat jamak-qosor saja karena sedang dalam keadaan safar sudah mendapat tuduhan membawa agama baru, padahal kebolehan sholat jamak-qosor bagi musafir sudah merupakan pengetahuan populer di kalangan umat Islam. Akan tetapi, karena kebolehan sholat jamak-qosor tidak pernah dilakansakan, ketika siswa/warga MTA melaksanakannya dituduh membawa agama baru. Rintangan semacam ini memang telah diramalkan oleh Nabi akan dihadapi oleh orang-orang yang mengikuti sunnahnya, “awalnya Islam itu asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya”.

Di samping rintangan yang tidak sedikit, tentu ada juga hal-hal yang menimbulkan dorongan. Yang paling menimbulkan dorongan adalah bahwa ketika Al-Qur’an diamalkan dengan sungguh-sungguh, dengan tiada disertai keraguan sediktpun, ternyata membuahkan hasil yang sering sangat mengherankan dan sama sekali di luar dugaan. Ketika benih yang ditabur jatuh di tanah yang subur, benih tersebut tumbuh menjadi tumbuhan yang subur pula. Melihat benih yang kecil yang lemah dan tak berdaya dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang besar, rindang, dan menjulang tinggi, timbullah keheranan dan keharuan dalam hati. Inilah yang menjadikan segala rintangan yang datang tampak tak berarti. Maha Agung Allah dengan segala janji-janji-Nya.

Susunan Pengurus

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an Surakarta

Ketua Umum

:

Drs. Ahmad Sukina

Ketua I

:

Suharto Sag.

Ketua II

:

Dahlan Harjotaroeno

Sekretaris I

:

Drs. Yoyok Mugiyatno, MSi

Sekretaris II

:

Drs. Medi

Bendahara I

:

Mansyur Masyhuri

Bendahara II

:

Sri Sadono

Mensyukuri 35 Tahun Perjalanan Dakwah Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA)


Mensyukuri 35 Tahun Perjalanan Dakwah
Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA)
Disampaikan oleh:
Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina

Materi Untuk Nafar*) Ramadhan 1428 H
Yang diselenggarakan MTA Pusat

[Ramadhan 1428H/2007M]

Catatan :
Nafar adalah kegiatan silaturahim antar warga MTA yang dilaksanakan di cabang2 MTA seluruh Nusantara. Pertama peserta yang akan mengikuti nafar daftar di MTA Pusat. Setelah berkumpul kemudian diberi wejangan atau taushiyah dari ustadz sukina selaku pimpinan. Juga dari Pemerintah /Walikota, dari aparat Kepolisian, dan dari para Ulama. Dulu Waktu saya masih SMA yg taushiyah Almarhum KH Ali Darokah, pengasuh ponpes Jamsaren.
Kemdian peserta nafar di bagi per kelompok dengan asal cabang yg berbeda-beda dan ditempatkan di suatu cabang MTA. Dengan demikian sesama warga dapat saling ta’aruf, mulai dari diri pribadi sampai studi banding tentang kepengurusan MTA. Di tempat nafar selama 3 hari dengan kegiatan pengajian, tadarus, sholat tarawih, dll. Kemudian sowan kepada para ulama di sekitar MTA

Mensyukuri 35 Tahun Perjalanan Dakwah
Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA)


I. Pendahuluan

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tanggal 19 September 1972.
Pendirian MTA dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada akhir dekade 60 dan awal dekade 70-an. Sampai pada waktu itu, ummat Islam yang telah berjuang sejak zaman Belanda untuk melakukan emansipasi, baik secara politik, ekonomi, maupun kultural, justru semakin terpinggirkan. Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya, melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia yang semacam itu tidak lain karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an. Oleh karena itu, sesuai dengan ucapan seorang ulama bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an, Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasi di segala bidang apabila umat Islam Indonesia mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA.
Tujuan didirikannya MTA adalah untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA.
Pada usia yang ke-35 tahun ini, MTA yang berpusat di Surakarta sudah memiliki 157 Cabang dan Perwakilan yang tersebar di bumi Indonesia ini, dari pelosok-pelosok desa sampai di kota-kota besar, dibeberapa propinsi, yang paling barat adalah Medan Sumatera Utara, tepatnya di Jl. Perhubungan no.17, Laut Dendang, Deli Serdang, dan di Kodya Binjai, dan di kota besar Medan. Sedangkan yang paling timur adalah di propinsi NTB, tepatnya di Jl. Batanghari, Tanjungkarang, Ampean, Mataram. Alhamdulillah sampai tahun 2007 ini MTA sudah mempunyai ribuan satgas yang siap sebagai sukarelawan untuk amal kemanusiaan.
Kenikmatan lain yang diberikan Allah kepada kita adalah diijinkan-Nya MTA untuk menyelenggarakan pendidikan formal dimulai dari SMA MTA, SMP MTA, TK MTA, dan pada tahun ini SDIT MTA. Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA) juga sudah memiliki Radio dakwah yang memancar sejak 1 Maret 2007 pada gelombang 107.9 MHz. Amal Usaha di bawah CV. Al Abrar, mulai dari Percetakan, Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin, Air Minum dalam Kemasan, dan Toko Kelontong juga sudah mulai menunjukkan kemajuannya.
Semua kenikmatan yang diberikan Allah ini, tidaklah didapatkan dengan jalan mudah dan mulus, melainkan melalui jalan yang sangat terjal dan penuh dengan semak-semak duri.
Hampir semua daerah di mana MTA baru tumbuh pasti mendapat rintangan yang berat sampai sekarang. Dengan bermacam-macam tuduhan fitnah dilontarkan antara lain; tidak bermasyarakat, membikin resah, menganggap orang lain najis sehingga warga MTA tidak mau berjabat tangan dan tidak mau bermakmum dengan selain warganya, bahkan dianggap membawa agama baru, ingkarus sunnah, dalam tahun-tahun terakhir ini masih lekat dalam ingatan kita saudara kita dari Blora, karena menjalankan keyakinannya diusir oleh warga kampungnya sendiri sampai lebih dari dua tahun lamanya bedol desa ke MTA Pusat di Surakarta. Di Rembang, Todanan dan sangat banyak kisah semisal sebelum itu.
Berkat Karunia Allah dan Ridha-Nya serta jihad yang sungguh-sungguh dan istiqomah oleh segenap warga MTA dengan bahu-membahu; dengan anfus dan amwal segenap rintangan setapak demi setapak berhasil dilalui dengan damai dan santun. Aparat keamanan dan pemerintah juga sangat membantu perjalanan dakwah ini.
Tahun ini, perjalanan dakwah MTA telah berjalan 35 tahun dan terus akan kita perjuangkan, kenikmatan-kenikmatan ini harus kita syukuri agar Allah memberikan kenikmatan-kenikmatan yang lain kepada kita dan jalan dakwah ini. Bagaimana kita mensyukuri nikmat-nikmat ini? Hal-hal apa yang boleh jadi telah melalaikan kita?, semoga paparan di bawah ini bisa lebih menguatkan kita akan janji-janji-Nya,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأََزِيدَنَّكُمْ
"Jika kamu bersyukur niscaya Aku tambah nikmat-Ku kepadamu",
di lain ayat,
إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Jika kamu semua menolong agama Allah niscaya Allah akan menolongmu, dan menguatkan kedudukanmu".


