Rabu, 18 Februari 2009

MENGENANG 35 TAHUN PERJALANAN DA’WAH MTA


MENGENANG 35 TAHUN PERJALANAN DA’WAH MTA

Disampaikan oleh :

Al-Ustadz Drs Ahmad Sukina

PADA PENGAJIAN AKBAR DALAM RANGKA MENGENANG

35 TAHUN PERJALANAN DA’WAH MTA

1972 - 2007

Ahad, 02 September 2007

Catatan : Pengajian ini dilaksanakan di TBS (TAMAN BUDAYA SURAKARTA) Dengan Pembicara Din Syamsudin (Dari Muhammadiyah) dan Gus Sholah atau Sholahudin Wahid (Dari NU).

Bukti bahwa MTA dapat menjadi wahana silaturrahim antara Warga NU dan MUhammadiyah.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا وَ خَيْرًا مَجِيْدًا، هُوَ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِاْلهُدَى وَ دِيْنِ اْلحَقّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدّيْنِ كُلّهِ وَ لَوْ كَرِهَ اْلمُشْرِكُوْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَ السَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَ اْلمُرْسَلِيْنَ وَ عَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ الَّذِى لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَمَّا بَعْدُ:

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Majlis Tafsir Al-Qur’an disingkat MTA didirikan pada tgl. 19 September 1972 oleh Al-Ustadz ‘Abdullah Thufail Saputro, berpusat di Surakarta, tepatnya di Jl. Serayu no. 12, Semanggi RT 06, RW 15, Pasarkliwon, Surakarta.

Sampai hari ini tanggal 02 September 2007 MTA genap berusia 34 tahun 11 bulan lebih 14 hari, atau 35 tahun kurang 17 hari.

MTA didirikan dengan tujuan utamanya mengajak ummat Islam kembali kepada sumber ajaran Islam yang sebenarnya, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Rasulullah SAW bersabda :

تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا، كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك

Aku telah meninggalkan padamu semua dua perkara, yang kamu tidak akan tersesat selama kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya (Al-Hadits). [HR. Maalik]

MTA adalah lembaga dakwah, menyeru manusia kepada yang paling baik, yakni firman Allah.

وَ مَنْ اَحْسَنُ قَوْلاً مّمَّنْ دَعَا اِلىَ اللهِ وَ عَمِلَ صَالِحًا وَّ قَالَ اِنَّنِيْ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ. فصلت:33

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslimin)”. [QS. Fushshilat : 33]

Oleh karena itu MTA bukan partai politik dan tidak akan menjadi partai politik, bukan suatu golongan dan tidak akan menjadi suatu golongan tersendiri dari ummat Islam. Seluruh ummat Islam digolongan dan partai manapun adalah saudara kami, dan kami berharap saudara-saudara kami yang aktif digolongan dan partai manapun hendaklah selalu menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai way of life, dan selalu menyuarakan Islam kepada manusia, menjalin ukhuwah Islamiyah dan rasa musawah sesama muslim, tanpa merasa lebih antara satu dengan yang lain. Kepada saudara-saudara kami yang non muslim, kita bisa berdampingan, saling hormat-menghormati, tidak saling mencela dengan berbuat baik serta berlaku adil, selama mereka tidak memusuhi kita karena agama, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 :

لاَ يَنْهيكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ فِى الدّيْنِ وَ لَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مّنْ دِيَارِكُمْ اَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَ تُقْسِطُوْآ اِلَيْهِمْ، اِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُقْسِطِيْنَ. الممتحنة:8

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. [QS. Al-Mumtahanah : 8]

Pada hakikatnya Allah menciptakan kita manusia agar beribadah (menghambakan diri) kepada-Nya dan nanti kita semua akan kembali kepada Allah dengan mempertanggungjawabkan amal kita masing-masing tanpa bisa bantu-membantu satu sama lain. Maka rasanya tidak perlu kita mengurusi agama dan kepercayaan orang lain, kewajiban kita hanyalah mengajak kepada Islam tanpa ada paksaan dengan bentuk apapun. Kalau mereka mau menerima, keselamatan buat mereka sendiri, kalau tidak mau menerima, kita saling menghormati

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ. الكافرون:6

Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku. [QS. Al-Kaafirun : 6]

