Selasa, 26 Januari 2010

Bonek:Sebuah Potensi Salah Ekspresi


Pada tanggal 23 Januari 2010, sekitar 4000 bonek yang berangkat dari Surabaya ke Bandung via Solo melakukan tindakan anarki berupa pelemparan batu dan penganiayaan terhadap sejumlah orang. Selain itu tim yang akrab dengan tindakan hooliganisme ini juga melakukan tindakan kriminal penjarahan, pemukulan terhadap wartawan Antara, Hasan Sakri Ghozali, anggota Brimob, Briptu Marsito, perusakan stasiun Purwosari Solo dan stasiun lainnya, perusakan rumah warga, serta tindakan-tindakan tidak terpuji lainnya.

Satu bonek dilaporkan meninggal karena terjatuh dari atap kereta api Pasundan yang ditumpanginya, beberapa bonek mengalami keadaan kritis, dan puluhan orang dari pihak bonek dan penduduk di pinggiran rel kereta api mengalami luka-luka. Kerugian besar juga dialami oleh pihak Kereta Api Indonesia karena bonek melakukan perusakan terhadap kereta api, stasiun, dan menolak membayar penuh, serta menaiki kereta api melebihi kapasitas. (wikipedia)

Bonek sebetulnya mempunyai potensi yang luar biasa. Bondo nekat. Sebuah bentuk keberanian, tekad dan semangat serta ketawakalan yang belum terarahkan saja. Sebuah potensi yang belum tersalurkan dengan benar. Setiap orang yang menginjak usia muda memiliki jiwa yang membara untuk menunjukkan eksistensinya. Ada hadis yang mafhumnya bukanlah pemuda yang bangga dengan berkata…. ini bapak saya. Tapi seorang pemuda adalah yang bangga dengan berkata inilah saya.

Demikianlah psikologi yang ada pada diri bonek. Sebab lawan mereka bukan siapa-siapa melainkan sesama bonek sendiri. Mereka hanya ingin menunjukkan ini lho aku. Akulah yang paling bonek. Sebagaimana sekelompok pejuang yang tentunya ingin tampil sebagai pemberani. Hanya keberanian yang ditunjukkan bonek adalah keberanian yang belum tersalurkan kalau tidak mau dikatakan salah kaprah.

Nah, sebetulnya kalau potensi keberanian, tekad dan ketawakalan yang ada pada diri bonek ini sudah teridentifikasi, para orang tua (pemerintah, aparat keamanan, dan tim sepakbola) harus bisa memenejnya, mengarahkannya, mengakomodasinya sehingga tersalurkan dengan baik dan tidak menimbulkan hal-hal yang kontraproduktif. Misalnya saja dengan pengorganisasian yang sistemik, merubah karakter supporter yang seportif, dan lain sebagainya.

Faktor kedua, yang menyebabkan mereka anarki adalah stigma negatif yang ada pada diri mereka. Karena stigma itulah mereka justru ingin menunjukkannya. Semakin dilabel dan diberitakan, para Bonek semakin bangga menunjukkan kenekatan dan anarkistisnya. Maka, di sini peran media sangat besar.
Cobalah direview kembali sejarah bonek, sebetulnya mereka pun pernah juga menunjukkan sportivitas. Bonek bertindak tidak selalu anarkis ketika kesebelasan Persebaya kalah. Tahun 1995, saat Ligina II, Persebaya dikalahkan Putra Samarinda 0 - 3 di Gelora 10 November. Tapi tidak ada amuk Bonek sama sekali. Para Bonek hanya mengeluarkan yel-yel umpatan yang menginginkan pelatih Persebaya mundur. Saat masih di Divisi I, Persebaya pernah ditekuk PSIM 1 - 2 di kandang sendiri. Saat itu juga tidak ada aksi kerusuhan. Padahal, jika menengok fakta sejarah, hubungan suporter Persebaya dengan PSIM sempat buruk, menyusul meninggalnya salah satu suporter Persebaya dalam kerusuhan di kala perserikatan dulu.

Faktor ketiga, Bonek bisa begitu anarkistis karena faktor godaan situasi kerumunan. Massa berkerumun cenderung berpotensi mudah diprovokasi. Karena yang namanya kerumunan, di mana pun, apalagi seperti Bonek, mereka dengan mudah akan terpancing mengembangkan perilaku satu orang memulai yang lain ikut-ikutan.Untuk itu, pendekatan sosial yang diperlukan adalah rekayasa kultur dan rekayasa teknis agar ulah para Bonek ini bisa direduksi. Rekayasa kultur tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek.

Mengantisipasi dendam kesumat

Nampaknya insiden ini akan menimbulkan dendam kesumat utamanya bagi bonek dan warga Solo yang direpresentasikan oleh Pasopati. Nampaknya warga solo kemarin belum puas dengan aksi balas dendam yang mereka lakukan. Dan aksi balas dendam itu juga menyisakan dendam bagi bonek. Terlihat di televisi di acara penguburan salah seorang anggota bonek yel-yel umpatan kepada wong solo. Dan entahlah …. kenapa Solo ….. meski di tempat lain mereka melakukan aksi anarkisme dan mendapatkan balasan. Kini dendam itu bagaikan sebuah bisul. Tinggal tunggu waktu kapan meletusnya.

Nah, kalau hal ini sudah bisa diprediksi, maka jauh-jauh harus sudah diantisipasi. Misalnya diadakan pengarahan-pengarahan yang intensif persuasif kepada para bonek. Ini bisa dilakukan utamanya oleh Klub Persebaya sendiri sebagai idola mereka, pemerintah dan aparat keamanan. Tujuan utamanya adalah merubah stigma negatif yang telah disandangnya, dan mengganti dengan jargon yang lebih baik dan simpatik.

Saya yakin kebanyakan temen-temen bonek ini agamanya Islam. Maka perlu diadakan pengajian Bonek, n1ah di sini peran para Ulama dan lembaga-lembaga dakwah dituntut untuk aktif membuka pembinaan pengajian bagi para Bonek. Misalnya : Pengajian Akbar Bonek, Bonek Berdzikir, Bonek Bersholawat, dll.

Ingatlah sobatt.. sebuah anarkis kepada siapapun dalam bentuk apapun, memanjakan sebuah dendam, usaha memprovokasi dan fanatisme yang salah sasaran adalah kejahatan tidak dibenarkan oleh agama manapun.

Semoga bermanfaat

Jan Sawut
Jan Sawut
Smg dr brbagai kalangan,dpt mengambl hikmahnya..!?
Hari ini jam 10:51 melalui Facebook Seluler ·
Ari Sulis
Ari Sulis
Antisipasi.......kata kunci yang terlupakan. Bonek sekarang sudah tidak ada yang mengarahkan, mereka menajdi individu-individu, tak ada rasa berkelompok.
Hari ini jam 11:12 ·
Ki Megat Ruh
Ki Megat Ruh
Bagus tulisanmu. . . . Klo bisa dikirim di Jawa Post atau koran lainnya agar bisa diketahui kalangan, baik anak muda dimanapun dia utamanya yg saling bersinggungan ataupun org tua, aparat yg berwenang maupun para ulama, agar bisa mengurangi ketegangan. Kirim via e-mail ke JP (surat pembaca). Tks, aku dukung inisiatif ini utk kebaikan, krn ini tdk hanya ditujukan ke Bonek semata tapi juga utk maniak2 lain yg mendukung klub nya. Semoga.
Hari ini jam 14:16 melalui Facebook Seluler ·
Moyo Surokarto
Moyo Surokarto
@ Jan Sawut : kelingan jaman sih enom .... @ Ari Sulis : kayaknya alumni Bonek nich .... @ Ki Megat Ruh : Matur nuwun ki .... selama ini saya ndak pd .... tapi karena dorongan Jenengan ... langsung saya email ke beberapa media ...
Hari ini jam 14:56 ·
Ari Sulis
Ari Sulis
email wae....siapa tahu berguna bagi anda(duitnya).......peace...
Tulisan anda sangat berguna bagi kami alumnus Bonek, semoga saya dapat mengamalkannya....TQ
Hari ini jam 15:23 ·
Ki Megat Ruh
Ki Megat Ruh
Ojo mikir duite, itu efeknya saja. Yg pntg ibadah tanpo mengharap imbalan. . alias ihlas. . .alias lillahi ta allah. . . . . .
Hari ini jam 15:50 melalui Facebook Seluler ·
Ari Sulis
Ari Sulis
oke setujuh kang........................
Hari ini jam 15:53 ·
Jan Sawut
Jan Sawut
@kang moyo~sy pribadi stj dg apa yg anda tulis.. sy jg stj seandainya it akan d publikan..Dan sy jg sgt stj bl Anda kelingan masa2 Muda..!?? Yaa bgtlh anak Muda,darah mudanya msh panas,bsuk klu sdh tua ya tdk bgt..! Sy ykin suatu saat nanti,mereka akan menyadari ats tinhkahnya saat ini.,dan pd saat it mreka akan mrasa malu..!! Bocah enom yo ngono kwi toh kang.?! Hehehehe...Shanti-shanti..
Hari ini jam 16:07 melalui Facebook Seluler
Ari Jatim
Ari Jatim
Assalamualaikum,,
salam kenal semua..
Trimakasih mas moyo telah memberikan pandangan n solusi..
Saya sbg warga surabaya jg merasa prihatin atas kejadian ini,, saya s7 dgn pendapat mas moyo,,
fanatisme bonex tanggung haruz ada yg mengko0rdinir..
Hari ini jam 16:32 melalui Facebook Seluler ·
Juan Rastafara
Juan Rastafara
stuju kang moyo...mung wae kadung kakean mungsuh boneke kang...kudune bonek iso sinau soko kang wis kelakon ing stasiun manggarai prang taun kepungkur..50 an uwong dadi mayit kang...
11 jam yang lalu melalui Facebook Seluler ·
Juan Rastafara
Juan Rastafara
nek watuk d ombeni komix iso waras...nek watak?sopo salah bakal sumeleh...sopo nandur bakal ngunduh.....
10 jam yang lalu melalui Facebook Seluler ·
Yudi Rohmad
Yudi Rohmad
Pokoke ojo mandeg moco terus terus terusssssssss....
9 jam yang lalu ·