II. Syukur Nikmat

A. Dalil-dalil yang bermakna bersyukur dan mensyukuri

Di dalam Al Qur'an dan Hadis kata syukur dan yang senada dengannya cukup banyak tersebut, di antaranya adalah:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(QS. Ibrahim [14]: 7)

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mesyukuri -Nya.(QS. Ali Imran [3]: 123.

اللهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.(QS. Al Jastiyah [45]: 12)

ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.(QS. Al Isra' [17]: 3)

... هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

.."Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."(QS. An Naml [27]: 40).

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ ِللهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS. Lukman [31]: 12)

وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَشْكُرُونَ
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya) (QS. An Naml [27]: 73)
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An Nahl [16]: 18

عَنِ الأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَشْكَرَ النَّاسِ ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَشْكَرُهُمْ لِلنَّاسِ

Dari al Asy'ats bin Qais dia berkata: "Telah bersabda Rasulallah SAW, sesungguhnya manusia yang palig bersyukur kepada Allah Azza wa jalla adalah yang paling bersyukur di antara mereka terhadap manusia". (HR. Ahmad).

Sengaja diketengahkan di sini nash-nash al Qur'an atau pun Hadis dalam berbagai konteksnya agar semakin memberikan gambaran kepada kita bagaimana Allah sangat Pengasih dan Penyayang kepada manusia dengan memberikan banyak nikmat kepadanya.
Dalam kesempatan kali ini akan kita bicarakan tentang syukur nikmat dalam surat Ibrahim ayat 7, yang mengandung kontek cukup kuat bagi kita segenap warga MTA setelah 35 perjalanan dakwah Islamiyah ini. Kemajuan dan pertolongan Allah sangat banyak kita rasakan sehingga keberadaan Majlis kita sudah bisa diterima dengan baik di sebagian besar masyarakat yang mendengar dakwah ini. Apalagi dalam bulan-bulan terakhir, dengan adanya Radio dakwah 107.9 MTA FM. Masyarakat yang dahulu tidak kenal menjadi kenal, yang kenal semakin ingin tahu dan akhirnya bisa bergabung bersama dalam kegiatan pengajian di MTA. Dalam masa yang penuh kenikmatan ini maka rasa syukur dan pujian sudah lazim kita laksanakan untuk semua ini.

B. Makna Syukur

Pakar bahasa ar Raghib al Ashfahani menulis dalam Mufradat-nya bahwa kata syukur mengandung arti" gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkan kepermukaan." Kata ini –tulisnya- menurut sementara ulama berasal dari kata ( شكر ) syakara yang berarti membuka sehingga ia merupakan lawan dari kata ( كفر ) kafara yang berarti menutup yang juga berarti melupakan nikmat Allah dan menutup-nutupinya/tidak mensyukurinya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara lain menggunakannya pada tempatnya serta sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya; juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa syukur menuntut pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh. Kegiatan melakukannya – walau sekali- dilukiskan dengan kata (يشكر ) yasykuru, bila hal itu sering dilakukan seseorang maka ia dinamai ( شاكر) syakir dan bila telah membudaya dan mendarah daging dalam kepribadiannya maka dia dinamai ( شكور ) syakur. Allah SWT. Berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

"Dan sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang syakur (berterima kasih)" (QS. Saba'[34]: 13.
Syakuur adalah orang yang banyak bersyukur. Ahmad Ibn Faris dalam bukunya Maqayis al Lughah mengemukakan empat makna dari kata ini. Pertama, adalah pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh, hakekatnya adalah rasa ridha dan puas dengan yang sedikit sekalipun. Karena itu bahasa menggunakan kata ini untuk "kuda yang gemuk namun hanya memakan sedikit rumput." Kedua, adalah kepenuhan dan kelebatan. Ketiga, adalah sesuatu yang tumbuh ditangkai pohon (parasit) dan keempat, adalah pernikahan atau alat kelamin.
Makna ketiga sejalan dengan makna pertama yang menggambarkan kepuasan dengan sedikit sekalipun, sedang makna keempat sejalan dengan makna kedua, karena dengan pernikahan akan lahir anak-anak yang banyak. Makna-makna dasar ini dapat juga diartikan sebagai penyebab dan dampaknya sehingga kata syukur mengisyaratkan: "Siapa yang merasa dengan perolehan yang sedikit setelah usaha maksimal, maka dia akan memperoleh banyak, lebat dan subur."

C. Mensyukuri Nikmat Allah SWT

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.(QS. Ibrahim [14]: 7)

Quraish Shihab di dalam Tafsirnya Al Misbah memberikan keterangan surat Ibrahim ayat 7 ini, sebagai berikut, Nabi Muhammad SAW lebih jauh diperintahkan agar mengingat juga ucapan lain yang disampaikan Nabi Musa a.s. kepada umatnya, - agar – beliau pun menyampaikannya kepada umat Islam. Nabi Musa as. berkata kepada kaumnya:" Dan ingat jugalah nikmat Allah SWT kepada kamu semua tatkala Tuhan Pemelihara dan Penganugerah aneka kebajikan kepada kamu memaklumkan:" Sesungguhnya Aku, yakni Allah bersumpah demi kekuasaan-Ku, jika kamu bersyukur pasti Aku tambah nikmat-nikmat-Ku kepada kamu karena sungguh amat melimpah nikmat-Ku. Karena itu maka berharaplah yang banyak dari-Ku dengan mensyukurinya dan jika kamu kufur, yakni mengingkari nikmat-nikmat yang telah Aku anugerahkan, dengan tidak menggunakan dan memanfaatkannya sebagaimana Aku kehendaki, maka akan Aku kurangi nikmat itu bahkan kamu terancam mendapat siksa-Ku sesungguhnya siksa-Ku dengan berkurang atau hilangnya nikmat itu, atau jatuhnya petaka atas kamu akan kamu rasakan amat pedih."
Sementara ulama tidak menilai ayat ini sebagai lanjutan ucapan Nabi Musa a.s.,tetapi ini adalah pernyataan langsung dari Allah SWT. sebagai salah satu anugerah-Nya.Ia merupakan anugerah karena mengetahui hakekat yang dijelaskan ayat ini menimbulkan optimisme dan mendorong untuk giat beramal guna memperoleh nikmat lebih banyak lagi.
Ayat diatas secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka nikmat Allah akan ditambah-Nya, tetapi jika berbicara tentang kufur nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian, penggalan akhir ayat ini dapat dipahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang mengkufuri nikmat Allah, bahkan boleh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya dalam rangka mengulur kedurhakaan. Dalam konteks ini Allah mengatakan:
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِاٰيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ , وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (kearah kebinasaan),dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka.Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh" (QS. Al-A'raf :182-183).