Kita sebagai bangsa yang satu, hal-hal yang sekiranya bisa kita kerjakan bersama (tidak melanggar aturan agama) marilah kita bekerja sama. Adapun hal-hal yang tidak bisa kita kerjakan bersama, karena faham yang berbeda, marilah kita sama-sama bekerja tanpa mengganggu orang lain bekerja, nanti Allah sajalah yang akan memberi balasan pekerjaan kita secara sempurna.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT dengan membawa Al-Qur’an untuk memperbaiki akhlaq manusia, di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang sangat kental dengan kemusyrikan dan kemakshiyatan. Sedangkan ajaran Al-Qur’an sangat berlawanan dengan adat kebiasaan masya-rakat tersebut. Oleh karena itu Nabi SAW bersabda :

اِنَّ اْلاِسْلاَمَ بَدَأَ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ، فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَا اْلغُرَبَاءُ؟ قَالَ: اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ عِنْدَ فَسَادِ النَّاسِ. مسلم و ابن ماجه

“Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing (tidak umum), dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. [HR. Muslim, Ibnu Majah dan Thabrani]

Dalam riwayat lain bagi imam Ibnu Wahab, beliau SAW bersabda :

طُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِيْنَ يُمْسِكُوْنَ كِتَابَ اللهِ حِيْنَ يُتْرَكُ وَ يَعْمَلُوْنَ بِالسُّنَّةِ حِيْنَ تُطْفَى. ابن الوهب

Kebahagiaan bagi orang-orang yang asing, yaitu mereka yang berpegang teguh dengan kitab Allah ketika ditinggalkan orang banyak dan mengerjakan dengan sunnah ketika sunnah itu dipadamkan orang banyak.

Dari sabda Nabi tersebut kita dapat memahami betapa beratnya tugas Rasulullah SAW pada saat itu dan tugas para da’i masa mendatang memperbaiki akhlaq manusia jahiliyah, jahil terhadap kebenaran, berhati kasar, hidup hanya memperturutkan hawa nafsunya. Sedangkan yang dibawa Nabi bertentangan 180 o dengan keinginan hawa nafsunya, bahkan dianggap suatu yang asing (tidak umum) atau menyalahi kebiasaan.

Oleh karena itu berbagai tuduhan jelek dan cemoohan dilontarkan kepada Nabi, antara lain, dikatakan orang gila, kurang akal, memecah belah persatuan, merusak agama nenek moyang, dsb. Tidak saja cemoohan dengan ucapan, penganiayaan phisik pun dilakukan, bahkan ada rencana pembunuhan kepada diri Rasulullah SAW.

Namun demikian, itu semua tidak menjadikan Nabi berputus asa, takut dan berhenti dakwah, melainkan diterima dengan ikhlash dan penuh kesabaran, tidak membalas kejelekan yang mereka lakukan bahkan Nabi mendoakan untuk mereka dengan rasa kasih sayang, agar Allah memberi hidayah kepada mereka :

اَللّهُمَّ اهْدِ قَوْمِى فَاِنَّهُمْ لاَيَعْلَمُوْنَ.الاحاديث المختارة 10: 14

Ya Allah, berikanlah hidayah kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka kaum yang tidak mengerti. [Al-Ahaadiitsul Mukhtaarah juz 10, hal. 14]

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Islam akan kembali asing lagi seperti pada mulanya datang. Berarti bahwa orang yang menyeru kepada Islam dan mengamalkan dengan benar akan mendapat tantangan yang berat pula sebagaimana yang dialami Nabi ketika mula-mula menyeru manusia kepada Islam. Bahkan Rasulullah SAW menjelaskan dalam sabdanya :

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ اَلصَّابِرُ فِيْهِمْ عَلَى دِيْنِهِ كَاْلقَابِضِ عَلَى اْلجَمْرِ. الترمذى

Akan datang suatu masa atas manusia bahwa orang yang shabar (tahan) atas agamanya, bagaikan orang yang menggenggam bara api. [HR. Tirmidzi]

Namun yang menggembirakan sabda beliau:طُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ (kebahagiaan bagi orang-orang yang asing).

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, Rasulullah SAW berdakwah menyebarkan Islam kepada ummat manusia tanpa pamrih dan tidak mengharapkan imbalan apapun dari manusia kecuali menebarkan kasih sayang diantara manusia, serta mengharapkan ridla Allah semata dan hakikatnya demikianlah semua Rasul Allah.