Sementara Sayyid Quthb dalam kitabnya Fi Zhilalil Qur'an memberikan penjelasan makna ayat 7 surat Ibrahim sebagai berikut, sesungguhnya syukur atas nikmat adalah dalil bagi lurusnya barometer dalam jiwa manusia.
Kebajikan itu harus disyukuri, sebab syukur adalah balasan alamiyah dalam fitrah yang lurus. Inilah satu prinsip syukur. Prinsip lainnya adalah bahwa jiwa yang bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya itu akan selalu ber-muraqabah (mendekatkan diri) kepada-Nya dalam mendayagunakan kenikmatan tersebut, dengan tidak disertai:
1. Pengingkaran terhadap nikmat itu,
2. Perasaan menang dan unggul atas makhluk,dan
3. Penyalahgunaan nikmat itu untuk melakukan kekejian, kejahatan, tindakan kotor, dan pengrusakan.
Kedua prinsip syukur di atas adalah termasuk perkara yang bisa memberikan empat manfaat:
1. Mensucikan jiwa,
2. Mendorong jiwa untuk beramal sholeh dan mendayagunakan kenikmatan secara baik melalui hal-hal yang dapat menumbuh kembangkan kenikmatan itu serta diberkati di dalamnya.
3. Menjadikan orang lain ridha dan senang kepada jiwa itu dan kepada pemiliknya, sehingga mereka mau membantu dan mau menolongnya.
4. Memperbaiki dan memperlancarkan berbagai bentuk interaksi sosial dalam masyarakat. Sehingga, harta benda dan kekayaan di dalamnya dapat tumbuh dan berkembang dengan aman.
Sementara pengingkaran terhadap nikmat Allah itu bisa terjadi dengan tiga sebab:
1. Tidak mau mensyukurinya,
2. Mengigkari keberadaan Allah sebagai Pemberi nikmat dan menisbatkan kenikmatan itu kepada: ilmu, pengetahuan, pengalaman, jerih payah pribadi, dan hasil berusaha. Sehingga, seakan-akan berbagai kemampuan dan keahlian ini bukanlah termasuk nikmat Allah.
3. Menggunakannya dengan cara yang buruk, (misalnya) dengan menganggap remeh, berlaku sombong kepada manusia atau menghambur-hamburkannya untuk berbuat kerusakan dan menuruti berbagai keinginan (syahwat). Semua itu adalah bentuk-bentuk pengingkaran kepada nikmat Allah.
Siksaan yang pedih itu bisa berupa musnahnya kenikmatan secara nyata atau kenikmatan itu dirasakan tiada bekasnya. Betapa banyak kenikmatan yang pada hakekatnya adalah bencana yang mencelakakan pemiliknya dan membuat dengki orang-orang yang menginginkan lepasnya kenikmatan itu. Siksa yang pedih juga bisa berupa azab yang ditangguhkan sampai masa yang ditentukan, ketika masih berada di bumi ini atau saat di akherat kelak, yang terang dan nyata adalah bahwa mengingkari nikmat Allah tidak akan berlalu dengan tanpa balasan (buruk).
Bersyukur itu manfaatnya tidak kembali kepada Allah, dan ingkar (kufur) itu bekas dan efeknya juga tidak kembali kepada-Nya. Allah itu Mahakaya dengan Diri-Nya lagi Maha Terpuji dengan Diri-Nya, bukan dengan pujian manusia dan syukur mereka atas pemberian-Nya.
إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ

"Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."(QS. Ibrahim [14]: 8)
Kebaikan dan kemaslahatan hidup itu hanya bisa terwujud dengan bersyukur. Jiwa manusia itu hanya bisa bersih dengan mengorientasikan diri kepada Allah, menjadi lurus dengan mensyukuri kebajikan, dan menjadi tentram dengan berhubungan dengan Sang Pemberi nikmat. (Dengan semua itu), ia tidak merasa khawatir dan takut akan lenyap dan hilangnya kenikmatan. Juga tidak merasa sedih dan menyesal di balik apa yang telah ia infakkan atau hilang dari kenikmatan itu. Sang Pemberi nikmat itu jelas ada; dan dengan bersyukur kepada-Nya, maka kenikmatan akan menjadi bersih dan semakin bertambah.
Cara bersyukur kepada Allah ada tiga: (1) bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari sepenuhya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT dan tidak ada seorang pun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat itu; (2) bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat al hamdu lillahi (segala puji bagi Allah); dan (3) bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal yang baik dan memanfaatkan nikmat sesuai dengan ajaran agama. Yang dimaksud dengan mempergunakan anggota tubuh adalah mempergunakan anggota tubuh untuk melakukan hal yang positif dan diridhoi Allah SWT, sebagai perwujudan dari rasa syukur tersebut.

D. Fenomena Syukur dalam Kehidupan

Nikmat kesempatan yang berupa umur dan waktu sangat pokok dalam manusia menjalankan kehidupannya, termasuk kita warga MTA dalam aktifitas perjuangan dakwah Islamiyah ini. Namun tidak sedikit manusia lalai untuk hal-hal yang berpangkal dari waktu dan umur ini, maka jangan sampai kita termasuk pada golongan orang-orang yang sedikit bersyukur kepda-Nya.
Sebab banyak ditemukan pemahaman-pemahaman yang keliru dalam kehidupan berkenaan dengan pemanfaatan dan penggunaan waktu. Pemahaman-pemahaman seperti ini hendaknya kita koreksi sedini mungkin supaya kesalahan-kesalahan yang ada tidak mengkristal dan dianggap sebagai kebenaran yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebenarnya, sebab utama dari munculnya pemahaman-pemahaman keliru ini adalah kekurangdalaman ilmu yang dimiliki oleh orang yang menyebarkannya. Di antara pemahaman yang salah itu adalah:

1. Mengisi Kekosongan Waktu Luang
Imam al Hasan al Bisri berkata, "Wahai anak Adam, sejatinya diri kalian ini adalah perputaran hari itu sendiri. Jika satu hari telah berlalu, maka sebagian (umur) Anda juga telah pergi."
Imam Hasan al Banna berkata,"Ada sebagian orang yang bersemangat ketika menyia-nyiakan waktu. Bila anda tanya salah satu di antara mereka, apa sebabnya mereka melakukan hal itu, ia akan menjawab, "Saya hanya mengisi waktu kosong saja.' Sungguh malang orang tersebut. Di saat ia menyia-nyiakan waktunya, disaat yang bersamaan ia juga telah menyia-nyiakan bahkan membinasakan dirinya sendiri. Barangsiapa mengetahui arti pentingnya waktu, maka ia akan tahu arti pentingnya hidup karena waktu pada hakekatnya adalah kehidupan itu sendiri.
Tidaklah mengada-ada jika dikatakan bahwa hakekat dari kehidupan adalah waktu dan waktu adalah kehidupan itu sendiri.
Atas dasar ini, orang yang sering menyia-nyiakan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat kemudian ia berapologi bahwa yang dilakukannya itu untuk mengisi kekosongan waktu saja, pada hakekatnya orang tersebut telah menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan.
Umur manusia selalu menganjurkan pemiliknya untuk memanfaatkan dengan baik. Imam al Hasan al Bisri pernah berkata, "Setiap hari disaat fajar menyingsing, waktu selalu berkata,"Wahai anak Adam, saya adalah ciptaan Tuhan terbaru yang akan menjadi saksi amal-amalmu. Gunakanlah diriku dengan sebaik-baiknya untuk mencari bekal karena diriku ini bila telah pergi tidak akan kembali lagi hingga hari akhir.

2. Pelan-pelan asal selamat
Orang yang lalai dan teledor dalam hidupnya sering bermalas-malasan ketika hendak melakukan kebajikan. Akan tetapi, saat ia hendak melakukan keburukan, semangat di hatinya muncul dan membara.
Jika ada seseorang hendak melakukakn kebaikan, maka banyak setan yang membujuknya untuk menunda melakukan kebaikan itu. Umpamanya dengan bisikan,"Kamu punya malam yang sangat panjang. Tidurlah!"
"Kapan lagi kita akan sadar, padahal ajal sudah dekat? Dan kapan muncul rasa syukur dihati kita?
Mungkin kita akan sadar di saat semua amal yang dirahasiakan terungkap semua dan kita akan mengingat perkataan ini, namun di saat hal itu sudah tidak ada manfaatnya lagi (yaitu di hari akhir)"
Di antara sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin adalah "Bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan." Adapun sifat yang dimiliki oleh orang yang durhaka adalah, "Bersegera membuat dosa dan permusuhan."
Mungkin suatu saat nanti kita akan menemui pengalaman menarik seperti berikut ini. Kita mengingatkan seseorang untuk bersegera melakukan kebaikan dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, namun orang tersebut berkata, "Tidaklah kamu tahu ada Hadits sahih yang mengatakan, Pelan-pelan (berhati-hati) adalah ( ilham) dari Allah. Dan terburu-buru adalah (ilham) dari setan."
Hadis yang ia kemukaan memang sahih (menurut Syekh al Albani adalah Hasan), namun ada kekeliruan dalam memahami hadis tersebut. Berhati-hati mmperlambat pekerjaan bisa masuk kategori sikap terpuji jika yang dilakukan adalah pekerjaan-pekerjaan duniawi yang memang bisa ditunda, bukannya pekerjaan-pekerjaan yang memang diperintahkan Allah untuk bersegera melakukannya, seperti pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai efek penting bagi kehidupan kita di akherat nanti. Maka akan bertentangan dengan kandungan-kandungan Al Qur'an. Di antaranya adalah:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu..." (Ali Imran [3]: 133)
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ

"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu." Al Hadiid [57]: 21

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
"dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (Al Muthaffifiin [83]: 26
Sungguh benar sabda Rasulallah SAW.,
"Gunakanlah waktu sehatmu sebaik mungkin sebelum kamu sakit" (HR al Bukhori).
"Pelan-pelan (tidak tergesa-gesa) dalam melakukan segala sesuatu adalah termasuk tindakan terpuji, kecuali ketika melakukan amal-amal akherat." (HR Abu Dawud dan al Hakim).

3. Bisikan: "Umurmu kan masih panjang"
Bisikan seperti ini dapat menyebabkan seseorang menganggap enteng kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Ia juga mudah terbuai oleh impian-impian yang tidak terkontrol karena membayangkan dirinya akan hidup sampai umur tujuh puluh atau sembilan puluh tahun.
Nabi Muhammad SAW. melarang keras sikap seperti ini. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Mas'ud r.a. diceritakan bahwa Rasulallah pada suatu hari pernah melukis garis berbertuk kotak persegi empat. Kemudian beliau membuat garis lurus yang dimulai dengan titik tebal dari dalam kotak tersebut memanjang sehingga keluar melewati garis kotak. Lalu beliau membuat garis-garis miring kecil yang pangkalnya bermula dari garis yang memanjang tadi. Rasulallah SAW, bersabda,

"(Titik tebal) ini adalah umur manusia. (Garis berbetuk kotak yang mengitari titik tebal) ini adalah batas umur manusia. Dan garis panjang yang berada di luar kotak tersebut adalah angan-angannya. Sedang garis-garis (miring kecil yang pangkalnya bermula dari garis memanjang itu) adalah kejadian-kejadian yang bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia. Apabila ia lolos dari (garis kecil penyebab kematian) yang ini, maka ia akan menemui (garis kecil setelahnya) yang ini, dan jika ia lolos dari (garis kecil kematian) yang ini, maka ia akan menemui (garis kecil setelahnya) yang ini." (HR al Bukhori, Ibnu Majah, Ahmad dan ad Darimi).

Anas r.a. menerangkan gambar yang dibuat oleh Rasulallah SAW di atas, dan berkata, "Rasulallah SAW membuat garis-garis dan kemudian bersabda, (Garis yang di luar kotak) ini adalah angan-angan. Dan (Garis kotak) ini adalah umur manusia." (lihat fathul Bari, 8/111).

Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulallah SAW bersabda,

"Di sisi anak Adam ada sembilan puluh sembilan macam peyebab kematian. Apabila ia lolos dari beberapa penyebab kematian, maka nanti ia pasti akan tua (pikun) hingga meniggal dunia." (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Dalam hidupnya, bisa dipastikan manusia selalu menemui berbagai macam kejadian yang bisa menyebabkannya mati. Terkadang penyebabnya adalah sakit, tertimpa musibah kebakaran, tenggelam, jatuh, kecelakaan, dipatuk hewan berbisa, terkena makanan beracun, atau pusing. Apabila seseorang masih selamat ketika mengalami hal-hal tersebut, di lain waktu ia akan menemui kepikunan, peyakit tekanan darah tinggi atau rendah, kadar gula yang tinggi atau rendah dalam tubuhnya, dan akhirnya ia pasti mati.
Allah SWT berfirman,
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."(QS Al Jum'ah [62]: 8)

Penyebab kematian banyak sekali, namun hakikat kematian adalah sama. Kematian akan mengubur semua impian yang berlebihan. Dalam hidup ini, manusia memang banyak berhayal. Benarlah sabda Rasulallah SAW,

"Hati seorang tua akan tetap (bersemangat) muda ketika menghadapi dua hal, mencintai dunia dan kepanjangan angan dan khayal." (HR al Bukhori).