Firman Allah SWT :

قُلْ لآَّ اَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَوَدَّةَ فِى اْلقُرْبى. الشورى:23

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas seruan (dakwah)ku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syuuraa : 23]

وَ مَآ اَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ اِنْ اَجْرِيَ اِلاَّ عَلى رَبّ اْلعَالَمِيْنَ. الشعراء:145

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. [QS. Asy-Syu’araa’ : 145]

Orang-orang kafir tidak memahami apa yang dikehendaki oleh Rasul Allah dengan aktifitas dakwahnya, maka mereka menawarkan kepada beliau, apapun yang dikehendaki akan dipenuhi, bahkan beliau akan diangkat menjadi raja (penguasa) asalkan beliau mau berhenti dari aktifitas dakwahnya.

Tawaran itu dengan tegas ditolak oleh Rasulullah, jangankan hanya itu, andaikata mereka dapat memberikan matahari dan bulan di kedua tangan beliau, beliau tidak akan berhenti berdakwah hingga kebenaran Islam menjadi jelas bagi manusia, atau beliau mati bersamanya, karena memang bukan itu tujuan dakwah.

Lain dengan kebanyakan manusia sekarang, aktifitas dakwah dilakukan untuk memperoleh sesuatu, kalau mungkin ingin dapat menjadi raja walaupun harus dengan jalan suap. Maka kalau keinginannya sudah tercapai, selesailah aktifitas dakwahnya. Padahal setiap muslim adalah da’i, dan seharusnya hal itu dilakukan dengan mencontoh Rasulullah SAW, yakni hanya mengharap ridla Allah SWT dan dilakukan dengan rasa kasih sayang, sehingga dakwah akan berjalan terus-menerus secara berkesinambungan, tidak berhenti di tengah jalan.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, perjalanan MTA selama 35 tahun, tidak melalui jalan yang mulus dan rata, melainkan melalui jalan yang sangat terjal dan penuh dengan semak-semak dan duri.

Hampir di semua daerah dimana MTA baru tumbuh pasti mendapat rintangan yang berat, sampai sekarang.

Dengan bermacam-macam tuduhan fitnah dilontarkan antara lain : tidak bermasyarakat, membikin resah, menganggap orang lain najis sehingga warga MTA tidak mau berjabat tangan dan tidak mau bermakmum dengan selain warganya, bahkan dianggap membawa agama baru, ingkarus-sunnah, dsb. Itu semua hanya fitnah belaka, didorong rasa kedengkian.

Yang menjadi permasalahan di berbagai daerah adalah sama, yakni karena kami warga MTA tidak ikut kenduri, sesaji-sesaji di tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat, tidak ikut acara selamatan-selamatan agar tidak diganggu danyang-danyang, dan sebagainya.

Hal itu kami tidak mengikuti karena kami meyaqini bahwa itu semua لَيْسَ مِنَ اْلاِسْلاَمِ (bukan ajaran Islam), bahkan membawa kepada kemusyrikan. Walaupun kami tidak melakukan yang demikian, namun kami warga MTA tidak pernah mengganggu, menghalangi saudara-saudara kami yang masih suka melakukan upacara-upacara tersebut, karena kami punya prinsip firman Allah :

لَنَآ اَعْمَالُنَا وَ لَكُمْ اَعْمَالُكُمْ. الشورى:15

Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. [QS. Asy-Syuuraa : 15]

Masing-masing kita akan memperoleh balasan dari Allah sesuai dengan amal perbuatan kita sendiri.

Hanya karena itu kami dituduh tidak bermasyarakat padahal kegiatan sosial kemasyarakatan seperti : donor darah secara rutin, kerja bhakti bersama masyarakat, siskamling, kami tidak pernah ketinggalan.

Untuk itu semua kami (pengurus) berusaha melakukan pendekatan melalui berbagai jalur, termasuk jalur pemerintahan dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku di negeri ini, namun masyarakat yang sudah kental dengan upacara-upacara tersebut tidak begitu saja mau tahu kegiatan yang kami lakukan. Tanpa putus asa da’wah kita lancarkan, akhirnya dengan pertolongan Allah berangsur-angsur masyarakat mau mengerti juga.