Kadang ada orang yang berkata," Saya akan rajin beribadah ketika saya sudah sampai pada umur empat puluh tahun," atau "Saya akan rajin beribadah mulai Jum'at depan," atau " Mulai bulan depan," atau "Saya akan sholat mulai bulan Ramadhan depan," atau "Saya akan bertobat setelah menikah nanti." Ini semua adalah bisikan setan."

"Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka,.." (an Nisa [4]: 120).

Orang yang mendengarkan bisikan syetan itu akan membayangkan bahwa dirinya nanti akan berumur panjang seperti orang lain yang memang diberi umur panjang. Kalau ia mau berfikir sejenak saja, ia akan menemukan jumlah anak muda yang meninggal dunia jauh lebih besar daripada jumlah orang tua yang meninggal dunia. Indikator utamanya adalah kenyataan jumlah orang tua lebih sedikit bila dibanding dengan jumlah anak muda. Apabila kita teliti, kita akan menemukan orang yang bisa bertahan hidup hingga sampai tua jumlahnya sangat sedikit.
Seorang Penyair berkata dalam syairnya sebagai berikut;
" Bekalilah dirimu dengan ketakwaan! Karena ketika malam mulai gelap kamu tidak tahu apakah esok pagi kamu akan hidup? Betapa banyak anak-anak muda yang bergembira dengan permainan-permainannya, padahal kain kafan sudah siap menunggu dan ia tidak tahu. Betapa banyak orang sehat meninggal, padahal tidak punya penyakit dan betapa banyak orang yang sudah sakit sekian waktu namun tetap bertahan hidup hingga lama."
Allah berfirman,
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (QS al Munafiquun [63]: 11)

Jangan sekali-kali kita berkata, "Saya masih muda, masih banyak kesempatan." Coba renungkan betapa banyak anak muda yang telah mati dan dikubur. Sangat tepat sekali firman Allah SWT berikut ini.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya."(QS al A'raf [7]: 34).

Sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah akan nikmat umur dan waktu, lakukanlah hal-hal berikut ini agar tidak terbiasa membuang waktu secara percuma, menuruti bujuk rayu setan,
1. Sering mengingat kematian sehingga akan selalu menimbang-nimbang ketika hendak mengerjakan sesuatu. Jika yang akan dikerjakan bermanfaat, maka akan dilakukannya. Namun, jika tidak bermanfaat, maka akan ditinggalkan. Dengan cara ini, ia akan selalu sadar bahwa umurnya pasti akan berakhir dan ia punya semboyan, "Siapa yang tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik maka ia akan disibukkan dengan kebatilan."
2. Menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Tidak lalai dan teledor.
3. Selalu berusaha untuk membekali diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Menanamkan unsur keberkahan dalam umur dan menggunakan semua waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang berfaedah serta menjauhi hal-hal yang membahayakan rohani dan jasmani.
4. Mengoreksi pemahaman-pemahaman dan kebiasaan-kebiasaan keliru yang berhubungan dengan masalah-masalah pemafaatan waktu supaya tidak terjerumus pada jurang-jurang buatan setan.
5. Selalu waspada! Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang kurang berguna dan meninggalkan hal-hal yang sebenarnya penting dan sangat berguna bagi kehidupan kita!

Semboyan hidup yang hendaknya selalu kita ingat adalah" Kewajiban yang harus dilakukan jauh lebih banyak daripada waktu yag tersedia." Sehingga jangan sampai kita membuang waktu kita dengan sia-sia karena kita melakukan hal-hal yang tidak berguna. Bila kamu mempunyai kewajiban, segeralah melaksanakannya.
Hakikat yang diuraikan surat Ibrahim ayat 7 di atas terbukti kebenarannya dalam kehidupan nyata. Syukur antara lain berarti membuka dan menampakkan lawannya adalah kufur; yakni menutup dan menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara lain menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberiannya dengan baik. Ini berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah, menuntut perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahan-Nya.
Jika di atas dicontohkan bagaimana menggunakan nikmat kesempatan dalam waktu dan umur sekarang kita ambil sebagai contoh dalam alam adalah laut, Allah menciptakan laut dan menundukkannya untuk manusia dengan tujuan:
لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
"Agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar dan agar kamu mengeluarkan darinya perhiasan (mutiara) yang kamu pakai dan agar kamu membuat bahtera-bahtera sehingga dapat melihat bahtera berlayar padanya dan supaya kamu mencari karunia-Nya" (QS. An-Nahl: 14).

Jika ini dipahami, maka mensyukuri nikmat laut menuntut kerja keras sehingga apa yang disebut di atas akan dapat diraih. Dan perlu diingat bahwa semakin giat seseorang bekerja, dan semakin bersahabat dia dengan lingkungannya, semakin banyak pula yang dinikmatinya. Demikian syukur menambah nikmat.
Di sisi lain, di alam raya termasuk diperut bumi, terdapat sekian banyak nikmat Allah yang terpendam, ia harus disyukuri dalam arti "digali" dan dinampakkan. Menutupinya atau dengan kata lain mengkufuriya dapat mengundang kekurangan yang melahirkan kemiskinan, penyakit, rasa lapar, cemas dan takut.

III. Penutup

Telah nyata dan berlimpah nikmat yang telah diberikan Allah dalam perjuangan dakwah Islamiyah di Majlis Tafsir Al Qur'an yang telah berjalan 35 tahun ini. Masyarakat sudah mulai mengenal dan ingin tahu lebih banyak tentang Islam dari jalan dakwah yang dilaksanakan oleh MTA. Pergedungan yang menjadi aset Majlis demi lancarnya dakwah ini semakin bertambah, orang semakin percaya kepada MTA sehingga banyak yang mulai mewakafkan tanahnya agar dikelola oleh MTA untuk dakwah Islamiyah.
Syukur menuntut pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh. Kegiatan melakukannya – walau sekali- dilukiskan dengan kata (يشكر ) yasykuru, bila hal itu sering dilakukan seseorang maka ia dinamai ( شاكر) syakir dan bila telah membudaya dan mendarah daging dalam kepribadiannya maka dia dinamai ( شكور ) syakur. Allah SWT. Berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

"Dan sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang syakur (berterima kasih)" (QS. Saba'[34]: 13.
Jika tidak dapat termasuk dalam kelompok yang sedikit maka usahakan menjadi orang yang banyak/sering bersyukur ( syakir ) dan jangan sama sekali termasuk orang kebanyakan yang Allah nyatakan:
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُونَ
"Kebanyakan manusia tidak bersyukur" (QS. Yusuf [12]: 38).
Jalan dakwah ini masih panjang, Islam harus disebarluaskan ke segenap penjuru negeri, kemajuan-kemajuan selama ini hendaknya sebagai tolok ukur dan alat evaluasi jalan dakwah ini, namun boleh jadi dengan tidak merenungi dan mensyukuri nikmat besar selama ini, Allah akan mencabut nikmat itu sekuat-kuat-Nya, sampai keakar-akarnya. Maka dalam mengenang perjalanan dakwah MTA ini, marilah kita tingkatkan kesyukuran kita kepada Allah SWT, dengan menampakkan nikmat itu dengan senantiasa meningkatkan semangat dan kualitas dakwah dengan niat yang lurus, serta meningkatkan ukhuwah Islamiyah agar tercapai tujuan Islam sebagai aturan hidup dan memberikan rahmat bagi alam semesta. Jadikanlah firman Allah di bawah ini sebagai penggembira kita:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"(QS. Fushilat [41]: 33)
Dan yang terakhir jangan lupa senantiasa bertasbih, memuji Tuhan Allah dan memohon ampunan kepada-Nya untuk semua kenikmatan ini.
Renungkanlah ayat-ayat berikut ini:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ , وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا , فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat" (QS. Al Nashr [110]: 1-3).
Semoga Allah senantiasa meridhai aktivitas kehidupan kita dalam menegakkan kalimat – kalimat-Nya. Amin.

MENGENANG 35 TAHUN PERJALANAN DA’WAH MTA


MENGENANG 35 TAHUN PERJALANAN DA’WAH MTA

Disampaikan oleh :

Al-Ustadz Drs Ahmad Sukina

PADA PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MENGENANG

35 TAHUN PERJALANAN DA’WAH MTA

1972 - 2007

Ahad, 02 September 2007

Catatan : Pengajian ini dilaksanakan di TBS (TAMAN BUDAYA SURAKARTA) Dengan Pembicara Din Syamsudin (Dari Muhammadiyah) dan Gus Sholah atau Sholahudin Wahid (Dari NU).

Bukti bahwa MTA dapat menjadi wahana silaturrahim antara Warga NU dan MUhammadiyah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا وَ خَيْرًا مَجِيْدًا، هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَمَّا بَعْدُ:

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Majlis Tafsir Al-Qur’an disingkat MTA didirikan pada tgl. 19 September 1972 oleh Al-Ustadz ‘Abdullah Thufail Saputro, berpusat di Surakarta, tepatnya di Jl. Serayu no. 12, Semanggi RT 06, RW 15, Pasarkliwon, Surakarta.

Sampai hari ini tanggal 02 September 2007 MTA genap berusia 34 tahun 11 bulan lebih 14 hari, atau 35 tahun kurang 17 hari.

MTA didirikan dengan tujuan utamanya mengajak ummat Islam kembali kepada sumber ajaran Islam yang sebenarnya, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Rasulullah SAW bersabda :

تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا، كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك

Aku telah meninggalkan padamu semua dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits). [HR. Maalik]

MTA adalah lembaga dakwah, menyeru manusia kepada yang paling baik, yakni firman Allah.

وَ مَنْ اَحْسَنُ قَوْلاً مّمَّنْ دَعَا اِلىَ اللهِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِيْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ. فصلت:33

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslimin)”. [QS. Fushshilat : 33]

Oleh karena itu MTA bukan partai politik dan tidak akan menjadi partai politik, bukan suatu golongan dan tidak akan menjadi suatu golongan tersendiri dari ummat Islam. Seluruh ummat Islam digolongan dan partai manapun adalah saudara kami, dan kami berharap saudara-saudara kami yang aktif digolongan dan partai manapun hendaklah selalu menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai way of life, dan selalu menyuarakan Islam kepada manusia, menjalin ukhuwah Islamiyah dan rasa musawah sesama muslim, tanpa merasa lebih antara satu dengan yang lain. Kepada saudara-saudara kami yang non muslim, kita bisa berdampingan, saling hormat-menghormati, tidak saling mencela dengan berbuat baik serta berlaku adil, selama mereka tidak memusuhi kita karena agama, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 :

لاَ يَنْهيكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدّيْنِ وَ لَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَ تُقْسِطُوْآ اِلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُقْسِطِيْنَ. الممتحنة:8

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [QS. Al-Mumtahanah : 8]

Pada hakikatnya Allah menciptakan kita manusia agar beribadah (menghambakan diri) kepada-Nya dan nanti kita semua akan kembali kepada Allah dengan mempertanggungjawabkan amal kita masing-masing tanpa bisa bantu-membantu satu sama lain. Maka rasanya tidak perlu kita mengurusi agama dan kepercayaan orang lain, kewajiban kita hanyalah mengajak kepada Islam tanpa ada paksaan dengan bentuk apapun. Kalau mereka mau menerima, keselamatan buat mereka sendiri, kalau tidak mau menerima, kita saling menghormati

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ. الكافرون:6

Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. [QS. Al-Kaafirun : 6]

Kita sebagai bangsa yang satu, hal-hal yang sekiranya bisa kita kerjakan bersama (tidak melanggar aturan agama) marilah kita bekerja sama. Adapun hal-hal yang tidak bisa kita kerjakan bersama, karena faham yang berbeda, marilah kita sama-sama bekerja tanpa mengganggu orang lain bekerja, nanti Allah sajalah yang akan memberi balasan pekerjaan kita secara sempurna.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT dengan membawa Al-Qur’an untuk memperbaiki akhlaq manusia, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang sangat kental dengan kemusyrikan dan kemakshiyatan. Sedangkan ajaran Al-Qur’an sangat berlawanan dengan adat kebiasaan masya-rakat tersebut. Oleh karena itu Nabi SAW bersabda :

اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. مسلم و ابن ماجه

“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]

Dalam riwayat lain bagi imam Ibnu Wahab, beliau SAW bersabda :

طُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِيْنَ يُمْسِكُوْنَ كِتَابَ اللهِ حِيْنَ يُتْرَكُ وَ يَعْمَلُوْنَ بِالسُّنَّةِ حِيْنَ تُطْفَى. ابن الوهب

Kebahagiaan bagi orang-orang yang asing, yaitu mereka yang berpegang teguh dengan kitab Allah ketika ditinggalkan orang banyak dan mengerjakan dengan sunnah ketika sunnah itu dipadamkan orang banyak.

Dari sabda Nabi tersebut kita dapat memahami betapa beratnya tugas Rasulullah SAW pada saat itu dan tugas para da’i masa mendatang memperbaiki akhlaq manusia jahiliyah, jahil terhadap kebenaran, berhati kasar, hidup hanya memperturutkan hawa nafsunya. Sedangkan yang dibawa Nabi bertentangan 180 o dengan keinginan hawa nafsunya, bahkan dianggap suatu yang asing (tidak umum) atau menyalahi kebiasaan.

Oleh karena itu berbagai tuduhan jelek dan cemoohan dilontarkan kepada Nabi, antara lain, dikatakan orang gila, kurang akal, memecah belah persatuan, merusak agama nenek moyang, dsb. Tidak saja cemoohan dengan ucapan, penganiayaan phisik pun dilakukan, bahkan ada rencana pembunuhan kepada diri Rasulullah SAW.

Namun demikian, itu semua tidak menjadikan Nabi berputus asa, takut dan berhenti dakwah, melainkan diterima dengan ikhlash dan penuh kesabaran, tidak membalas kejelekan yang mereka lakukan bahkan Nabi mendoakan untuk mereka dengan rasa kasih sayang, agar Allah memberi hidayah kepada mereka :

اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِى فَاِنَّهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ.الاحاديث المختارة 10: 14

Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengerti. [Al-Ahaadiitsul Mukhtaarah juz 10, hal. 14]

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Islam akan kembali asing lagi seperti pada mulanya datang. Berarti bahwa orang yang menyeru kepada Islam dan mengamalkan dengan benar akan mendapat tantangan yang berat pula sebagaimana yang dialami Nabi ketika mula-mula menyeru manusia kepada Islam. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya :

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ اَلصَّابِرُ فِيْهِمْ عَلَى دِيْنِهِ كَاْلقَابِضِ عَلَى اْلجَمْرِ. الترمذى

Akan datang suatu masa atas manusia bahwa orang yang shabar (tahan) atas agamanya, bagaikan orang yang menggenggam bara api. [HR. Tirmidzi]

Namun yang menggembirakan sabda beliau:طُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ (kebahagiaan bagi orang-orang yang asing).

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Rasulullah SAW berdakwah menyebarkan Islam kepada ummat manusia tanpa pamrih dan tidak mengharapkan imbalan apapun dari manusia kecuali menebarkan kasih sayang diantara manusia, serta mengharapkan ridla Allah semata dan hakikatnya demikianlah semua Rasul Allah.

Firman Allah SWT :

قُلْ لآَّ اَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَوَدَّةَ فِى اْلقُرْبى. الشورى:23

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas seruan (dakwah)ku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syuuraa : 23]

وَ مَآ اَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِنْ اَجْرِيَ اِلاَّ عَلى رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. الشعراء:145

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. [QS. Asy-Syu’araa’ : 145]

Orang-orang kafir tidak memahami apa yang dikehendaki oleh Rasul Allah dengan aktifitas dakwahnya, maka mereka menawarkan kepada beliau, apapun yang dikehendaki akan dipenuhi, bahkan beliau akan diangkat menjadi raja (penguasa) asalkan beliau mau berhenti dari aktifitas dakwahnya.

Tawaran itu dengan tegas ditolak oleh Rasulullah, jangankan hanya itu, andaikata mereka dapat memberikan matahari dan bulan di kedua tangan beliau, beliau tidak akan berhenti berdakwah hingga kebenaran Islam menjadi jelas bagi manusia, atau beliau mati bersamanya, karena memang bukan itu tujuan dakwah.

Lain dengan kebanyakan manusia sekarang, aktifitas dakwah dilakukan untuk memperoleh sesuatu, kalau mungkin ingin dapat menjadi raja walaupun harus dengan jalan suap. Maka kalau keinginannya sudah tercapai, selesailah aktifitas dakwahnya. Padahal setiap muslim adalah da’i, dan seharusnya hal itu dilakukan dengan mencontoh Rasulullah SAW, yakni hanya mengharap ridla Allah SWT dan dilakukan dengan rasa kasih sayang, sehingga dakwah akan berjalan terus-menerus secara berkesinambungan, tidak berhenti di tengah jalan.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, perjalanan MTA selama 35 tahun, tidak melalui jalan yang mulus dan rata, melainkan melalui jalan yang sangat terjal dan penuh dengan semak-semak dan duri.

Hampir di semua daerah dimana MTA baru tumbuh pasti mendapat rintangan yang berat, sampai sekarang.

Dengan bermacam-macam tuduhan fitnah dilontarkan antara lain : tidak bermasyarakat, membikin resah, menganggap orang lain najis sehingga warga MTA tidak mau berjabat tangan dan tidak mau bermakmum dengan selain warganya, bahkan dianggap membawa agama baru, ingkarus-sunnah, dsb. Itu semua hanya fitnah belaka, didorong rasa kedengkian.

Yang menjadi permasalahan di berbagai daerah adalah sama, yakni karena kami warga MTA tidak ikut kenduri, sesaji-sesaji di tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat, tidak ikut acara selamatan-selamatan agar tidak diganggu danyang-danyang, dan sebagainya.

Hal itu kami tidak mengikuti karena kami meyaqini bahwa itu semua لَيْسَ مِنَ اْلاِسْلاَمِ (bukan ajaran Islam), bahkan membawa kepada kemusyrikan. Walaupun kami tidak melakukan yang demikian, namun kami warga MTA tidak pernah mengganggu, menghalangi saudara-saudara kami yang masih suka melakukan upacara-upacara tersebut, karena kami punya prinsip firman Allah :

لَنَآ اَعْمَالُنَا وَ لَكُمْ اَعْمَالُكُمْ. الشورى:15

Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. [QS. Asy-Syuuraa : 15]

Masing-masing kita akan memperoleh balasan dari Allah sesuai dengan amal perbuatan kita sendiri.

Hanya karena itu kami dituduh tidak bermasyarakat padahal kegiatan sosial kemasyarakatan seperti : donor darah secara rutin, kerja bhakti bersama masyarakat, siskamling, kami tidak pernah ketinggalan.

Untuk itu semua kami (pengurus) berusaha melakukan pendekatan melalui berbagai jalur, termasuk jalur pemerintahan dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini, namun masyarakat yang sudah kental dengan upacara-upacara tersebut tidak begitu saja mau tahu kegiatan yang kami lakukan. Tanpa putus asa da’wah kita lancarkan, akhirnya dengan pertolongan Allah berangsur-angsur masyarakat mau mengerti juga.

Wal hasil menghadapi kenyataan yang ada ini kami serahkan sepenuhnya kepada Allah, dan kami harus bershabar tidak berputus asa sebagaimana Rasulullah SAW bershabar dalam berdakwah, dan tantangan yang beliau hadapi jauh lebih berat daripada yang kami hadapi. Allah SWT berfirman :

... وَ اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا فَاِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ. ال عمران:186

Jika kamu bershabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. [QS. Ali ‘Imran : 186]

Dan kami yaqin sepenuhnya bahwa usaha apapun untuk membendung/ memadamkan cahaya Islam tidak akan berhasil dan Allah pasti menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِئُوْا نُوْرَ اللهِ بِاَفْوَاهِهِمْ، وَ اللهُ مُتِمُّ نُوْرِه وَلَوْ كَرِهَ اْلكفِرُوْنَ. الصف:8

Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir membencinya. [QS. Shaff : 8]

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَ يُثَبّتْ اَقْدَامَكُمْ. محمد:7

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, pasti Allah menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu. [QS. Muhammad : 7]

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan itu semua kami dapat mengambil pelajaran bahwa :

1. Ummat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini, kebanyakan belum memahami dan belum meyaqini kitab sucinya (Al-Qur’an), mereka lebih suka mengikuti adat kebiasaan sekalipun hal itu bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana diungkapkan firman Allah :

وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلى مَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ابَآءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة:104

Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mendapat petunjuk ?. [QS. Al-Maaidah : 104]

2. Kebanyakan bangsa kita masih suka memaksakan kehendaknya kepada orang lain, setiap orang yang tidak sefaham, tidak sealiran, tidak separtai dengan dirinya dianggap lawan yang harus dimusuhi dan dijatuhkan .

3. Dengan keadaan yang demikian, lebih mendorong kepada kami untuk meningkatkan keshabaran menghadapi rintangan dan lebih meningkatkan aktifitas dakwah kami, dilandasi dengan rasa kasih sayang mengajak manusia untuk mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah agar tercapai kebahagiaan hidup yang haqiqi dan terwujudlah ketenteraman, kedamaian, saling menghormati satu dengan yang lain dan tercapailah apa yang kita idamkan bersama

بَلْدَةٌ طَيّبَةٌ وَ رَبٌّ غَفُوْرٌ

Kami berdoa semoga Allah membuka hati mereka yang belum memahami, sehingga mau memahami, syukur mau mengikuti, paling tidak semoga tidak mengganggu dan merintangi.

Pada usia yang ke-35 tahun ini, MTA yang berpusat di Surakarta sudah memiliki 157 Cabang dan perwakilan yang tersebar di bumi Indonesia ini, dari pelosok-pelosok desa sampai di kota-kota besar, di beberapa propinsi, yang paling barat adalah Medan Sumatera Utara, tepatnya di Jl. Perhubungan no. 17, Laut Dendang, Deli Serdang, dan di Kodya Binjai, dan di kota besar Medan. Sedangkan yang paling timur adalah di propinsi NTB, tepatnya di Jl. Batanghari, Tanjungkarang, Ampenan, Mataram. MTA mempunyai ribuan satgas yang siap sebagai sukarelawan untuk amal kemanusiaan.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, SATGAS MTA, bukan saja untuk kepentingan MTA dan bukan untuk kepentingan partai maupun golongan tertentu, melainkan untuk kepentingan Islam dan ummat Islam khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya.

Aktifitas SATGAS MTA bergerak di bidang dakwah dengan bentuk sosial kemasyarakatan di berbagai macam, antara lain :

* Mengirim dan membagikan sembako serta mengadakan pengobatan masal di beberapa daerah akibat bencana alam, maupun akibat konflik sesama bangsa, serta sebab-sebab lain, misalnya akibat banjir di Karawang (Jabar) dan Pati (Jawa Tengah), Tsunami di Aceh, banjir bandang di Langkat, gunung longsor di Banjarnegara, gempa bumi DIY dan Klaten, dan akibat konflik di Ambon, Ternate, Tual dan sekitarnya, dan juga di tempat-tempat lain yang dipandang perlu.

* Mengirim air bersih ke Gunung Kidul, yang kekeringan akibat kemarau panjang, dsb.

* Kerja bhakti bersama TNI dan masyarakat, baik AMD maupun TMD, dan membantu kepolisian dalam rangka Gerakan Disiplin Nasional (GDN), donor darah, dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi manusia, sebagaimana sabda Rasulullah :

خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ. القضاعى فى الجامع الصغير

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. [HR. Al-Qudlaa’iy dalam AL-Jaami’ish Shaghiir]

SATGAS MTA bersimbul Al-Qur’an yang melekat di baret kepalanya dengan maksud menjunjung tinggi Kitab Suci Al-Qur’an serta berpikir yang sesuai dengan Kitab Suci tersebut. Juga gambar Al-Qur’an di pundaknya dengan maksud siap memikul tanggungjawab menyebarkan ajaran Al-Qur’an kepada masyarakat serta siap menanggung resiko karena tugas tersebut.

Pada usianya yang ke-30 MTA waktu itu, kami mohon kepada Bp. Prof. DR. H.M. Din Syamsuddin, MA dari MUI Pusat berkenan mengukuhkan keberadaan SATGAS MTA yang tersebar di berbagai daerah bumi Indonesia ini, agar supaya SATGAS MTA mempunyai pendirian yang kokoh dan lurus sebagaimana simbul yang melekat pada dirinya, yakni Al-Qur’an membawa kepada jalan yang lurus. Disamping itu pada peristiwa yang bersejarah itu mudah-mudahan anggota SATGAS tidak lupa bahwa dirinya bertugas bukan untuk kepentingan golongan tertentu, melainkan untuk Islam dan ummat Islam, serta kepentingan masyarakat secara luas dengan mengharap ridla Allah semata.

Alhamdu lillah, pada perjalanan da’wah MTA selama 35 tahun, sekarang sudah memiliki radio da’wah yang memancar sejak tanggal 1 Maret 2007 pada gelombang 107.9 MHz.

Pada tahun ini juga MTA sudah memiliki SDIT yang terletak di Gemolong, MTA Perwakilan Sragen. Dengan demikian MTA sudah memiliki pendidikan formal TK, SD, SMP dan SMA, ditambah Pondok Pesantren SMP dan SMA. Mulai tahun ini SMA MTA terpilih sebagai rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

Demikianlah sekilas tentang perjalanan da’wah 35 thun MTA, meliputi aktivitas SATGAS nya, semoga Allah SWT meridlai usaha ini dan masyarakat menjadi faham bahwa keberadaan kami ingin mengajak ummat Islam khususnya dan semua manusia pada umumnya keluar dari gelap gulita menuju terang benderang, dari jalan sesat ke jalan selamat, mengikuti petunjuk Al-Qur’an, serta mengikis habis sifat dengki, dendam, permusuhan, menumbuhkan rasa kasih sayang dilandasi dengan iman dan rasa kekeluargaan.

لاَ اَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَوَدَّةَ فِى اْلقُرْبى. الشورى:23

Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas dakwahku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syuuraa : 23]

Selanjutnya kami mohon do’a kepada para ulama, para ustadz dan kaum muslimin dan muslimat yang hadir pada kesempatan ini, semoga perjalanan da’wah MTA selanjutnya dapat berjalan lancar di seluruh wilayah Nusantara yang kita cintai ini atas pertolongan dan ridla Allah SWT. Aamiin, ya Robbal ‘aalamiin.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ،

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

~oO[ A ]Oo~