Wal hasil menghadapi kenyataan yang ada ini kami serahkan sepenuhnya kepada Allah, dan kami harus bershabar tidak berputus asa sebagaimana Rasulullah SAW bershabar dalam berdakwah, dan tantangan yang beliau hadapi jauh lebih berat daripada yang kami hadapi. Allah SWT berfirman :

... وَ اِنْ تَصْبِرُوْا وَ تَتَّقُوْا فَاِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ اْلاُمُوْرِ. ال عمران:186

Jika kamu bershabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. [QS. Ali ‘Imran : 186]

Dan kami yaqin sepenuhnya bahwa usaha apapun untuk membendung/ memadamkan cahaya Islam tidak akan berhasil dan Allah pasti menolong hamba-Nya yang menolong agama-Nya.

يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِئُوْا نُوْرَ اللهِ بِاَفْوَاهِهِمْ، وَ اللهُ مُتِمُّ نُوْرِه وَلَوْ كَرِهَ اْلكفِرُوْنَ. الصف:8

Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya sekalipun orang-orang kafir membencinya. [QS. Shaff : 8]

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْآ اِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَ يُثَبّتْ اَقْدَامَكُمْ. محمد:7

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, pasti Allah menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu. [QS. Muhammad : 7]

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, dengan itu semua kami dapat mengambil pelajaran bahwa :

1. Ummat Islam yang merupakan mayoritas di negeri ini, kebanyakan belum memahami dan belum meyaqini kitab sucinya (Al-Qur’an), mereka lebih suka mengikuti adat kebiasaan sekalipun hal itu bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana diungkapkan firman Allah :

وَ اِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا اِلى مَآ اَنْزَلَ اللهُ وَ اِلَى الرَّسُوْلِ قَالُوْا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ابَآءَنَا، اَوَلَوْ كَانَ ابَآؤُهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَّ لاَ يَهْتَدُوْنَ. المائدة:104

Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mendapat petunjuk ?. [QS. Al-Maaidah : 104]

2. Kebanyakan bangsa kita masih suka memaksakan kehendaknya kepada orang lain, setiap orang yang tidak sefaham, tidak sealiran, tidak separtai dengan dirinya dianggap lawan yang harus dimusuhi dan dijatuhkan .

3. Dengan keadaan yang demikian, lebih mendorong kepada kami untuk meningkatkan keshabaran menghadapi rintangan dan lebih meningkatkan aktifitas dakwah kami, dilandasi dengan rasa kasih sayang mengajak manusia untuk mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah agar tercapai kebahagiaan hidup yang haqiqi dan terwujudlah ketenteraman, kedamaian, saling menghormati satu dengan yang lain dan tercapailah apa yang kita idamkan bersama

بَلْدَةٌ طَيّبَةٌ وَ رَبٌّ غَفُوْرٌ

Kami berdoa semoga Allah membuka hati mereka yang belum memahami, sehingga mau memahami, syukur mau mengikuti, paling tidak semoga tidak mengganggu dan merintangi.

Pada usia yang ke-35 tahun ini, MTA yang berpusat di Surakarta sudah memiliki 157 Cabang dan perwakilan yang tersebar di bumi Indonesia ini, dari pelosok-pelosok desa sampai di kota-kota besar, di beberapa propinsi, yang paling barat adalah Medan Sumatera Utara, tepatnya di Jl. Perhubungan no. 17, Laut Dendang, Deli Serdang, dan di Kodya Binjai, dan di kota besar Medan. Sedangkan yang paling timur adalah di propinsi NTB, tepatnya di Jl. Batanghari, Tanjungkarang, Ampenan, Mataram. MTA mempunyai ribuan satgas yang siap sebagai sukarelawan untuk amal kemanusiaan.

Kaum muslimin dan muslimat rahimakumullah, SATGAS MTA, bukan saja untuk kepentingan MTA dan bukan untuk kepentingan partai maupun golongan tertentu, melainkan untuk kepentingan Islam dan ummat Islam khususnya, serta masyarakat luas pada umumnya.

Aktifitas SATGAS MTA bergerak di bidang dakwah dengan bentuk sosial kemasyarakatan di berbagai macam, antara lain :

* Mengirim dan membagikan sembako serta mengadakan pengobatan masal di beberapa daerah akibat bencana alam, maupun akibat konflik sesama bangsa, serta sebab-sebab lain, misalnya akibat banjir di Karawang (Jabar) dan Pati (Jawa Tengah), Tsunami di Aceh, banjir bandang di Langkat, gunung longsor di Banjarnegara, gempa bumi DIY dan Klaten, dan akibat konflik di Ambon, Ternate, Tual dan sekitarnya, dan juga di tempat-tempat lain yang dipandang perlu.

* Mengirim air bersih ke Gunung Kidul, yang kekeringan akibat kemarau panjang, dsb.

* Kerja bhakti bersama TNI dan masyarakat, baik AMD maupun TMD, dan membantu kepolisian dalam rangka Gerakan Disiplin Nasional (GDN), donor darah, dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi manusia, sebagaimana sabda Rasulullah :

خَيْرُ النَّاسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ. القضاعى فى الجامع الصغير

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. [HR. Al-Qudlaa’iy dalam AL-Jaami’ish Shaghiir]

SATGAS MTA bersimbul Al-Qur’an yang melekat di baret kepalanya dengan maksud menjunjung tinggi Kitab Suci Al-Qur’an serta berpikir yang sesuai dengan Kitab Suci tersebut. Juga gambar Al-Qur’an di pundaknya dengan maksud siap memikul tanggungjawab menyebarkan ajaran Al-Qur’an kepada masyarakat serta siap menanggung resiko karena tugas tersebut.

Pada usianya yang ke-30 MTA waktu itu, kami mohon kepada Bp. Prof. DR. H.M. Din Syamsuddin, MA dari MUI Pusat berkenan mengukuhkan keberadaan SATGAS MTA yang tersebar di berbagai daerah bumi Indonesia ini, agar supaya SATGAS MTA mempunyai pendirian yang kokoh dan lurus sebagaimana simbul yang melekat pada dirinya, yakni Al-Qur’an membawa kepada jalan yang lurus. Disamping itu pada peristiwa yang bersejarah itu mudah-mudahan anggota SATGAS tidak lupa bahwa dirinya bertugas bukan untuk kepentingan golongan tertentu, melainkan untuk Islam dan ummat Islam, serta kepentingan masyarakat secara luas dengan mengharap ridla Allah semata.

Alhamdu lillah, pada perjalanan da’wah MTA selama 35 tahun, sekarang sudah memiliki radio da’wah yang memancar sejak tanggal 1 Maret 2007 pada gelombang 107.9 MHz.

Pada tahun ini juga MTA sudah memiliki SDIT yang terletak di Gemolong, MTA Perwakilan Sragen. Dengan demikian MTA sudah memiliki pendidikan formal TK, SD, SMP dan SMA, ditambah Pondok Pesantren SMP dan SMA. Mulai tahun ini SMA MTA terpilih sebagai rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).

Demikianlah sekilas tentang perjalanan da’wah 35 thun MTA, meliputi aktivitas SATGAS nya, semoga Allah SWT meridlai usaha ini dan masyarakat menjadi faham bahwa keberadaan kami ingin mengajak ummat Islam khususnya dan semua manusia pada umumnya keluar dari gelap gulita menuju terang benderang, dari jalan sesat ke jalan selamat, mengikuti petunjuk Al-Qur’an, serta mengikis habis sifat dengki, dendam, permusuhan, menumbuhkan rasa kasih sayang dilandasi dengan iman dan rasa kekeluargaan.

لاَ اَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ اَجْرًا اِلاَّ اْلمَوَدَّةَ فِى اْلقُرْبى. الشورى:23

Aku tidak minta upah apapun kepadamu atas dakwahku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. [QS. Asy-Syuuraa : 23]

Selanjutnya kami mohon do’a kepada para ulama, para ustadz dan kaum muslimin dan muslimat yang hadir pada kesempatan ini, semoga perjalanan da’wah MTA selanjutnya dapat berjalan lancar di seluruh wilayah Nusantara yang kita cintai ini atas pertolongan dan ridla Allah SWT. Aamiin, ya Robbal ‘aalamiin.

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبّ اْلعَالَمِيْنَ،

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَ رَحْمَةُ اللهِ وَ بَرَكَاتُهُ

~oO[ A ]Oo~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar