Jumat, 11 September 2009

Ketika Adat & Tradisi Mulai ditinggalkan



Orang tua dulu mengajarkan kepada anak2nya dengan sanepo. Misalnya di perempatan itu gawat, biar keliahatan lebih angker lagi dikasih kembang tiap hari jumat. Dikatakan gawat biar orang lewat hati-hati. Karena perempatan buat simpangan, kalo ga hati2 bisa tabrakan.

Juga dengan gua yang dikeramatkan. Biar angker dikasih sajen. Padahal angkernya gua itu biar gak dipake macem2. Seperti sekarang gua dipake pacaran, bahkan sampe ML, naudzubillah. Padahal dulu gua itu buat perlindungan, buat kholwat pada Allah sang pencipta, kontemplasi, muhasabah, dan meningkatkan daya spiritual.

Trus, dulu biasanya tiap desa punya punden. Biasanya berupa pohon besar yg dikeramatkan. Sering disebut resan berasal dari rembesan. Mengapa dikeramatkan ? Karena berguna sebagai sumber mata air. Sekarang ketika pohon besar udah ditebang, ekosistem ndak seimbang. Terjadi bencana alam. Berbeda dengan dulu meski orang2nya bodo tapi kehidupan berjalan seimbang.

Siapa yang bertanggung jawab ?

Ada dua kelompok yang menyerukan ditinggalkannya adat dan tradisi. Pertama kelompok materialisme sekuler, kedua kelompok puritanisme. Merekalah yang harus bertanggung jawab.

Refleksi : Pas Nafar di Eromoko

Rabu, 19 Agustus 2009

TRADISI MENYAMBUT RAMADHAN

Bulan Ramadan adalah bulan yang sangat dinanti-nanti oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia. Di dalamnya penuh dengan barokah, rahmat, dan maghfiroh (pengampunan). Seluruh umat Islam diwajibkan menjalankan ibadah puasa sepanjang bulan itu. Selain ibadah puasa wajib, umat Islam juga mengisinya dengan ibadah-ibadah sunah seperti, sholat tarawih, tadarus Al Qur’an, pengajian-pengajian seperti kuliah shubuh, pengajian menjelang/sesudah shalat tarawih, pengajian buka bersama, infaq, shodaqoh, zakat dan i’tikaf (memperbanyak ibadah di masjid) di sepuluh hari terakhir.
Di bulan Ramadan ini Allah “mengobral pahala”, dilipatgandakan bagi amal ibadah hambaNya. Peluang untuk meningkatkan amal ibadah pun terbuka lebar, sehingga digambarkan dalam sebuah hadits, bahwa di Bulan Ramadan pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. (HR. Muslim). Amat merugilah umat Islam yang diberi kesempatan menjumpai bulan Ramadan tetapi ia masuk ke dalam neraka, berarti dia tidak bias memanfaatkan kebaikan dan keberkahan yang ada di bulan Ramadan. Bahkan jika seorang muslim berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhori dan Muslim).
Bulan Ramadan menjadi wahana pengemblengan diri karena di dalamnya kia diwajibkan berpuasa sebulan penuh. Tujuan dari ibadah puasa di bulan ini adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Takwa artinya menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya. Setelah sebulan penuh umat Islam berpuasa, dan ditambah lagi dengan ibadah-ibadah lainnya diharapkan menjadi hamba-hamba yang bertaqwa.
Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat Islam, menyambut kedatangan bulan Ramadan jauh-jauh sebelumnya. Beliau biasa memperbanyak puasa sunah di Bulan Sya’ban. Beliau juga mengajarkan kepada umatnya untuk menyambut bulan Ramadan dengan penuh kegembiraan. Sehingga beliau pernah bersabda, “Sekiranya ummatku tahu tentang keistimewaan bulan Ramadan, niscaya mereka berharap sepanjang tahun menjadi bulan Ramadan.”
Kedatangan bulan Ramadan senantisa disambut dengan kegembiraan oleh umat Islam. Seperti SMS ucapan selamat menjalankan ibadah puasa. Spanduk dan poster bertuliskan Marhaban Yaa Ramadan dipasang di sudut-sudut kota sampai pelosok desa, pertanda tingginya antusias masyarakat dalam menyambutnya. Dari sini terkesan bahwa masyarakat benar-benar mengalami suatu “peristiwa spiritual” yang mengantarkan mereka kepada permulaan transformasi dalam dirinya. Wajah masyarakat mengalami perubahan kualitatif ke tahap yang lebih baik. Ditambah gairah masyarakat dalam menjalankan ritual keislaman dalam bulan ini.
Menjelang Ramadan segala sesuatunya telah dipersiapkan. Baik persiapan fisik maupun hati. Persiapan fisik meliputi sarana dan prasana yang dibutuhkan untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah puasa. Seperti, mempercantik penampilan masjid dan musolla berikut fasilitasnya. Menyangkut kebutuhan keluarga, juga dipersiapkan sedemikian rupa sehingga menambah ketenangan saat menjalankan ibadah. Merancang kegiatan selama bulan Ramadan juga menjadi bagian persiapan fisik ini. Yang tidak kalah penting dan lebih utama adalah persiapan batin. Hakikat puasa adalah ibadah yang melatih diri seseorang untuk jujur, ikhlas, sabar, dan mengendalikan diri. Inilah pesan moral yang wajib dilaksanakan mengiringi ibadah puasa.
Khazanah budaya
Dalam khazanah budaya kita, banyak sekali tradisi menyambut kedatangan bulan Ramadan. Di Jawa minimal ada 3 (tiga) bentuk tradisi. Pertama, nyadran. Berupa ziarah kubur yang dilaksanakan di bulan Sya’ban dengan membersihkan makam leluhur seraya memanjatkan doa permohonan ampun bagi mereka. Inti dari acara nyadran adalah “birul walidain” (bakti kepada orang tua), sekaligus sebagai wahana mengumpulkan “balung pisah”, yaitu sesama trah makam yang telah bertebaran dan tinggal di luar daerah.
Kedua, megengan. Berupa kenduri menjelang bulan Ramadan. Megengan berasal dari bahasa Jawa yang berarti menahan. Makna simbolisnya adalah di saat orang Jawa memasuki puasa Ramadan harus dengan berbuat baik terhadap sesama. Dalam kenduri megengan, dilantunkan doa-doa permohonan keselamatan dan kebahagiaan lahir batin bagi seluruh keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Tradisi megengan tidak hanya menciptakan relasi kesalehan sosial di masyarakat. Namun tradisi ini juga menumbuhkan relasi putaran perekonomian. Bahkan barangkali tradisi megengan inilah yang kemudian menciptakan tradisi pasar kaget ruwahan seperti halnya Dugderan di Semarang atau Dhandangan di Kudus. Ada tiga sajian makanan yang khas dalam megengan, yakni ketan, kolak, dan apem. Makna dari ketiga makanan itu adalah: ketan yang lengket merupakan simbol mengeratkan tali silaturahmi, kolak yang manis bersantan mengajak persaudaraan bisa lebih ‘dewasa’ dan barokah penuh kemanisan dan apem (berasal dari bahasa arab afwan) berarti jika ada yang salah maka sekiranya bisa saling memaafkan.
Ketiga padusan. Padusan berasal dari kata dasar adus, yang artinya mandi. Tradisi berupa mandi dan keramas tersebut secara harfiah dapat dimaknai sebagai persiapan fisik dan batiniah agar dalam memasuki puasa di bulan Ramadan dengan hati suci. Di Sunda dikenal dengan tradisi kuramas, sedang di Sumatera dikenal dengan tradisi Balimau.
Padusan dilakukan dengan adus kramas, mandi besar, untuk menghilangkan hadast besar dan kecil. Padusan dapat dilakukan dimanapun dengan menggunakan air suci dan yang menyucikan. Dengan demikian tidaklah perlu untuk melakukan padusan harus di suatu belik atau sumber air tertentu, harus memakai air tujuh rupa, air tujuh sumber dll. Memang tradisi yang saat ini telah salah kaprah terkesan padusan harus dilakukan di tempat yang wingit, angker ataupun bertuah. Hal tersebut sebenarnya lebih banyak bersifat gugon tuhon semata.
Jaman memang senantiasa berubah, namun nilai-nilai budaya yang senantiasa relevan dengan tata nilai manusia hendaknya tetap dilestarikan hingga anak cucu kelak di kemudian hari. Tentu saja selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam sendiri. Pola pikir yang kaku terkadang memandang bentuk budaya sebagai sesuatu yang sudah baku sehingga manakala diketahui ternyata kurang sesuai dengan ajaran Islam, justru bentuk-bentuk tradisi tersebut yang dihilangkan.
Di sisi lain tradisi hanya dijalankan sebagai seremonial belaka sehingga kehilangan ruh dan pesan sosial yang terkandung di dalamnya. Akibatnya terjadi pergeseran nilai-nilai budaya. Seperti tradisi padusan yang dilakukan di tempat pemandian atau kolam renang umum. Sebenarnya tidaklah menjadi masalah sepanjang koridor aturan agama masih tetap diindahkan. Misalkan saja tempat pemandian bagi kaum laki dan perempuan terpisah, dan tidaklah pantas apabila mandi telanjang bulat. Dengan demikian sebatas pada koridor norma, padusan dimanapun tidaklah menjadi masalah. Namun demikian satu hal yang semestinya dikedepankan dan diluruskan adalah hakikat dan tujuan daripada padusan itu sendiri agar jangan sampai luntur, atau bahkan berganti dengan kepentingan nafsu syahwat.
Sebenarnya, aneka ragam tradisi di atas merupakan aset kebudayaan yang tak ternilai harganya bagi bangsa kita. Pemahaman masyarakat akan hakekat dan pesan yang terkandung di dalam setiap bentuk tradisi akan berperan bagi masyarakat itu sendiri dan keberlangsungan sebuah tradisi. Bahkan masyarakat akan membuat terobosan baru agar tradisi-tradisi tersebut sesuai dengan ajaran agama yang melatar belakanginya dan kondisi zaman yang dilaluinya.
Marhaban ya Ramadan. Semoga kita diberi kekuatan untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh.

Rabu, 29 Juli 2009

FENOMENA RADIO DAKWAH






Islam adalah agama dakwah. Agama yang mengajak dan memerintahkan umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia. Berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap manusia Muslim, yaitu sebagai penerus risalah Nabi Muhammad SAW, untuk menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah, jalan keselamatan dunia akherat.


Untuk menunjang keberhasilan dakwah islamiyah ini, diperlukan adanya sarana dan pra sarana, baik dalam bentuk metode maupun alat yang dipakai untuk berdakwah. Seiring dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dakwah islamiyah pun menuai angin segar daripadanya. Dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah dalam menyebarluaskan ajaran Islam.



Salah satunya adalah pesawat radio. Media elektronik ini dapat digunakan sebagai sarana dalam berdakwah, karena keunikan yang dimiliki oleh media tersebut, selain simple, dan dapat didengar oleh seluruh lapisan masyarakat. Pesawat Radio memungkinkan pula penyebaran informasi dapat diakses secara cepat dan menjangkau komunikan yang jauh dan tersebar luas.



Belakangan, dakwah islam via radio selah-olah telah menjadi trend tersendiri. Meskipun sebenarnya sudah sejak dahulu para aktivis dakwah islam merintisnya. Sebut saja radio ABC Solo. Radio ini telah didirikan pada tahun 1969 dengan nama Radio Dakwa Islamiyah ABC (Al Irsyad Broadcasting Commission). Bersamaan itu pula didirikan Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS). Beberapa tahun kemudian (sekitar tahun 1975) dua radio ini dilarang mengangkasa oleh pemerintah, karena terus-menerus memompakan semangat Islam dan gencar mengritik pemerintah secara tajam.



Sekuat apapun usaha manusia untuk menghalangi pancaran cahaya Allah, mereka tetap terkalahkan. Karena Allah senantiasa menyepurnakan cahayanya. Meski radio dakwah dilarang, tetapi dakwah lewat radio tetap berjalan lewat program siraman rohani, kuliah shubuh, mimbar Islam, dan sebagainya yang dapat kita dengarkan dari siaran radio-radio baik swasta maupun milik pemerintah.



Dunia radio atau broadcast memang lebih didominasi oleh informasi/berita (news) dan hiburan (entertainmen). Sedangkan bidang bidang-bidang yang lain merupakan nomor yang kesekian dari program yang disiarkan. Apalagi program dakwah islam, selalu dipinggirkan dan dianaktirikan. Kenyataannya program dakwah biasanya disiarkan di pagihari ketika orang belum bangun, atau malam hari ketika orang sudah tidur.



Ironisnya, radio sebagai bagian dari media massa, sebagaimana media-media lainnya terus-menerus membuat kesan bahwa Islam adalah ajaran yang angker. Tak diragukan lagi, nampaknya upaya ini ditopang oleh media-media massa Barat secara kolektif. Media-media barat dapat dikatakan sebagai eksekutor konspirasi Islamphobia. Hal ini lah yang membuat kalangan budaya dan media-media massa dunia Islam mulai gencar mereaksi propaganda Barat yang menyudutkan Islam. Terkait hal ini, di Tunisia pernah digelar konferensi yang mengangkat topik, Tugas Kolektif Media-Media Massa dan Teknologi Informasi dalam Meluruskan Informasi Islam, pada tanggal 5 hingga 7 Mei 2008. Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO) sebagai penyelenggara konferensi tersebut, berupaya menentukan visi bersama di kalangan media-media massa dunia Islam, dalam rangka menghadapi segala bentuk Islamphobia yang dikembangkan oleh Barat.



Di Barat, khususnya di AS dan negara-negara Eropa, berbagai media massa dimanfaatkan untuk menghantam ajaran Islam. Beberapa film bioskop dan televisi yang menghina Islam, telah ditayangkan. Lebih dari itu, berita-berita minor sedemikian rupa dikemas media-media massa Barat untuk menggambarkan penganut ajaran Islam yang radikal dan terbelakang. Hal itu dapat dilihat dari pemberitaan minor dan penyimpangan fakta yang terjadi di Palestina, Irak dan Afghanistan. Media-media Barat dari koran, radio hingga televisi, secara kompak mempropagandakan anti Islam melalui artikel dan karikatur-karikatur yang mendiskreditkan agama ini.



Dari konferensi ini, dapat diungkap dan dikaji segala potensi yang dimiliki oleh dunia Islam untuk menghadapi berbagai sikap sentimen Barat atas Islam. Salah satu misi utama media-media Islam yang ditekankan adalah menjawab segala tudingan yang tak berdasar dan mencerminkan hakekat Islam yang tertuang dalam doktrinasi-doktrinasi agama ini.



Kini, ummat Islam sangat menyadari bahwa media dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk menghadapi propaganda anti Islam. Melalui media, ummat Islam juga dapat meng-counter isu-isu minor yang memojokkan agama ini. Dengan demikian, ummat Islam menggunakan senjata yang juga digunakan oleh Barat dalam menyerang Islam, yaitu media.



Alhamdulillah, di Solo sudah ada beberapa radio dakwah yang selalu istiqomah dengan keterbatasannya. Sebagaimana di depan sudah penulis sebutkan yaitu Radio ABC singkatan dari Al Irsyad Broadcasting Commision (sekarang berubah menjadi Radio Angkasa Bahana Citra). Radio ini dirintis oleh Ustadz Abdullah Sungkar, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, dkk.



Sekitar tahun 1997, berdiri Hizbullah FM yang diprakarsai oleh pemuda Islam Surakarta. Kemudian MQ FM Solo, radio ini merupakan cabang dari MQ FM Bandung milik da’i kondang KH Abdullah Gymnastiar. Kemudian Beberapa radio kajian salafy seperti Radio Darussalaf (yang dipancarkan dari Masjid Ibnu Taimiyah Cemani, Grogol, Sukoharjo), radio Suara Qur’an (yang dipancarkan dari PP Al Ukhuwah Sukoharjo), Radio PP Imam Bukhori (Gondangrejo Karanganyar), dll.



Dari kelompok lain lagi, Radio NK FM (Jagadnya Radio Solo, dari Kota Karanganyar), Al Hidayah FM (dari MKQ Al Hidayah Solo Baru), dll.

Radio MTA FM adalah fenomena tersendiri. Radio ini merupakan corong dakwah Islam yang diselenggarakan oleh Yayasan Majlis Tafsir Al Qur’an (MTA) Surakarta yang diasuh oleh Al Ustadz KH Ahmad Sukino. Sejak pertama kali mengudara dari awal tahun 2007, keberadaan radio MTA FM ternyata mampu menarik para pendengar untuk setia mendengarkan radio MTA FM. Format siaran yang dikemas dalam nuansa dakwah dirasa mampu menarik minat para pendengar yang haus akan syari’at islam yang sesuai dengan al-Qur’an maupun Assunnah.

Siaran radio MTA FM menjangkau wilayah yang cukup luas. Dari wilayah eks karisedenan Surakarta seperti Kabupaten Boyolali, Sragen, Karanganyar, Klaten, Wonogiri, Sukoharjo dan Kodya Surakarta sampai sebagian wilayah Semarang selatan, gunung kidul, Pacitan, Bojonegoro, Ponorogo, Ngawi, Blora, Purwadadi, Cepu, Rembang dan Tuban. Bahkan sampai sekarang sudah menjamah luar negeri, tentu saja pencapaian wilayah jangkauan (coverage area) ini hanya bisa ditembus melalui internet.

Seiring berjalannya waktu, radio MTA FM berusaha menyajikan informasi maupun hiburan bagi para pendengar. Informasi yang dihadirkan berupa pendidikan, ekonomi dan bisnis, kesehatan, teknologi sampai pertanian. Informasi yang disajikan ini dikemas dalam bentuk news maupun talk show. Kegiatan pengajian yang rutin diadakan setiap hari ahad mulai jam 07.00 WIB sampai dengan selesai ini mampu menyedot pendengar setia dan pengunjung pengajian yang mencapai jumlah 6.000 orang setiap minggunya.

Namun perjalanan dakwah Radio MTA Fm tidak semulus itu. Radio ini pernah "disemprit" Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah (Jateng) karena dinilai meresahkan dan menyinggung sebagian kelompok umat Islam. Misalnya, ustadz Ahmad Sukino sering menyebutkan tentang tidak perlunya peringatan bagi orang yang telah meninggal pada hari ketiga, ketujuh, sampai peringatan 1.000 hari. Padahal, umat Islam dari golongan tertentu telah lazim melakukan peringatan tersebut, terutama kaum Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu, daripada nantinya menimbulkan dampak yang tidak baik, maka pihaknya memberikan teguran. Bahkan KPID Jateng menilai materi siaran radio MTA tersebut melanggar peraturan KPI Nomor 2/2007 dan Nomor 3/2007 tentang pedoman perilaku penyiaran dan standar program siaran. Anehnya, meski sudah disemprit KPID Jateng, dakwah Islam yang disiarkan melalui radio MTA FM terus membahana di udara.

Terakhir Radio Dakwah Syariah (RDS FM) yang bermarkas di Solo Utara. Nampaknya radio ini merupakan reinkarnasi dari Radio Dakwah Islamiyah Surakarta (RADIS) di tahun 1970-an. Karena keberadaannya didukung oleh Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang senantiasa menyerukan tegaknya syariah Islam di bumi ini.

Dengan adanya fenomena ini, hendaknya pemerintah, para alim ulama, kaum muslimin dan masyarakat umumnya peka untuk senantiasa bekerja sama dalam rangka membina kehidupan beragama khususnya umat islam bersama radio-radio dakwah yang ada, dan menjadikannya sebagai mitra dalam bekerja sama membangun manusia Indonesia seutuhnya. Perbedaan paham diantara sesama radio dakwah yang cenderung mengarah kepada disintegrasi hendaknya diminimalisir, dengan mengadakan forum radio dakwah untuk berdialog menemukan titik temu kebersamaan. Namun jika hal ini tidak dapat dicapai minimal saling menghormati dan saling menjaga agar apa yang didakwahkan melalui radio tidak menimbulkan konflik. Pemerintah hendaknya juga memberikan batasan-batasan yang jelas tentang kode etik penyiaran bagi radio dakwah agar bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat. Jangan sampai keberadaannya diberangus, sehingga justru akan menuai protes keras dari umat Islam “Lha wong radio komersil dan hiburan aja boleh kok, mosok radio dakwah nggak boleh ?”



Tri Harmoyo

- Praktisi Dakwah

- Pemerhati Masalah Sosial, Budaya dan Agama

berdomisili di Surakarta

Sabtu, 06 Juni 2009

MEMILIH PEMIMPIN

MEMILIH PEMIMPIN
By : Teha Moyo

Pagi itu Kang Sukro berangkat ke TPS menggunakan hak pilihnya, belakangan sesudah seluruh keluarganya nyontreng di TPS yang tidak jauh dari rumahnya. Pemilu kali ini memang beda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Kalo boleh di bilang inilah pemilu yang paling ruwet sepanjang sejarah. Kakek dan nenek Kang Sukro mengeluh, betapa susahnya mencari nomor urutan partai, apalagi nama caleg yang hendak dipilihnya.

“Piye to le …. kok pilihane saiki dadi angel banget?” keluh neneknya.

“Njih, ngoten meniko, menawi badhe milih pimpinan ingkang sae, njih mawi cara ingkang mboten gampil. Menawi tiyang sepuh rumiyin ngendiko, lunyu-lunyu penek’en. Dados, sanadyan pemilu sak niki susah, njih kedah dipun lampahi.” Jawab kang Sukro.

“Lha, piye nek sing tak pilih mengko salah. Aku dadi bingung trus tak corek wae sing pojok nduwur dhewe…. Nek kleru rak ora popo to, le ?!” Tanya neneknya lagi.

“Mboten sah kuwatir mbah, ingkang wenang milih tiyang dados pemimpin utawi mboten, niku namung Gusti Allah, semanten ugi naming Gusti Allah kang wenang ngangkat drajating tiyang utawi badhe ngasoraken. Dados, kita sedoyo namung usaha. Selaku warga negara ingkang sae, kita kedah nggina’akan hak pilih kita. Sak sampunipun kita milih, kita pasrahakan dhumateng gusti Allah mungguh hasilipun. Sing penting ampun pedot-pedot anggone nyuwun dhumateng Gusti Allah supados dipun paringi pimpinan ingkang sae.”

Mendengar nasehat Kang Sukro, neneknya pun kelihatan marem dan nglegowo. Selanjutnya kang Sukro beralih kepada kakeknya.

“Nek, njenengan pripun, Mbah Kung ?”

“Nek aku ora bingung, kabeh cetho welo-welo.” Jawab Mbah Kung dengan PDnya.

Kang Sukro pun keheranan. Perlahan ia tanya pada kakeknya, “Nomer pinten sik njenengan pilih ?”

“Kabeh tak coblos nomor 11”, jawab kakeknya singkat.

“Ha ! “ ….. Kang Sukro terkejut, kemudian tertawa. Padahal, sejak semula seluruh keluarga sudah sepakat dengan nasehat Kang Slamet, kakak tertua Kang Sukro, yang sebelum hari H pilihan sudah sowan pada Kyainya untuk minta fatwa, siapa saja caleg yang harus dipilihnya.

Tapi ya sudah. Itu semua hanyalah ikhtiar, usaha, proses, perkara hasil ya terserah Tuhan lah yang menentukan. Inikan hanya pemilu, pesta rakyat lah, biasa kita menyebutnya. Tapi kalo boleh dibilang, lebih pas disebut pesta pemimpin.

Sungguh beruntung kita hidup di negri yang gemah ripah loh jinawi ini. Kita tidak hanya kaya SDA (sumber daya alam), tapi juga SDM yang ngedap-edapi. Tak ada negara yang yang demokrasinya melebihi Indonesia. Pun tak ada negara yang mempunyai stock pemimpin sebanyak Indonesia.

Lihatlah, pemilu legislatif sudah berlalu. Dan marilah kita sambut pemilu presiden. Tapi sebelumnya harus kita sadari sepenuhnya, bahwa capres dan cawapres itu hanya wenang mencalonkan diri. Kita sebagai rakyat kecil hanya wenang milih. Perkara pilihan kita jadi atau tidak kita serahkan sepenuhnya kepada Allah penentu segala keputusan.

Memilih pimpinan pun harus pakai resep. Boleh saja resep kita berbeda-beda asal tujuannya sama yaitu untuk menyajikan hidangan yang lezat dalam sebuah pesta kerakyatan. Ada sebagian rakyat yang mencari watak pemimpinnya melalui cara mengidentifikasi mereka dengan para pemimpin lama seperti Raja Majapahit, Raja Demak, Khalifah Empat, para rasul dan nabi, atau mengambil simbolisme dari dunia pewayangan dengan menyebut tokoh macam-macam: Bima, Arjuna, Gareng, Bagong, Limbuk, raksasa Kumbokarno, dan sebagainya.

Semuanya itu figur baik. Bima jujur gagah perkasa. Arjuna sakti pendiam, Gareng filsuf guru bangsa, Limbuk pengabdi yang setia tapi kritis, Kumbokarno raksasa besar pencinta dan pembela tanah air. Ada yang melalui karya sastra, seperti Serat Joyoboyo hingga Ronggowarsito. Tapi yang jelas pemimpin 2009 ini mesti dihitung berdasarkan parameter kualitas “satrio pinandhito sinisihan wahyu”.

Yang memimpin sekarang adalah Satrio Pambuko Gerbang, pembuka paradigma perubahan ke arah zaman baru. Sesudah itu, pemimpin sejati muncul dengan tiga syarat berkualitas tinggi. Ia harus "satrio": cakap, ulet, pejuang, prigel, profesional, menguasai multi-masalah, manajer pembangunan, dan panglima solusi. Tapi sekaligus harus lebih tinggi dari itu: "pinandhito" , tak terpesona oleh harta dan kedudukan, filosofi hidupnya matang mendalam, punya "wisdom", arif dan adil dalam kehidupan nyata, "spiritually grounded", berkadar pemimpin rohani, sekaliber "begawan", ustadz , kyai atau ulama.

Itu belum cukup. Ia harus "sinisihan wahyu". Harus tampak indikator bahwa pemimpin ini sangat mengedepankan petuah-petuah yang tercantum dalam wahyu yakni Al Qur’an. Pemimpin yang berusaha menegakkan syariat Islam. Pemimpin yang membumikan Islam, mengajak rakyatnya, “udkhuluu fis silmi kaffah”. Sehingga nyatalah “rahmatan lil ‘alamin” dan terwujudlah “baldatun thoyibatun wa robbun ghofur”.

Kang Sukro tercenung sejenak, dalam hati bertanya, “Adakah pemimpin dengan kriteria satrio pinandhita sinisihan wahyu ? Ataukah hanya ilusi saja ?” Ia berharap, semoga sebelum hari H, Kang Slamet sudah mengantongi fatwa dari kyainya tentang pasangan capres dan cawapres yang harus dipilihnya. Semoga saja.

HINDARILAH BERSIUL DAN TEPUK TANGAN

HINDARILAH BERSIUL DAN TEPUK TANGAN

Beberapa waktu yang lalu, pengajian Ahad Pagi MTA kedatangan tamu dari Saudi Arabia. Dalam sesi tanya jawab, ada seorang peserta yang bertanya kepada nara sumber yang mafhumnya demikian, “Apakah di Saudi Arabia ada pengajian tafsir yang pengunjungnya sebanyak pengajian tafsir Ahad Pagi MTA ini ?”
Nara sumber menjawab, bahwa banyak kajian tafsir di saudi Arabia. Tapi, subhanallah, tidak ada yang sebanyak pengajian di sini. Kalau pun ada tapi tidak dilaksanakan setiap minggu.

Spontan, jamaah yang hadir langsung menyambut dengan tepuk tangan. Tapi langsung ditegur oleh moderator, kita sambut dengan takbir, “Allohu akbar”. Seluruh jamaah pun menirukan, ‘Allohu akbar”.

Tepuk tangan adalah sebuah ungkapan kegembiraan, senang, takjub dan ...... Demikian juga siulan. Biasanya dipakai ketika menyambut pembicara/penceramah yang menyenangkan, atau lawakan, atau pertunjukan nyanyian, tarian, dan lain sebagainya.

Tapi, pembahasan kita disini hanyalah berangkat dari peristiwa di pengajian Ahad Pagi. Ketika jamaah MTA mendengar bahwa pengajiannya termasuk kategori pengajian yang luar biasa mereka menyambut dengan tepuk tangan ini ada beberapa kemungkinan :

1. Karena takjub
2. Karena gembira
3. Karena memuji pengajian MTA
4. Karena syukur bisa mengaji di MTA
5. dll

Jika demikian seharusnyalah kita menyambut dengan kalimat-kalimat thoyibah. Kalau kita takjub, sebutlah Allahu Akbar. Sebesar apapun pengajian kita, tidak akan melebihi kebesarannya Allah. Dan semoga Allahlah yang membesarkan pengajian kita. Dengan demikian ketauhidan kita tidak dikotori dengan ketakjuban kita pada diri kita, pada MTA, pada Ustadz MTA, Pengurus MTA, melainkan tetap kepada Allah.
Kalau kita merasa gembira, marilah kita ucapkan Al Hamdulillah. Segala puji hanyalah bagi Allah.

Dalam surat An Nashr Allah SWT menuntunkan kepada kita agar menyambut kemenangan dengan fasabbih bihamdirobbika was taghfiruh. Yakni dengan bertasbih dan bertahmid dan istighfar kepada Allah.
Firman Allah Ta’ala : “Dan sholat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepuk tangan …” (Al-Anfal : 35)

Syeikh Muhammad Jamil Zainu dalam bukunya “Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat” berkata, “Hindarilah siulan dan tepuk tangan, karena hal itu menyerupai perbuatan kaum wanita, orang-orang fasik dan kaum musyrikin. Apabila anda merasa kagum terhadap seseuatu maka katakanlah : “Allahu Akbar Walillahil hamd” (Allah Maha Besar dan hanya miliknya segala puja dan puji)

Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina pun juga pernah menyampaikan, sekarang kita pun ketularan dengan orang yang tepuk tangan menyambut pidato, ketika yang berpidato mengucap salam malah disambut dengan tepuk tangan.

Semoga bisa menjadi bahan instrospeksi bagi kita untuk lebih mawas diri dan berbedah diri. Wallahu a’lam.

MTA MERESAHKAN WARGA ?

MTA MERESAHKAN WARGA ?

Beberapa waktu yang lalu saya menemukan artikel berita yang berjudul “MTA meresahkan warga” di blog pustakamawar.wordpress.com. Berita tersebut dikutip dari Radar Madiun, dan sudah di tanggapi secara resmi oleh pengurus MTA setempat.

Komentar pun berdatangan baik dari kalangan yang benci dengan MTA atau pun yang simpati dan membelanya. Soal caci maki terhadap MTA tentunya bagi kita (warga MTA) membikin merah telinga (ngabangake kuping), tapi toh justru berita yang demikian tidaklah kontra produktif bagi eksistensi MTA. Di pengajian Ahad Pagi, entah sudah berapa kali Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina membacakan surat kaleng yang isinya menjelek-jelekkan MTA. Tapi Al Ustadz selalu menanggapi dengan sabar, dan dengan penuh optimistis, justru dengan berita itu akan membawa kebaikan bagi MTA. Semakin banyak orang mencaci maki MTA, akan semakin banyak pula orang yang datang ke MTA mencari kebenarannya. Subhanallah, dan ternyata apa yang Al Ustadz nyatakan, telah terbukti dengan semakin membludaknya jamaah pengajian Ahad Pagi, tumbuh berkembangnya pembinaan-pembinaan pengajian MTA, dan diresmikannya cabang-cabang baru di berbagai penjuru tanah Air bahkan sampai di luar negeri.

Sebagai warga yang minim pengetahuan saya tentang MTA, saya pun merasa panas setiap kali mendengar suara orang-orang yang mencaci maki MTA. Sering kali saya dengar, mereka mencaci di majlis obrolan rasan-rasan, majlis wedangan, bahkan di halaqoh-halaqoh masjid pun ada yang tega berbuat seperti itu. Bahkan saya sendiri pernah mendengar secara langsung, seorang Kyai pengasuh pondok sebuah pesantren mencaci maki MTA dan Al Ustadz di depan jamaah pengajian akbar. Na’udzubillah.

Tapi ya begitulah, sebagai warga MTA yang baik saya hanya berusaha mencontoh ustadz saya yang dengan sabar menghadapi caci maki seperti itu. Kalo saya punya kemampuan pasti akan saya terangkan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki.

Demikian juga kepada pemilik blog pustakamawar.wordpress.com. Saya pun mengkonfirmasinya. Apakah MTA meresahkan warga ? Dan apakah MTA tidak mersahkan warga. Apakah dengan adanya MTA masyarakat menjadi resah atau tentram. Setahu saya keberadaan MTA tidak meresahkan masyarakat. Justru keberadaan MTA membawa kemaslahatan bagi masyarakat. MTA adalah lembaga dakwah yang mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya MTA masyarakat bisa mengaji ilmu agama di MTA. Dengan pengamalan Al Qur’an dan As Sunnah akan membawa ketentraman bagi seluruh masyarakat, sebagaimana Islam yang membawa rahmatan lil’alamin. Setahu saya MTA selalu bekerja sama dengan pihak manapun, dengan pemerintah, ormas-ormas yang lain, bersama pak polisi, bersama TNI ikut kerja bakti TMD, bersama PMI ikut donor darah, MTA punya satgas yang tanggap darurat untuk menjadi relawan bagi korban bencana alam, daging kurban warga MTA juga disalurkan kepada seluruh masyarakat di sekitar MTA.

Tapi harus kita mafhumi pula. Jika ada yang masih resah dengan keberadaan MTA, itu mungkin terjadi karena mereka belum mengerti MTA. Inilah tugas kita sebagai warga MTA untuk tidak malu-malu menunjukkan bahwa diri kita ini muslim. Fashad bianna muslimun. Saksikanlah bahwa saya ini muslim sejati. Saksikan pula bahwa saya ini warga MTA. Bukannya ashoibiyah. Tapi kita tahu bahwa MTA ini adalah wadah, sarana, kendaraan bagi dakwah Islam. Betul nggak ?!

Ada yang komentar gini, “Mas ! Yang bikin masyarakat resah itu, karena MTA membawa ajaran yang berbeda dengan yang sudah ada di masyarakat. Amal ubudiyah warga MTA berbeda dengan ummat Islam lainnya juga beda. Seperti warga MTA tidak mau tahlilan, yasinan, kenduri selamatan, peringatan kematian, sedekah bumi, dll. “

Oke, jadi masalahnya adalah perbedaan. Apakah setiap perbedaan itu meresahkan ? Entah, di dalam otak saya ini ada berapa silang pendapat yang semoga justru dapat menumbuhkan kecerdasan dan kearifan dalam keilmuan dan solusi bagi setiap permasalahan yang saya hadapi. Pun dengan keadaan ummat islam yang ada, sungguh perbedaaan selalu menghiasi dinamika dan eksistensinya. Dan kita ummat Islam juga sudah terbiasa memandang perbedaan tersebut dengan kearifan dan kebijaksanaan. Lanaa a’maluna wa lakum a’malukum, bagiku amal-amalku dan bagimu amal-amalmu. Jangankan dengan sesama muslim, wong dengan lain agama aja kita sangat toleran, lakum diinukum waliyadin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Di Indonesia kita mengenal 2 organisasi besar Islam, NU dan Muhammadiyah yang memiliki dasar dan pengamalan agama yang sedikit berbeda. Di kalangan NU sendiri banyak thoriqat yang amaliahnya berbeda-beda. Itu semua kita maklumi, al ikhtilaafu fi ummatii rohmatun, bahwa perbedaan di kalangan umat (islam) adalah rahmat. Tapi mengapa ketika kemudian muncul MTA yang juga membawa amalan yang sedikit berbeda dipermasalahkan ? Dinilai meresahkan masyarakat ? Mengapa ?

Okelah, kalau perbedaan yang ada di MTA dipermasalahkan, semoga ini merupakan awal dari proses menuju titik temu kebenaran. Saya jadi ingat suatu peristiwa yang cukup menarik. Tentang sebuah buku yang berjudul “Mantan Kyai NU Menggugat tahlilan”. Keberadaan buku tersebut juga dinilai merasahkan umat Islam khususnya di kalangan NU. Saya pernah mengusulkan kepada petugas konter penjualan buku di pengajian ahad pagi MTA untuk menjualnya. Saya yakin bakal laris manis. Usul saya nampaknya mendapat tanggapan dari petugas. Tapi beliau Al Ustadz Drs. Al Ustadz Ahmad Sukina tidak berkenan, karena menyinggung saudara-saudara kita kalangan NU.

Tak lama kemudian di IAIN Sunan Ampel Surabaya buku tersebut di bedah dengan mendatangkan pihak penerbit dan yang membantahnya. Pihak penerbit kalah dan akhirnya buku tersebut ditarik dari peredaran. Saya sendiri sempat mendengarkan rekaman bedah buku tersebut dari sebuah pemancar radio komunitas di Karanganyar.

Apa hubungannya dengan MTA ? Al Ustadz sering mengemukakan di akhir ceramah beliau, bahwa beliau bersedia diluruskan kalau apa yang beliau sampai ada kesalahan. Beliau bersedia rujuk kepada kebenaran jika yang beliau pahami dan beliau ajarkan kepada warga MTA selama ini ada yang salah. Al Ustadz pada waktu peresmian Gedung Majlis Mangkunegaran menyampaikan, bahwa gedung pengajian ini terbuka bagi siapa saja, bukan hanya warga MTA, tapi bagi siapa saja yang ingin mengaji agama Islam, meskipun ia bukan warga MTA, bahkan belum masuk Islam pun boleh mengaji di pengajian Ahad Pagi MTA.

Jadi ....... pengajian Ahad Pagi MTA adalah forum ilmiah kajian Islam. Di sana jamaah bisa mendapatkan keterangan-keterangan tentang agama, dapat bertanya dan mendapatkan jawaban, juga dapat memberikan argumen dan meluruskan keterangan Al Ustadz jika ada kesalahan.

Oleh karena itu, kepada siapa saja yang menganggap MTA meresahkan masyarakat karena yang diajarkan di MTA itu salah, sesat, maka segeralah datang ke pengajian Ahad Pagi MTA untuk menyampaikan unek-unek anda. Dari pada hanya nggrundel dalam hati, rasan-rasan yang menjadikan kita menjadi makhluk pemakan bangkai saudara sendiri. Dan menjadikan kita diperbudak oleh prasangka buruk yang tidak pernah kita cari tahu kebenarannya, tidak pernah kita bertabayun kepada yang bersangkutan. Bahkan, menjadikan kita penyebar fitnah yang menjadikan kita berdosa karena kekejamannya yang melebihi pembunuhan. Jelas kan ?! Kapan nih, panjenengan mau tabayun ke MTA, meluruskan pemahaman MTA yang menurut anda salah ?! Ok. Saya tunggu lho!

Pernah seorang ihkwan yang mengaku tinggal di Rembang berkomentar pada saya, “Mas, yang bikin resah itu iklannya Janto, Mbah Kung dan Tuminah tentang tahlilan, selamatan, dan kemusyrikan.” Di Rembang katanya juga ada radio yang menyiarkannya, kemudian di demo oleh masyarakat.

Saya jawab, Mas, Mas ! Bukankah kita harus saling menghormati dengan pemahaman dan pengamalan orang lain ? Ini masalah beda pendapat, mengapa kita tidak saling menghormati. Mengapa kami tidak tahlilan, yasinan, selamatan kematian, dll karena menurut pemahaman kami -- berdasarkan ilmu pengetahuan agama yang kami ketahui dan kami yakini -- tidak membenarkan kegiatan-kegiatan tersebut. Tapi itu hanya berlaku bagi kami dan bagi yang sepaham dengan kami. Tentang pemahaman panjenengan berbeda ya monggo silahkan. Kami tidak akan mengganggu, silahkan panjenengan melaksanakan sesuai dengan pemahaman dan keyakinan panjenengan. Dan sebaliknya panjenengan pun jangan mengganggu kami. OK !

Nah, beginilah yang namanya saling menghormati. Kita menghormati pemahaman, keyakinan, keilmuan dan pengamalan masing-masing. Termasuk manakala masing-masing kita mendakwahkan pemahamannya masing-masing, ya kita saling menghormati. Kami menghormati dakwah panjenengan, dan kami mohon panjenengan juga jangan mengganggu manakala kami mendakwahkan kepada orang lain tentang pemahaman, keyakinan dan pengamalan kami yang kami yakini kebenarannya. OK !

Marilah kita laksanakan ilmu dan keyakinan kita masing-masing, dan marilah kita sama-sama mendakwahkannya. Marilah kita bersaing dalam kebaikan. Kebenaran itu milik Allah. Semoga Dia berkehendak menyatukan kita di dalam kebenaran-Nya. Marilah kita berusaha mencapainya, melalui diskusi ilmiah yang sportif untuk mencari titik temu, bukan untuk menjatuhkan. Penjenengan setuju ?!

Sabtu, 23 Mei 2009

PENDIDIKAN POLITIK ALA MTA

PENDIDIKAN POLITIK ALA MTA

Tri Harmoyo

Sebetulnya tak ada satupun orang hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu yang lepas dari politik. Pendek kata tak ada orang yang tidak berpolitik. Kalau ada yang mengatakan saya tidak berpolitik, tidak berpolitik itulah politiknya orang yang tidak berpolitik.

Ada orang bilang “politik itu kotor”. Ungkapan inilah yang sering kita dengar dari masyarakat dan mungkin sudah menjadi paradigma yang mewarnai fikiran mereka. Setidaknya ungkapan tersebut muncul dari beberapa sebab yang melatarbelakanginya. Mungkin, ungkapan tersebut sengaja dimunculkan dari pihak mereka yang berpolitik dan berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan menghasung lawan-lawan politiknya agar tidak berpolitik, maka ia menyebarkan virus ungkapan bahwa politik itu kotor. Sehingga bagi mereka yang semula hendak berpolitik tidak jadi lantaran takut dicap kotor oleh masyarakat karena terjun ke politik.

Kedua, berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah. Betapapun banyaknya politikus yang bersih dalam mempertahankan idealismenya untuk memperjuangkan aspirasi rakyatnya namun ternyata lebih banyak para politikus yang kotor. Baik hanya di muka tapi di belakang berbuat dusta. Korupsi, kolusi, nepotisme sudah mendarah daging pada diri para politikus. Banyak para da’i, ustadz bahkan kyai rela menjadikan dirinya sebagai tumbal untuk mengembalikan persepsi positif masyarakat akan politik. Tapi apa yang terjadi, mereka terseret ke dalam lumpur kotornya politik. Sebagaian mereka berusaha tetap mempertahankan idealismenya dalam berpolitik secara sehat, islami, syar’i, berakhlaq dan beradab. Tapi apa yang terjadi, mereka justru tersingkir dan bahkan disingkirkan oleh sesama politikus (yang kotor) atau sekedar tersingkir oleh sistem politik yang sudah merupakan jeratan lingkaran setan.

Tak ada pilihan lain kecuali kata-kata saya tidak berpolitik, untuk membuat citra diri yang bersih dari kotornya dunia politik. Tapi sekali lagi, tidak ada yang tidak berpolitik.

Di MTA, Al Ustadz Drs Ahmad Sukina, selaku Ketua Umum, Ustadz, sekaligus imam bagi warga MTA, sering menyatakan bahwa MTA bukanlah partai politik, bahkan tidak akan pernah menjadi partai politik. Dari pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa MTA secara praktis tidak berpolitik. Bahkan Al Ustadz pernah menjelaskan, siapa saja, partainya apa saja, boleh mengaji di MTA. Tapi, kalau sudah sama-sama duduk mengaji di MTA, segala atribut partai harus dilepaskan. Karena kalau dalam majlis MTA ada beberapa partai, bisa menimbulkan perpecahan.

Pernyataan Al Ustadz tersebut amat sederhana, namun di dalamnya mengandung strategi politik yang luar biasa. Ada banyak hikmah sekaligus strategi politik dan pendidikan politik bagi warga MTA. Apalagi pada akhirnya, menjelang hari H warga MTA mendapat petunjuk dari para pengurus tentang siapa-siapa saja yang harus dipilihnya.

Pertama, MTA tidak berpolitik dan tidak akan menjadi politik. Ini merupakan strategi politik dakwah yang menjaga komitmen MTA sebagai lembaga yang bergerak di bidang dakwah Islam. Betapa banyak organisasi Islam yang terjun ke dalam politik --menjadi partai politik-- kemudian timbul tenggelam karena kekalahan, bahkan perpecahan karena kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan.

Kedua, orang dari partai apa saja boleh mengaji di MTA. Tapi setelah sama-sama duduk di MTA hendaklah melepaskan atribut politiknya. Itu pernyataan singkat Al Ustadz. Tapi konsekuensinya, kalau memang sudah menjadi warga MTA jangan aktif di partai manapun, walau hanya sekedar ikut kampanye. Hikmahnya adalah untuk menjaga persatuan Umat Islam khususnya intern MTA sendiri. Juga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda-beda dari luar MTA, sehingga tidak mengurangi rasa simpatik dan intensitas silaturrahim. Betapa banyak jamaah pengajian yang pecah bahkan bubar, satu RT bentrok, gara-gara partai yang didukungnya berbeda.

Ketiga, MTA sebagai lembaga independen dan komitmen dengan gerakan dakwahnya, berusaha menjadi wahana silaturrahim di antara partai Islam yang ada. Sehingga ketika MTA tidak menunjukkan keberpihakannya terhadap partai politik tertentu, tidaklah mengurangi simpatik dan intensitas silaturrahim bagi partai lainnya. Coba bayangkan seandainya MTA terang-terangan mendukung Partai Bulan Bintang, tentu partai-partai lainnya akan enggan dengan MTA. Dan ketika MTA tidak menyatakan diri mendukung partai tertentu, kita lihat partai politik apapun enjoy saja silaturrahim di MTA. Tentu saja masing-masing partai berharap mendapat dukungan dari MTA. Dan karena pernyataan MTA tidak berpolitik pula, yang menyebabkan tokoh-tokoh Islam yang menyatakan anti politik, anti demokrasi, anti pemilu merasa enjoy dengan MTA.

Anehnya, meskipun Al Ustadz selaku imam di MTA sudah menyatakan demikian, wartawan selalu saja meraba-raba mencari tahu ke mana dukungan MTA diberikan. Ingat kan, ketika peresmian Gedung MTA. Esoknya yang keluar di Koran headlinenya “MTA Beri Sinyal Dukung SBY.” Sehingga asumsi masyarakat mengira MTA mendukung SBY termasuk Partai Demokratnya. Tapi wartawan yang lain malah interest dengan Ponari dan Presiden disuguh ember.

Keempat, meski MTA menyatakan dirinya tidak berpolitik, sebagai bagian dari bangsa Indonesia, MTA tetap turut mensukseskan pemilu. Baik sebagai pemilih atau sebagai panitia. Ini merupakan kontribusi besar MTA bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga rasa simpatik dari pihak pemerintah pun tumbuh. Tapi yang agak jelas, mensukseskan pemilu, menggunakan hal pilih merupakan sumbangsih kita sebagai warga negara baik, dan semoga tidak berlebihan kalau kita sebut sebagai bagian dari ketaatan kepada pemerintah (ulil amri).

Kelima, pilihan warga MTA adalah pilihan yang diharapkan membawa kebaikan bagi semuanya utamanya bagi kelangsungan dakwah Islam khususnya di MTA. Maka siapa yang dipilih, seluruhnya digariskan dari pimpinan pusat. Dari sini setiap warga MTA mengetahui tujuan utamanya berperan aktif dalam pemilu, yakni memilih calon wakilnya yang diharapkan membawa keuntungan bagi kelangsungan dakwah Islam. Pilihannya pun kompak, sesuai dengan yang digariskan dari pengurus sehingga menjauhkan perpecahan di antara sesama warga MTA. Dan yang paling utama adalah wujud ketaatan warga jamaah MTA kepada pimpinannya. Sebagaimana telah tertanam kuat di kalangan MTA khususnya dan ummat Islam pada umumnya, bahwa taat kepada pimpinan merupakan salah satu wujud ketaatan kepada Allah dan RosulNya, selama perintah pimpinan tersebut tidak bertentangan dengan Allah dan RasulNya.

Kembalikan kepada Allah

Inna sholaatii wa nusuukii wa mahyaayaa wa mamati lillahi robbil ‘alamin. Sesungguhnya sholatku, ibadah (sembelihanku), hidup dan matiku hanyalah untuk Allah robb sekalian alam. Maka, segala aktivitas hidup kita hanya karena Allah semata. Termasuk ketika warga MTA ngaji di MTA, warga MTA taat pada pimpinan untuk memilih ini dan itu, semuanya karena Allah ta’ala. Maka, ketika ternyata pilihan warga MTA tersebut ternyata tidak lulus, kita serahkan semuanya kepada Allah. Karena Allahlah yang Maha Menentukan. Boleh jadi kita mencintai sesuatu, tetapi ternyata sesuatu itu buruk bagi kita. Sebaliknya boleh jadi kita membenci sesuatu, tapi sesuatu itu baik bagi kita. Allah Maha Tahu kebaikan bagi kita, sedang kita tidak tahu.

Kekalahan mereka (caleg/partai) yang didukung MTA, adalah sebuah ujian bagai warga MTA. Apakah dengan peristiwa itu, warga MTA akan tetap istiqomah berpegang teguh pada jamaah dengan tetap mengedepankan ketaatan kepada imam jamaah di MTA? Atau sebaliknya, dengan peritiwa tersebut menjadikan sebagian jamahnya munafik, kasak-kusuk di belakang, menggerundal dan diam-diam berbuat makar di tengah-tengah jamaah. Atau bahkan dengan peristiwa mereka malah lari dari jamaah. Na’udzubillah. Semoga tidak terjadi[]

Jumat, 03 April 2009

Sudah Kubuang-buang

Sudah kubuang-buang tuhan
Agar sampai ke yang tak terucapkan
Namun tak sekali ia sedia tak hadir
Terus mengada mengada bagai darah mengalir

Sajakku beranak-pinak
Dikungkung tuhan sendirian
Perih cintaku berteriak-teriak
Takut ditolak keabadian

Sudah kubuang-buang tuhan
Sudah kulupa-lupakan
Sampai ingat dan lupa
Lenyap jaraknya

Sampai tahu tak atau menjelma
Baginya tak beda
Sampai gugur mainan ada tiada
Yang menghimpitku di tengahnya

Sudah kubuang-buang
Sudah kubuang-buang
Ia makin saja tuhan
Makin saja Tuhan

1996

Senin, 09 Maret 2009

PRESIDEN RESMIKAN GEDUNG MTA



BERSAMA ANAK-ANAK: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Ani bersama anak-anak pada acara peresmian gedung Yayasan Majelis Tafsir Al Quran (MTA) di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (8/3/2009). (haryanto/presidensby.info)
PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan gedung Yayasan Majelis Tafsir Al Quran (MTA) Surakarta hari Minggu (8/3) sore. Ketua umum MTA Ahmad Sukirno dalam sambutannya mengatakan, sejalan dengan program pemerintah untuk membangun manusia seutuhnya, Yayasan MTA sebagai lembaga Da’wah Islamiyah yang berdiri sejak tahun 1972 telah ikut aktif berkontribusi dalam upaya perbaikan akhlaq manusia sebagaimana misi yang diemban Rasulullah SAW.
“Sejalan dengan semakin banyaknya peserta pengajian Ahad pagi, gedung yang lama tidak mampu menampung jumlah pengunjung lagi. Gedung MTA ini dibangun dengan swadaya murni para peserta pengajian Ahad pagi dengan menelan biaya sekitar Rp. 13 milyar,” tambahnya.
Presiden SBY berharap, berbagai kegiatan MTA baik yang bersifat formal maupun informal dapat semakin ditingkatkan, tidak hanya di wilayah Surakarta dan sekitarnya tetapi juga di seluruh penjuru tanah air. “Sungguh merupakan kebahagiaan bagi saya, hari ini dapat bersilaturahim dengan para kyai, ulama, sesepuh, pengurus dan jemaah MTA. Bagi kita semua, pertemuan dengan para ulama dan kyai memiliki nilai yang sangat penting,” terang SBY. “Para ulama dan kyai adalah penunjuk jalan, pembawa pelita, dan penerang di kala gelap. Keluhuran budi, keluasan ilmu dan kearifan bersikap membawa ketenangan dan keteduhan bagi umat, bangsa, dan negara. Apalagi saat ini saya hadir ditengah-tengah para mutasir atau ahli tafsir yang paham betul tentang isi dan kandungan Al Quran,” ujar SBY.
“Oleh karena itu, pertemuan itu bukan semata-mata pertemuan untuk meresmikan gedung MTA, bukan pertemuan seremonial belaka, tetapi pertemuan silaturahim yang terpatri antara ulama dengan umaroh. Saya menyambut gembira perkembangan yang pesat MTA yang saat ini telah memiliki cabang hampir di seluruh penjuru tanah air bahkan di luar negeri. MTA saat ini telah berkembang pula menjadi penyedia pendidikan formal, kesehatan, kegiatan sosial bahkan satga tanggap darurat,” SBY menerangkan.
Presiden SBY memberikan penghargaan yang tinggi kepada MTA atas berbagai kegiatan yang turut menunjang upaya pemerintah, terutama dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat kita. Usai acara, Presiden SBY dan rombongan meninjau gedung berlantai empat tersebut. Nampak hadir antara lain, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Seskab Sudi Silalahi, Mensesneg Hatta Rajasa, dan Menteri PU Djoko Kirmanto. (presidensby.info)

JANGAN MENGANDALKAN UTANG APALAGI MINTA-MINTA




“KITA patut bersyukur karena upaya mendalami Al Quran di tanah air terus mengalami peningkatan. Para ahli tafsir, qori dan qoriah, serta para hafiz atau penghafal Al Quran, juga terus bertambah. “Bahkan cukup banyak yang memiliki prestasi di tingkat internasional,” ujar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meresmikan gedung Yayasan Majlis Tafsir Al Quran (MTA) Surakarta, Minggu (8/3) sore.
Sejarah mencatat, kata SBY, mengapa peradaban Islam pada abad-abad pertama menunjukkan peradaban yang gilang gemilang. Sebab kaum Muslimin menjadikan Al Quran sebagai pedoman dalam kehidupan. “Setiap gerak dan nafas umat Islam selalu didasarkan pada Al Quran. Kehidupan yang selalu berada dibawah naungan Al Quran seperti itulah yang menjadi contoh dan teladan bagi kita semua,” SBY memaparkan.
Presiden SBY mengajak para ulama, tokoh masyarakat dan para orangtua untuk bersama-sama membimbing, mengarahkan, dan mendidik anak-anak kita dan segenap kaum muslimim untuk membaca dan memahami makna yang terkandung dalam Al Quran. “Marilah kita wujudkan negeri kita sebagai sebuah negara yang religius, yang aman dan sejahtera,” lanjutnya.
“Saya bangga, gedung MTA yang megah dibangun dengan tidak meminta-minta. Kita ingin membangun negara pun dengan berdiri diatas kemampuan kita. Tahun-tahun terakhir kita bertekad dan dapat kita buktikan sekarang meskipun masih harus kita tingkatkan. Kita membiayai pembangunan nasional bukan lagi mengandalkan hutang luar negeri tetapi lebih mengandalkan penerimanaan dalam negeri,” tegas SBY. (presidensby.info)

JIHAD MELAWAN KORUPSI


PERESMIAN: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada acara peresmian gedung Yayasan Majelis Tafsir Al Quran (MTA) di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (8/3/2009). (haryanto/presidensby.info)
PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono mengajak jihad melawan korupsi dan meminta pejabat negara agar tidak menyalahgunakan kekuasaan. Ajakan tersebut disampaikan Presiden Yudhoyono menanggapi pernyataan Ketua Umum Majelis Tafsir Alquran (MTA) Surakarta, Ahmad Sukina, pada acara peresmian Gedung MTA di Solo, Jawa Tengah, Minggu (8/3).
Sukina dalam sambutan yang diberikan sebelum giliran Presiden berpidato menyampaikan rasa syukurnya bahwa Indonesia memiliki Presiden yang gigih memberantas korupsi.
Namun, kata Sukina, harus disayangkan korupsi di Indonesia belum tuntas diberantas pada masa jabatan Presiden yang akan segera berakhir.
Untuk itu, ia berharap pemberantasan korupsi dapat diteruskan pada periode jabatan presiden yang kedua dan meminta umat Islam mendukung usaha tersebut. “Mudah-mudahan, pada periode jabatan yang kedua nanti bisa diteruskan dan umat Islam wajib mendukung pemberantasan maksiat tersebut,” ujar Sukina.
Menanggapi pernyataan Sukina, Presiden dalam pidatonya mengatakan ia setuju perang terhadap korupsi karena negara akan gelap apabila korupsi merajalela. “Saya mengajak jihad melawan korupsi. Mari kita cari rezeki secara halal,” ujarnya.
Presiden juga meminta para pejabat pemerintah agar tidak menyalahgunakan kekuasaan, melanggar aturan, dan melakukan bisnis yang tidak benar. “Rakyat tahu, siapa-siapa yang tidak bisa meninggalkan pekerjaan untuk mencari rezeki dengan cara tidak benar. Saya minta KPK tindak tegas dan adil kepada siapa pun,” ujarnya.
Dalam pidato yang disampaikan dengan suara bersemangat meski di tengah hujan deras, Presiden lalu mengatakan, saat ini bangsa Indonesia harus mandiri sehingga tidak perlu lagi menjual aset negara untuk membiayai pembangunan.
Presiden yang berbicara di depan puluhan biru orang juga mengatakan pada 2008 pemerintah telah memberikan anggaran hingga Rp16,6 triliun kepada Departemen Agama, yang diantaranya digunakan untuk mengelola pendidikan di bawah departemen tersebut. Angka itu, menurut Presiden, akan naik lagi seiring dengan anggaran pendidikan 20 persen yang dialokasikan pemerintah pada 2009. Pernyataan Presiden tersebut selalu diakhiri dengan tepuk tangan para hadirin.
Yayasan MTA adalah lembaga dakwah Islam yang berpusat di Surakarta. Lembaga tersebut dibentuk oleh Ustadz Abdullah Thufail Saputra pada 19 September 1972. MTA saat ini memiliki 31 perwakilan dan 159 cabang di seluruh Indonesia.
MTA mengkaji kitab-kitab tafsir yang sudah ada, meramu, dan merangkumnya kembali untuk kemudian diajarkan kepada para siswa Pada acara peresmian Gedung MTA hadir antara lain Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nurwahid, Menteri Agama Maftuh Basyuni, dan Menteri Sekretaris Negara Hatta Radjasa. (Antara)

Rabu, 18 Februari 2009

SEKILAS TENTANG YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL-QUR’AN (MTA)


SEKILAS TENTANG

YAYASAN MAJLIS TAFSIR AL-QUR’AN (MTA)

Oleh: Sekretariat MTA

A. Pendirian dan tujuan

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tangal 19 September 1972 dengan tujuan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA.

B. Latar belakang

Pendirian MTA dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada akhir dekade 60 dan awal dekade70. Sampai pada waktu itu, ummat Islam yang telah berjuang sejak zaman Belanda untuk melakukan emansipasi, baik secara politik, ekonomi, maupun kultural, justru semakin terpinggirkan. Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya, melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia yang semacam itu tidak lain karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an. Oleh karena itu, sesuai dengan sabda Nabi s.a.w. bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an, Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasi apabila umat Islam mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA sebagai rintisan untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an.

C. Bentuk badan hukum

MTA tidak dikehendaki menjadi lembaga yang illegal, tidak dikehendaki menjadi ormas/orpol tersendiri di tengah-tengah ormas-ormas dan orpol-orpol Islam lain yang telah ada, dan tidak dikehendaki pula menjadi onderbouw ormas-ormas atau orpol-orpol lain. Untuk memenuhi keinginan ini, bentuk badan hukum yang dipilih adalah yayasan. Pada tanggal 23 Januari tahun 1974, MTA resmi menjadi yayasan dengan akta notaris R. Soegondo Notodiroerjo.

D. Struktur lembaga

Kini MTA telah berkembang ke kota-kota dan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Pada awalnya, setelah mendirikan MTA di Surakarta, Ustadz Abdullah Thufail Saputra membuka cabang di beberapa kecamatan di sekitar Surakarta, yaitu di kecamatan Nogosari (di Ketitang), Kabupaten Boyolali, di Kecamatan Polan Harjo, Kabupaten Klaten, di Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, dan di Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen. Selanjutnya, perkembangan pada umumnya terjadi karena siswa-siswa MTA yang mengaji baik di MTA Pusat mau pun di cabang-cabang tersebut di daerahnya masing-masing, atau di tempatnya merantau di kota-kota besar, membentuk kelompok-kelompok pengajian. Setelah menjadi besar, kelompok-kelompok pengajian itu mengajukan permohonan ke MTA Pusat agar dikirim guru pengajar (yang tidak lain dari siswa-siswa senior) sehingga kelompok-kelompok pengajian itu pun menjadi cabang-cabang MTA yang baru. Dengan cara itu, dari tahun ke tahun tumbuh cabang-cabang baru sehingga ketika di sebuah kabupaten sudah tumbuh lebih dari satu cabang dan diperlukan koordinasi dibentuklah perwakilan yang mengkoordinir cabang-cabang tersebut dan bertanggungjawab membina kelompok-kelompok baru sehingga menjadi cabang. Kini, apabila kelompok pengajian ini merupakan kelompok pengajian yang pertama-tama tumbuh di sebuah kabupaten kelompok pengajian ini langsung diresmikan sebagai perwakilan. Demikianlah, cabang-cabang dan perwakilan-perwakilan baru tumbuh di berbagai daerah di Indonesia sehingga MTA memperoleh strukturnya seperti sekarang ini, yaitu MTA pusat, berkedudukan di Surakarta; MTA perwakilan, di daerah tingkat dua; dan MTA cabang di tingkat kecamatan (kecuali di DIY, perwakilan berada di tingkat propinsi dan cabang berada di tingkat kabupaten).

E. Kegiatan

1. Pengajian

a. Pengajian khusus

Sesuai dengan tujuan pendirian MTA, yaitu untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an, kegiatan utama di MTA berupa pengkajian Al-Qur’an. Pengkajian Al-Qur’an ini dilakukan dalam berbagai pengajian yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pengjian khusus dan pengajian umum. Pengajian khusus adalah pengajian yang siswa-siswanya (juga disebut dengan istilah peserta) terdaftar dan setiap masuk diabsen. Pengajian khusus ini diselenggarakan seminggu sekali, baik di pusat maupun di perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang, dengan guru pengajar yang dikirim dari pusat atau yang disetujui oleh pusat. Di perwakilan-perwakilan atau cabang-cabang yang tidak memungkinkan dijangkau satu minggu sekali, kecuali dengan waktu yang lama dan tenaga serta beaya yang besar, pengajian yang diisi oleh pengajar dari pusat diselenggarakan lebih dari satu minggu sekali, bahkan ada yang diselenggarakan satu semester sekali. Perwakilan-perwakilan dan cabang-cabang yang jauh dari Surakarta ini menyelenggarakan pengajian seminggu-sekali sendiri-sendiri. Konsultasi ke pusat dilakukan setiap saat melalui telpun.

Materi yang diberikan dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an dengan acuan tafsir Al-Qur’an yang dikeluarkan oleh Departemen Agama dan kitab-kitab tafsir lain baik karya ulama-ulama Indonesia maupun karya ulama-ulama dari dunia Islam yang laim, baik karya ulama-ulama salafi maupun ulama-ulama kholafi. Kitab tafsir yang sekarang sedang dikaji antara lain adalah kitab tafsir oleh Ibn Katsir yang sudah ada terjemahannya dan kitab tafsir oleh Ibn Abas. Kajjian terhadap kitab tafsir oleh Ibn Abas dilakukan khusus oleh siswa-siswa MTA yang kemampuan bahasa Arabnya telah memadai.

Proses belajar mengajar dalam pengajian khusus ini dilakukan dengan teknik ceramah dan tanya jawab. Guru pengajar menyajikan meteri yang dibawakannya kemudian diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Dengan tanya jawab ini pokok bahasan dapat berkembang ke berbagai hal yang dipandang perlu. Dari sinilah, kajian tafsir Al-Qur’an dapat berkembang ke kajian aqidah, kajian syareat, kajian akhlak, kajian tarikh, dan kajian masalah-masalah aktual sehari-hari. Dengan demikian, meskipun materi pokok dalam pengajian khusus ini adalah tafsir Al-Qur’an, tidak berarti cabang-cabang ilmu agama yang lain tidak disinggung. Bahkan, sering kali kajian tafsir hanya disajikan sekali dalam satu bulan dan apabila dipandang perlu kajian tafsir untuk sementara dapat diganti dengan kajian-kajian masalah-masalah lain yang mendesak untuk segera diketahui oleh siswa. Disamping itu, pengkajian tafsir Al-Qur’an yang dilakukan di MTA secara otomatis mencakup pengkajian Hadits karena ketika pembahasan berkembangan ke masalah-masalah lain mau tidak mau harus merujuk Hadits.

Dari itu semua dapat dilihat bahwa yang dilakukan di MTA bukanlah menafsirkan Al-Qur’an, melainkan mengkaji kitab-kitab tafsir yang ada dalam rangka pemahaman Al-Qur’an agar dapat dihayati dan selanjutnya diamalkan.

b. Pengajian umum

Pengajian umum adalah pengajian yang dibuka untuk umum, siswanya tidak terdaftar dan tidak diabsen. Materi pengajian lebih ditekankan pada hal-hal yang diperlukan dalam pengamalan agama sehari-hari. Pengajian umum ini baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat yang diselenggarakn satu minggu sekali pada hari Minggu pagi.

2. Pendidikan

Pengamalan Al-Qur’an membawa ke pembentukan kehidupan bersama berdasar Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Kehidupan bersama ini menuntut adanya berbagai kegiatan yang terlembaga untuk memenuhi kebutuhan anggota. Salah satu kegiatan terlembaga yang dibutuhkan oleh anggota adalah pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan nilai-nilai keislaman. Oleh karena itulah, di samping pengajian, MTA juga menyelenggarakan pendidikan, baik formal maupun non-formal.

a. Pendidikan formal

Pendidikan formal yang telah diselenggarakan terdiri atas TK, SLTP. dan SMU. SLTP dan SMU baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat. SLTP diselenggarakan di Gemolong, Kabupaten Sragen, dan SMU diselenggerakan di Surakarta. Tujuan dari penyelenggaraan SLTP dan SMU MTA ini adalah untuk menyiapkan generasi penerus yang cerdas dan berakhlak mulia. Oleh karena itu, di samping memperoleh pengetahuan umum berdasar kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Depdiknas, siswa-siswa SLTP dan SMU MTA juga memperoleh pelajaraan diniyah.

Di samping diberi pelajaran diniyah, untuk mencapai tujuan tersebut siswa SLTP dan SMU MTA juga perlu diberi bimbingan dalam beribadah dan bermu’amalah. Untuk itu, para siswa SLTP dan SMU MTA yang memerlukan asrama diwajibkan tinggal di asrama yang disediakan oleh sekolah. Dengan tinggal di asarama yang dikelola oleh sekolah dan yayasan, siswa SLTP dan SMU MTA dapat dibimbing dan diawasi agar dapat mengamalkan pejaran diniyah dengan baik.

Alhamdulillah, sampai pada saat ini, baik SLTP maupun SMU MTA berhasil meraih prestasi akademis yang cukup menggembirakan. Oleh karena prestasinya itu, SMU MTA masuk ke dalam daftar lima puluh SMU Islam unggulan se Indonesia. Di samping itu, siswa-siswa yang melakukan kenakalan yang umum dilakukan oleh remaja-remaja dapat dideteksi dan selanjutnya dibimbing semaksimal mungkin untuk menghentikan kenakalan-kenakalannya.

b. Pendidikan non-formal

Pendidikan non-formal juga baru dapat diselenggarakan oleh MTA Pusat¸ kecuali kursus bahasa Arab yang telah dapat diselenggarakan oleh sebagian perwakilan dan cabang. Selain kursus bahasa Arab, pendidikan non-formal yang diselenggarakan oleh MTA Pusat antara lain adalah kursus otomotif dengan bekerjasama dengan BLK Kota Surakarta, kursus menjahit bagi siswi-siswi putri, dan bimbingan belajar bagi siswa-siswa SLTP dan SMU. Disamping itu, berbagai kursus insidental sering diselenggarakan oleh MTA Pusat, misalnya kursus kepenulisan dan kewartawanan.

3. Kegiatan sosial

Kehidupan bersama yang dijalin di MTA tidak hanya bermanfaat untuk warga MTA sendiri, melainkan juga untuk masyarakat pada umumnya. Dengan kebersamaan yang kokoh, berbagai amal sosial dapat dilakukan. Amal sosial tersebut antara lain adalah donor darah, kerja bakti bersama dengan Pemda dan TNI, pemberian santunan berupa sembako, pakaian, dan obat-obatan kepada umat Islam pada khususnya dan masyarakat pada umumnya yang sedang tertimpa mushibah, dan lain sebagainya.

Donor darah, begitu juga kerja bakti bersama Pemda dan TNI, sudah mentradisi di MTA, baik di pusat mau pun di perwakilan dan cabang. Secara rutin tiga bulan sekali MTA, baik pusat maupun perwakilan, menyelenggarakan donor darah. Kini MTA memiliki tidak kurang dari lima ribu pedonor tetap yang setiap saat dapat diambil darahnya bagi yang mendapat kesulitan untuk memperoleh darah dari keluarganya atau dari yang lainnya.

4. Ekonomi

Kehidupan bersama di MTA juga menuntut adanya kerja sama dalam pengembangan ekonomi. Untuk itu, di MTA diselenggarakan usaha bersama berupa simpan-pinjam. Dengan simpan-pinjam ini, siswa atau warga MTA dapat memperoleh modal untuk mengembangkan kehidupan ekonominya. Di samping itu, siswa atau warga MTA biasa tukar-menukar pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ekonomi. Seorang warga MTA yang belum mendapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan dapat belajar pengetahuan atau ketrampilan tertentu kepada siswa warga MTA yang lain sampai akhirnya dapat bekerja sendiri.

5. Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, dilakukan rintisan untuk dapat mendirikan sebuah rumah sakit yang diselenggarakan secara Islami. Kini baru MTA Pusat yang telah dapat menyelenggarakan pelyanan kesehatan berupa Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin. Di samping itu, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada siswa atau warga MTA di bentuk kader-kader kesehatan dari perwakilan dan cabang-cabang yang secara periodik mengadakan pertemuan.

6. Penerbitan, komunikasi, dan informasi

Penerbitan, komunikasi, dan informasi merupakan sendi-sendi kehidupan modern, bahkan juga merupakan sendi-sendi globalisasi. Untuk itu, MTA tidak mengabaikan bidang ini, meskipun yang dapat dikerjakan baru ala kadarnya. Dalam bidang penerbitan, sesungguhnya MTA telah memiliki majalah bulanan yang sudah terbit sejak tahun 1974 dan telah memiliki STT sejak tahun 1977. Namun, hingga kini belum tampak adanya perkembangan yang menggermbirkan dari majalah yang diberi nama Respon ini. Di samping Respon, MTA juga telah menerbitkan berbagai buku keagamaan. Dalam bidang informasi, MTA telah mempunyai web. site dengan alamat: http://www.mta-online.com dengan alamat E-mail : humas_mta@yahoo.com

F. Sumber dana

Banyak yang bertanya-tanya dengan heran, dari mana MTA memperoleh dana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya? Isu yang pernah berkembang di masyarakat adalah bahwa MTA memperoleh dana dari luar negeri, isu lain mengatakan bahwa MTA memperoleh dana dari orpol tertentu. Sesungguhnya, apabila umat Islam betul-betul memahami dan menghayati agamanya, keheranan semacam itu tidak perlu muncul. Bahwa jihad merupakan salah satu sendi keimanan tidak ada yang meragukan, bahkan sampai ada yang mengatakan bahwa jihad merupakan rukun Islam yang ke enam. Akan tetapi bahwa sesungguhnya jihad terdiri atas dua unsur, yakni jihad bi amwal dan jihad bi anfus, kurang dihayati; biasanya hanya jihad bi anfus saja yang banyak dikerjakan. Apabila jihad bi anwal dihayatai dengan baik dan diamalkan, umat Islam tidak akan kekurangan dana untuk membeayai kegiatan-kegiatannya. MTA membeayai seluruh kegiatannya sendiri karena warga MTA yang ingin berpartisipasi dalam setiap kegiatan harus berani berjihad bukan hanya bi anfus, akan tetapi juga bi anwal, karena memang demikianlah yang diconthkan oleh Nabi dan para sahabatnya.

G. Rintangan dan dorongan

Dalam perjalanannya semenjak berdiri hingga kini, MTA banyak mengalami rintangan. Rintangan paling banyak diperoleh justru dari umat Islam sendiri. Ketika siswa/warga MTA mengamalkan pengetahuannya tentang amal-amal yang telah banyak ditinggalkan oleh umat Islam atau meninggalkan amal-amal yang telah biasa dikerjakan oleh umat Islam tetapi sesungguhnya laisa minal Islam, siswa/warga MTA sering dituduh membawa agama baru. Ketika siswa/warga MTA melaksanakan sholat jamak-qosor saja karena sedang dalam keadaan safar sudah mendapat tuduhan membawa agama baru, padahal kebolehan sholat jamak-qosor bagi musafir sudah merupakan pengetahuan populer di kalangan umat Islam. Akan tetapi, karena kebolehan sholat jamak-qosor tidak pernah dilakansakan, ketika siswa/warga MTA melaksanakannya dituduh membawa agama baru. Rintangan semacam ini memang telah diramalkan oleh Nabi akan dihadapi oleh orang-orang yang mengikuti sunnahnya, “awalnya Islam itu asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya”.

Di samping rintangan yang tidak sedikit, tentu ada juga hal-hal yang menimbulkan dorongan. Yang paling menimbulkan dorongan adalah bahwa ketika Al-Qur’an diamalkan dengan sungguh-sungguh, dengan tiada disertai keraguan sediktpun, ternyata membuahkan hasil yang sering sangat mengherankan dan sama sekali di luar dugaan. Ketika benih yang ditabur jatuh di tanah yang subur, benih tersebut tumbuh menjadi tumbuhan yang subur pula. Melihat benih yang kecil yang lemah dan tak berdaya dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang besar, rindang, dan menjulang tinggi, timbullah keheranan dan keharuan dalam hati. Inilah yang menjadikan segala rintangan yang datang tampak tak berarti. Maha Agung Allah dengan segala janji-janji-Nya.

Susunan Pengurus

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an Surakarta

Ketua Umum

:

Drs. Ahmad Sukina

Ketua I

:

Suharto Sag.

Ketua II

:

Dahlan Harjotaroeno

Sekretaris I

:

Drs. Yoyok Mugiyatno, MSi

Sekretaris II

:

Drs. Medi

Bendahara I

:

Mansyur Masyhuri

Bendahara II

:

Sri Sadono

Mensyukuri 35 Tahun Perjalanan Dakwah Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA)


Mensyukuri 35 Tahun Perjalanan Dakwah
Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA)
Disampaikan oleh:
Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina

Materi Untuk Nafar*) Ramadhan 1428 H
Yang diselenggarakan MTA Pusat

[Ramadhan 1428H/2007M]

Catatan :
Nafar adalah kegiatan silaturahim antar warga MTA yang dilaksanakan di cabang2 MTA seluruh Nusantara. Pertama peserta yang akan mengikuti nafar daftar di MTA Pusat. Setelah berkumpul kemudian diberi wejangan atau taushiyah dari ustadz sukina selaku pimpinan. Juga dari Pemerintah /Walikota, dari aparat Kepolisian, dan dari para Ulama. Dulu Waktu saya masih SMA yg taushiyah Almarhum KH Ali Darokah, pengasuh ponpes Jamsaren.
Kemdian peserta nafar di bagi per kelompok dengan asal cabang yg berbeda-beda dan ditempatkan di suatu cabang MTA. Dengan demikian sesama warga dapat saling ta’aruf, mulai dari diri pribadi sampai studi banding tentang kepengurusan MTA. Di tempat nafar selama 3 hari dengan kegiatan pengajian, tadarus, sholat tarawih, dll. Kemudian sowan kepada para ulama di sekitar MTA

Mensyukuri 35 Tahun Perjalanan Dakwah
Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA)


I. Pendahuluan

Yayasan Majlis Tafsir Al-Qur’an (MTA) adalah sebuah lembaga pendidikan dan dakwah Islamiyah yang berkedudukan di Surakarta. MTA didirikan oleh Almarhum Ustadz Abdullah Thufail Saputra di Surakarta pada tanggal 19 September 1972.
Pendirian MTA dilatarbelakangi oleh kondisi umat Islam pada akhir dekade 60 dan awal dekade 70-an. Sampai pada waktu itu, ummat Islam yang telah berjuang sejak zaman Belanda untuk melakukan emansipasi, baik secara politik, ekonomi, maupun kultural, justru semakin terpinggirkan. Ustadz Abdullah Thufail Saputra, seorang mubaligh yang karena profesinya sebagai pedagang mendapat kesempatan untuk berkeliling hampir ke seluruh Indonesia, kecuali Irian Jaya, melihat bahwa kondisi umat Islam di Indonesia yang semacam itu tidak lain karena umat Islam di Indonesia kurang memahami Al-Qur’an. Oleh karena itu, sesuai dengan ucapan seorang ulama bahwa umat Islam tidak akan dapat menjadi baik kecuali dengan apa yang telah menjadikan umat Islam baik pada awalnya, yaitu Al-Qur’an, Ustadz Abdullah Thufail Saputra yakin bahwa umat Islam Indonesia hanya akan dapat melakukan emansipasi di segala bidang apabila umat Islam Indonesia mau kembali ke Al-Qur’an. Demikianlah, maka Ustadz Abdullah Thufail Saputra pun mendirikan MTA.
Tujuan didirikannya MTA adalah untuk mengajak umat Islam kembali ke Al-Qur’an. Sesuai dengan nama dan tujuannya, pengkajian Al-Qur’an dengan tekanan pada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Al-Qur’an menjadi kegiatan utama MTA.
Pada usia yang ke-35 tahun ini, MTA yang berpusat di Surakarta sudah memiliki 157 Cabang dan Perwakilan yang tersebar di bumi Indonesia ini, dari pelosok-pelosok desa sampai di kota-kota besar, dibeberapa propinsi, yang paling barat adalah Medan Sumatera Utara, tepatnya di Jl. Perhubungan no.17, Laut Dendang, Deli Serdang, dan di Kodya Binjai, dan di kota besar Medan. Sedangkan yang paling timur adalah di propinsi NTB, tepatnya di Jl. Batanghari, Tanjungkarang, Ampean, Mataram. Alhamdulillah sampai tahun 2007 ini MTA sudah mempunyai ribuan satgas yang siap sebagai sukarelawan untuk amal kemanusiaan.
Kenikmatan lain yang diberikan Allah kepada kita adalah diijinkan-Nya MTA untuk menyelenggarakan pendidikan formal dimulai dari SMA MTA, SMP MTA, TK MTA, dan pada tahun ini SDIT MTA. Majlis Tafsir Al Qur'an (MTA) juga sudah memiliki Radio dakwah yang memancar sejak 1 Maret 2007 pada gelombang 107.9 MHz. Amal Usaha di bawah CV. Al Abrar, mulai dari Percetakan, Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin, Air Minum dalam Kemasan, dan Toko Kelontong juga sudah mulai menunjukkan kemajuannya.
Semua kenikmatan yang diberikan Allah ini, tidaklah didapatkan dengan jalan mudah dan mulus, melainkan melalui jalan yang sangat terjal dan penuh dengan semak-semak duri.
Hampir semua daerah di mana MTA baru tumbuh pasti mendapat rintangan yang berat sampai sekarang. Dengan bermacam-macam tuduhan fitnah dilontarkan antara lain; tidak bermasyarakat, membikin resah, menganggap orang lain najis sehingga warga MTA tidak mau berjabat tangan dan tidak mau bermakmum dengan selain warganya, bahkan dianggap membawa agama baru, ingkarus sunnah, dalam tahun-tahun terakhir ini masih lekat dalam ingatan kita saudara kita dari Blora, karena menjalankan keyakinannya diusir oleh warga kampungnya sendiri sampai lebih dari dua tahun lamanya bedol desa ke MTA Pusat di Surakarta. Di Rembang, Todanan dan sangat banyak kisah semisal sebelum itu.
Berkat Karunia Allah dan Ridha-Nya serta jihad yang sungguh-sungguh dan istiqomah oleh segenap warga MTA dengan bahu-membahu; dengan anfus dan amwal segenap rintangan setapak demi setapak berhasil dilalui dengan damai dan santun. Aparat keamanan dan pemerintah juga sangat membantu perjalanan dakwah ini.
Tahun ini, perjalanan dakwah MTA telah berjalan 35 tahun dan terus akan kita perjuangkan, kenikmatan-kenikmatan ini harus kita syukuri agar Allah memberikan kenikmatan-kenikmatan yang lain kepada kita dan jalan dakwah ini. Bagaimana kita mensyukuri nikmat-nikmat ini? Hal-hal apa yang boleh jadi telah melalaikan kita?, semoga paparan di bawah ini bisa lebih menguatkan kita akan janji-janji-Nya,
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأََزِيدَنَّكُمْ
"Jika kamu bersyukur niscaya Aku tambah nikmat-Ku kepadamu",
di lain ayat,
إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Jika kamu semua menolong agama Allah niscaya Allah akan menolongmu, dan menguatkan kedudukanmu".


II. Syukur Nikmat

A. Dalil-dalil yang bermakna bersyukur dan mensyukuri

Di dalam Al Qur'an dan Hadis kata syukur dan yang senada dengannya cukup banyak tersebut, di antaranya adalah:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."(QS. Ibrahim [14]: 7)

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mesyukuri -Nya.(QS. Ali Imran [3]: 123.

اللهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.(QS. Al Jastiyah [45]: 12)

ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا

(yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.(QS. Al Isra' [17]: 3)

... هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ

.."Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia."(QS. An Naml [27]: 40).

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ ِللهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS. Lukman [31]: 12)

وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَشْكُرُونَ
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya) (QS. An Naml [27]: 73)
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An Nahl [16]: 18

عَنِ الأَشْعَثِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ :قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَشْكَرَ النَّاسِ ِللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَشْكَرُهُمْ لِلنَّاسِ

Dari al Asy'ats bin Qais dia berkata: "Telah bersabda Rasulallah SAW, sesungguhnya manusia yang palig bersyukur kepada Allah Azza wa jalla adalah yang paling bersyukur di antara mereka terhadap manusia". (HR. Ahmad).

Sengaja diketengahkan di sini nash-nash al Qur'an atau pun Hadis dalam berbagai konteksnya agar semakin memberikan gambaran kepada kita bagaimana Allah sangat Pengasih dan Penyayang kepada manusia dengan memberikan banyak nikmat kepadanya.
Dalam kesempatan kali ini akan kita bicarakan tentang syukur nikmat dalam surat Ibrahim ayat 7, yang mengandung kontek cukup kuat bagi kita segenap warga MTA setelah 35 perjalanan dakwah Islamiyah ini. Kemajuan dan pertolongan Allah sangat banyak kita rasakan sehingga keberadaan Majlis kita sudah bisa diterima dengan baik di sebagian besar masyarakat yang mendengar dakwah ini. Apalagi dalam bulan-bulan terakhir, dengan adanya Radio dakwah 107.9 MTA FM. Masyarakat yang dahulu tidak kenal menjadi kenal, yang kenal semakin ingin tahu dan akhirnya bisa bergabung bersama dalam kegiatan pengajian di MTA. Dalam masa yang penuh kenikmatan ini maka rasa syukur dan pujian sudah lazim kita laksanakan untuk semua ini.

B. Makna Syukur

Pakar bahasa ar Raghib al Ashfahani menulis dalam Mufradat-nya bahwa kata syukur mengandung arti" gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkan kepermukaan." Kata ini –tulisnya- menurut sementara ulama berasal dari kata ( شكر ) syakara yang berarti membuka sehingga ia merupakan lawan dari kata ( كفر ) kafara yang berarti menutup yang juga berarti melupakan nikmat Allah dan menutup-nutupinya/tidak mensyukurinya.
Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara lain menggunakannya pada tempatnya serta sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya; juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa syukur menuntut pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh. Kegiatan melakukannya – walau sekali- dilukiskan dengan kata (يشكر ) yasykuru, bila hal itu sering dilakukan seseorang maka ia dinamai ( شاكر) syakir dan bila telah membudaya dan mendarah daging dalam kepribadiannya maka dia dinamai ( شكور ) syakur. Allah SWT. Berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

"Dan sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang syakur (berterima kasih)" (QS. Saba'[34]: 13.
Syakuur adalah orang yang banyak bersyukur. Ahmad Ibn Faris dalam bukunya Maqayis al Lughah mengemukakan empat makna dari kata ini. Pertama, adalah pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh, hakekatnya adalah rasa ridha dan puas dengan yang sedikit sekalipun. Karena itu bahasa menggunakan kata ini untuk "kuda yang gemuk namun hanya memakan sedikit rumput." Kedua, adalah kepenuhan dan kelebatan. Ketiga, adalah sesuatu yang tumbuh ditangkai pohon (parasit) dan keempat, adalah pernikahan atau alat kelamin.
Makna ketiga sejalan dengan makna pertama yang menggambarkan kepuasan dengan sedikit sekalipun, sedang makna keempat sejalan dengan makna kedua, karena dengan pernikahan akan lahir anak-anak yang banyak. Makna-makna dasar ini dapat juga diartikan sebagai penyebab dan dampaknya sehingga kata syukur mengisyaratkan: "Siapa yang merasa dengan perolehan yang sedikit setelah usaha maksimal, maka dia akan memperoleh banyak, lebat dan subur."

C. Mensyukuri Nikmat Allah SWT

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.(QS. Ibrahim [14]: 7)

Quraish Shihab di dalam Tafsirnya Al Misbah memberikan keterangan surat Ibrahim ayat 7 ini, sebagai berikut, Nabi Muhammad SAW lebih jauh diperintahkan agar mengingat juga ucapan lain yang disampaikan Nabi Musa a.s. kepada umatnya, - agar – beliau pun menyampaikannya kepada umat Islam. Nabi Musa as. berkata kepada kaumnya:" Dan ingat jugalah nikmat Allah SWT kepada kamu semua tatkala Tuhan Pemelihara dan Penganugerah aneka kebajikan kepada kamu memaklumkan:" Sesungguhnya Aku, yakni Allah bersumpah demi kekuasaan-Ku, jika kamu bersyukur pasti Aku tambah nikmat-nikmat-Ku kepada kamu karena sungguh amat melimpah nikmat-Ku. Karena itu maka berharaplah yang banyak dari-Ku dengan mensyukurinya dan jika kamu kufur, yakni mengingkari nikmat-nikmat yang telah Aku anugerahkan, dengan tidak menggunakan dan memanfaatkannya sebagaimana Aku kehendaki, maka akan Aku kurangi nikmat itu bahkan kamu terancam mendapat siksa-Ku sesungguhnya siksa-Ku dengan berkurang atau hilangnya nikmat itu, atau jatuhnya petaka atas kamu akan kamu rasakan amat pedih."
Sementara ulama tidak menilai ayat ini sebagai lanjutan ucapan Nabi Musa a.s.,tetapi ini adalah pernyataan langsung dari Allah SWT. sebagai salah satu anugerah-Nya.Ia merupakan anugerah karena mengetahui hakekat yang dijelaskan ayat ini menimbulkan optimisme dan mendorong untuk giat beramal guna memperoleh nikmat lebih banyak lagi.
Ayat diatas secara tegas menyatakan bahwa jika bersyukur maka nikmat Allah akan ditambah-Nya, tetapi jika berbicara tentang kufur nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian, penggalan akhir ayat ini dapat dipahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang mengkufuri nikmat Allah, bahkan boleh jadi nikmat tersebut ditambah-Nya dalam rangka mengulur kedurhakaan. Dalam konteks ini Allah mengatakan:
وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِاٰيَاتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ , وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (kearah kebinasaan),dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka.Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh" (QS. Al-A'raf :182-183).

Sementara Sayyid Quthb dalam kitabnya Fi Zhilalil Qur'an memberikan penjelasan makna ayat 7 surat Ibrahim sebagai berikut, sesungguhnya syukur atas nikmat adalah dalil bagi lurusnya barometer dalam jiwa manusia.
Kebajikan itu harus disyukuri, sebab syukur adalah balasan alamiyah dalam fitrah yang lurus. Inilah satu prinsip syukur. Prinsip lainnya adalah bahwa jiwa yang bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya itu akan selalu ber-muraqabah (mendekatkan diri) kepada-Nya dalam mendayagunakan kenikmatan tersebut, dengan tidak disertai:
1. Pengingkaran terhadap nikmat itu,
2. Perasaan menang dan unggul atas makhluk,dan
3. Penyalahgunaan nikmat itu untuk melakukan kekejian, kejahatan, tindakan kotor, dan pengrusakan.
Kedua prinsip syukur di atas adalah termasuk perkara yang bisa memberikan empat manfaat:
1. Mensucikan jiwa,
2. Mendorong jiwa untuk beramal sholeh dan mendayagunakan kenikmatan secara baik melalui hal-hal yang dapat menumbuh kembangkan kenikmatan itu serta diberkati di dalamnya.
3. Menjadikan orang lain ridha dan senang kepada jiwa itu dan kepada pemiliknya, sehingga mereka mau membantu dan mau menolongnya.
4. Memperbaiki dan memperlancarkan berbagai bentuk interaksi sosial dalam masyarakat. Sehingga, harta benda dan kekayaan di dalamnya dapat tumbuh dan berkembang dengan aman.
Sementara pengingkaran terhadap nikmat Allah itu bisa terjadi dengan tiga sebab:
1. Tidak mau mensyukurinya,
2. Mengigkari keberadaan Allah sebagai Pemberi nikmat dan menisbatkan kenikmatan itu kepada: ilmu, pengetahuan, pengalaman, jerih payah pribadi, dan hasil berusaha. Sehingga, seakan-akan berbagai kemampuan dan keahlian ini bukanlah termasuk nikmat Allah.
3. Menggunakannya dengan cara yang buruk, (misalnya) dengan menganggap remeh, berlaku sombong kepada manusia atau menghambur-hamburkannya untuk berbuat kerusakan dan menuruti berbagai keinginan (syahwat). Semua itu adalah bentuk-bentuk pengingkaran kepada nikmat Allah.
Siksaan yang pedih itu bisa berupa musnahnya kenikmatan secara nyata atau kenikmatan itu dirasakan tiada bekasnya. Betapa banyak kenikmatan yang pada hakekatnya adalah bencana yang mencelakakan pemiliknya dan membuat dengki orang-orang yang menginginkan lepasnya kenikmatan itu. Siksa yang pedih juga bisa berupa azab yang ditangguhkan sampai masa yang ditentukan, ketika masih berada di bumi ini atau saat di akherat kelak, yang terang dan nyata adalah bahwa mengingkari nikmat Allah tidak akan berlalu dengan tanpa balasan (buruk).
Bersyukur itu manfaatnya tidak kembali kepada Allah, dan ingkar (kufur) itu bekas dan efeknya juga tidak kembali kepada-Nya. Allah itu Mahakaya dengan Diri-Nya lagi Maha Terpuji dengan Diri-Nya, bukan dengan pujian manusia dan syukur mereka atas pemberian-Nya.
إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ

"Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji."(QS. Ibrahim [14]: 8)
Kebaikan dan kemaslahatan hidup itu hanya bisa terwujud dengan bersyukur. Jiwa manusia itu hanya bisa bersih dengan mengorientasikan diri kepada Allah, menjadi lurus dengan mensyukuri kebajikan, dan menjadi tentram dengan berhubungan dengan Sang Pemberi nikmat. (Dengan semua itu), ia tidak merasa khawatir dan takut akan lenyap dan hilangnya kenikmatan. Juga tidak merasa sedih dan menyesal di balik apa yang telah ia infakkan atau hilang dari kenikmatan itu. Sang Pemberi nikmat itu jelas ada; dan dengan bersyukur kepada-Nya, maka kenikmatan akan menjadi bersih dan semakin bertambah.
Cara bersyukur kepada Allah ada tiga: (1) bersyukur dengan hati, yaitu mengakui dan menyadari sepenuhya bahwa segala nikmat yang diperoleh berasal dari Allah SWT dan tidak ada seorang pun selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat itu; (2) bersyukur dengan lidah, yaitu mengucapkan secara jelas ungkapan rasa syukur itu dengan kalimat al hamdu lillahi (segala puji bagi Allah); dan (3) bersyukur dengan amal perbuatan, yaitu mengamalkan anggota tubuh untuk hal yang baik dan memanfaatkan nikmat sesuai dengan ajaran agama. Yang dimaksud dengan mempergunakan anggota tubuh adalah mempergunakan anggota tubuh untuk melakukan hal yang positif dan diridhoi Allah SWT, sebagai perwujudan dari rasa syukur tersebut.

D. Fenomena Syukur dalam Kehidupan

Nikmat kesempatan yang berupa umur dan waktu sangat pokok dalam manusia menjalankan kehidupannya, termasuk kita warga MTA dalam aktifitas perjuangan dakwah Islamiyah ini. Namun tidak sedikit manusia lalai untuk hal-hal yang berpangkal dari waktu dan umur ini, maka jangan sampai kita termasuk pada golongan orang-orang yang sedikit bersyukur kepda-Nya.
Sebab banyak ditemukan pemahaman-pemahaman yang keliru dalam kehidupan berkenaan dengan pemanfaatan dan penggunaan waktu. Pemahaman-pemahaman seperti ini hendaknya kita koreksi sedini mungkin supaya kesalahan-kesalahan yang ada tidak mengkristal dan dianggap sebagai kebenaran yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebenarnya, sebab utama dari munculnya pemahaman-pemahaman keliru ini adalah kekurangdalaman ilmu yang dimiliki oleh orang yang menyebarkannya. Di antara pemahaman yang salah itu adalah:

1. Mengisi Kekosongan Waktu Luang
Imam al Hasan al Bisri berkata, "Wahai anak Adam, sejatinya diri kalian ini adalah perputaran hari itu sendiri. Jika satu hari telah berlalu, maka sebagian (umur) Anda juga telah pergi."
Imam Hasan al Banna berkata,"Ada sebagian orang yang bersemangat ketika menyia-nyiakan waktu. Bila anda tanya salah satu di antara mereka, apa sebabnya mereka melakukan hal itu, ia akan menjawab, "Saya hanya mengisi waktu kosong saja.' Sungguh malang orang tersebut. Di saat ia menyia-nyiakan waktunya, disaat yang bersamaan ia juga telah menyia-nyiakan bahkan membinasakan dirinya sendiri. Barangsiapa mengetahui arti pentingnya waktu, maka ia akan tahu arti pentingnya hidup karena waktu pada hakekatnya adalah kehidupan itu sendiri.
Tidaklah mengada-ada jika dikatakan bahwa hakekat dari kehidupan adalah waktu dan waktu adalah kehidupan itu sendiri.
Atas dasar ini, orang yang sering menyia-nyiakan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat kemudian ia berapologi bahwa yang dilakukannya itu untuk mengisi kekosongan waktu saja, pada hakekatnya orang tersebut telah menjerumuskan dirinya ke dalam kebinasaan.
Umur manusia selalu menganjurkan pemiliknya untuk memanfaatkan dengan baik. Imam al Hasan al Bisri pernah berkata, "Setiap hari disaat fajar menyingsing, waktu selalu berkata,"Wahai anak Adam, saya adalah ciptaan Tuhan terbaru yang akan menjadi saksi amal-amalmu. Gunakanlah diriku dengan sebaik-baiknya untuk mencari bekal karena diriku ini bila telah pergi tidak akan kembali lagi hingga hari akhir.

2. Pelan-pelan asal selamat
Orang yang lalai dan teledor dalam hidupnya sering bermalas-malasan ketika hendak melakukan kebajikan. Akan tetapi, saat ia hendak melakukan keburukan, semangat di hatinya muncul dan membara.
Jika ada seseorang hendak melakukakn kebaikan, maka banyak setan yang membujuknya untuk menunda melakukan kebaikan itu. Umpamanya dengan bisikan,"Kamu punya malam yang sangat panjang. Tidurlah!"
"Kapan lagi kita akan sadar, padahal ajal sudah dekat? Dan kapan muncul rasa syukur dihati kita?
Mungkin kita akan sadar di saat semua amal yang dirahasiakan terungkap semua dan kita akan mengingat perkataan ini, namun di saat hal itu sudah tidak ada manfaatnya lagi (yaitu di hari akhir)"
Di antara sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang mukmin adalah "Bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan." Adapun sifat yang dimiliki oleh orang yang durhaka adalah, "Bersegera membuat dosa dan permusuhan."
Mungkin suatu saat nanti kita akan menemui pengalaman menarik seperti berikut ini. Kita mengingatkan seseorang untuk bersegera melakukan kebaikan dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, namun orang tersebut berkata, "Tidaklah kamu tahu ada Hadits sahih yang mengatakan, Pelan-pelan (berhati-hati) adalah ( ilham) dari Allah. Dan terburu-buru adalah (ilham) dari setan."
Hadis yang ia kemukaan memang sahih (menurut Syekh al Albani adalah Hasan), namun ada kekeliruan dalam memahami hadis tersebut. Berhati-hati mmperlambat pekerjaan bisa masuk kategori sikap terpuji jika yang dilakukan adalah pekerjaan-pekerjaan duniawi yang memang bisa ditunda, bukannya pekerjaan-pekerjaan yang memang diperintahkan Allah untuk bersegera melakukannya, seperti pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai efek penting bagi kehidupan kita di akherat nanti. Maka akan bertentangan dengan kandungan-kandungan Al Qur'an. Di antaranya adalah:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu..." (Ali Imran [3]: 133)
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ

"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu." Al Hadiid [57]: 21

وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
"dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (Al Muthaffifiin [83]: 26
Sungguh benar sabda Rasulallah SAW.,
"Gunakanlah waktu sehatmu sebaik mungkin sebelum kamu sakit" (HR al Bukhori).
"Pelan-pelan (tidak tergesa-gesa) dalam melakukan segala sesuatu adalah termasuk tindakan terpuji, kecuali ketika melakukan amal-amal akherat." (HR Abu Dawud dan al Hakim).

3. Bisikan: "Umurmu kan masih panjang"
Bisikan seperti ini dapat menyebabkan seseorang menganggap enteng kebiasaan menunda-nunda pekerjaan. Ia juga mudah terbuai oleh impian-impian yang tidak terkontrol karena membayangkan dirinya akan hidup sampai umur tujuh puluh atau sembilan puluh tahun.
Nabi Muhammad SAW. melarang keras sikap seperti ini. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Mas'ud r.a. diceritakan bahwa Rasulallah pada suatu hari pernah melukis garis berbertuk kotak persegi empat. Kemudian beliau membuat garis lurus yang dimulai dengan titik tebal dari dalam kotak tersebut memanjang sehingga keluar melewati garis kotak. Lalu beliau membuat garis-garis miring kecil yang pangkalnya bermula dari garis yang memanjang tadi. Rasulallah SAW, bersabda,

"(Titik tebal) ini adalah umur manusia. (Garis berbetuk kotak yang mengitari titik tebal) ini adalah batas umur manusia. Dan garis panjang yang berada di luar kotak tersebut adalah angan-angannya. Sedang garis-garis (miring kecil yang pangkalnya bermula dari garis memanjang itu) adalah kejadian-kejadian yang bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia. Apabila ia lolos dari (garis kecil penyebab kematian) yang ini, maka ia akan menemui (garis kecil setelahnya) yang ini, dan jika ia lolos dari (garis kecil kematian) yang ini, maka ia akan menemui (garis kecil setelahnya) yang ini." (HR al Bukhori, Ibnu Majah, Ahmad dan ad Darimi).

Anas r.a. menerangkan gambar yang dibuat oleh Rasulallah SAW di atas, dan berkata, "Rasulallah SAW membuat garis-garis dan kemudian bersabda, (Garis yang di luar kotak) ini adalah angan-angan. Dan (Garis kotak) ini adalah umur manusia." (lihat fathul Bari, 8/111).

Ada juga riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulallah SAW bersabda,

"Di sisi anak Adam ada sembilan puluh sembilan macam peyebab kematian. Apabila ia lolos dari beberapa penyebab kematian, maka nanti ia pasti akan tua (pikun) hingga meniggal dunia." (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Dalam hidupnya, bisa dipastikan manusia selalu menemui berbagai macam kejadian yang bisa menyebabkannya mati. Terkadang penyebabnya adalah sakit, tertimpa musibah kebakaran, tenggelam, jatuh, kecelakaan, dipatuk hewan berbisa, terkena makanan beracun, atau pusing. Apabila seseorang masih selamat ketika mengalami hal-hal tersebut, di lain waktu ia akan menemui kepikunan, peyakit tekanan darah tinggi atau rendah, kadar gula yang tinggi atau rendah dalam tubuhnya, dan akhirnya ia pasti mati.
Allah SWT berfirman,
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."(QS Al Jum'ah [62]: 8)

Penyebab kematian banyak sekali, namun hakikat kematian adalah sama. Kematian akan mengubur semua impian yang berlebihan. Dalam hidup ini, manusia memang banyak berhayal. Benarlah sabda Rasulallah SAW,

"Hati seorang tua akan tetap (bersemangat) muda ketika menghadapi dua hal, mencintai dunia dan kepanjangan angan dan khayal." (HR al Bukhori).

Kadang ada orang yang berkata," Saya akan rajin beribadah ketika saya sudah sampai pada umur empat puluh tahun," atau "Saya akan rajin beribadah mulai Jum'at depan," atau " Mulai bulan depan," atau "Saya akan sholat mulai bulan Ramadhan depan," atau "Saya akan bertobat setelah menikah nanti." Ini semua adalah bisikan setan."

"Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka,.." (an Nisa [4]: 120).

Orang yang mendengarkan bisikan syetan itu akan membayangkan bahwa dirinya nanti akan berumur panjang seperti orang lain yang memang diberi umur panjang. Kalau ia mau berfikir sejenak saja, ia akan menemukan jumlah anak muda yang meninggal dunia jauh lebih besar daripada jumlah orang tua yang meninggal dunia. Indikator utamanya adalah kenyataan jumlah orang tua lebih sedikit bila dibanding dengan jumlah anak muda. Apabila kita teliti, kita akan menemukan orang yang bisa bertahan hidup hingga sampai tua jumlahnya sangat sedikit.
Seorang Penyair berkata dalam syairnya sebagai berikut;
" Bekalilah dirimu dengan ketakwaan! Karena ketika malam mulai gelap kamu tidak tahu apakah esok pagi kamu akan hidup? Betapa banyak anak-anak muda yang bergembira dengan permainan-permainannya, padahal kain kafan sudah siap menunggu dan ia tidak tahu. Betapa banyak orang sehat meninggal, padahal tidak punya penyakit dan betapa banyak orang yang sudah sakit sekian waktu namun tetap bertahan hidup hingga lama."
Allah berfirman,
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan." (QS al Munafiquun [63]: 11)

Jangan sekali-kali kita berkata, "Saya masih muda, masih banyak kesempatan." Coba renungkan betapa banyak anak muda yang telah mati dan dikubur. Sangat tepat sekali firman Allah SWT berikut ini.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya."(QS al A'raf [7]: 34).

Sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah akan nikmat umur dan waktu, lakukanlah hal-hal berikut ini agar tidak terbiasa membuang waktu secara percuma, menuruti bujuk rayu setan,
1. Sering mengingat kematian sehingga akan selalu menimbang-nimbang ketika hendak mengerjakan sesuatu. Jika yang akan dikerjakan bermanfaat, maka akan dilakukannya. Namun, jika tidak bermanfaat, maka akan ditinggalkan. Dengan cara ini, ia akan selalu sadar bahwa umurnya pasti akan berakhir dan ia punya semboyan, "Siapa yang tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik maka ia akan disibukkan dengan kebatilan."
2. Menggunakan kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya. Tidak lalai dan teledor.
3. Selalu berusaha untuk membekali diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Menanamkan unsur keberkahan dalam umur dan menggunakan semua waktu yang ada untuk melakukan hal-hal yang berfaedah serta menjauhi hal-hal yang membahayakan rohani dan jasmani.
4. Mengoreksi pemahaman-pemahaman dan kebiasaan-kebiasaan keliru yang berhubungan dengan masalah-masalah pemafaatan waktu supaya tidak terjerumus pada jurang-jurang buatan setan.
5. Selalu waspada! Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang kurang berguna dan meninggalkan hal-hal yang sebenarnya penting dan sangat berguna bagi kehidupan kita!

Semboyan hidup yang hendaknya selalu kita ingat adalah" Kewajiban yang harus dilakukan jauh lebih banyak daripada waktu yag tersedia." Sehingga jangan sampai kita membuang waktu kita dengan sia-sia karena kita melakukan hal-hal yang tidak berguna. Bila kamu mempunyai kewajiban, segeralah melaksanakannya.
Hakikat yang diuraikan surat Ibrahim ayat 7 di atas terbukti kebenarannya dalam kehidupan nyata. Syukur antara lain berarti membuka dan menampakkan lawannya adalah kufur; yakni menutup dan menyembunyikan. Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat antara lain menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberiannya dengan baik. Ini berarti setiap nikmat yang dianugerahkan Allah, menuntut perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahan-Nya.
Jika di atas dicontohkan bagaimana menggunakan nikmat kesempatan dalam waktu dan umur sekarang kita ambil sebagai contoh dalam alam adalah laut, Allah menciptakan laut dan menundukkannya untuk manusia dengan tujuan:
لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
"Agar kamu dapat memakan darinya daging (ikan) yang segar dan agar kamu mengeluarkan darinya perhiasan (mutiara) yang kamu pakai dan agar kamu membuat bahtera-bahtera sehingga dapat melihat bahtera berlayar padanya dan supaya kamu mencari karunia-Nya" (QS. An-Nahl: 14).

Jika ini dipahami, maka mensyukuri nikmat laut menuntut kerja keras sehingga apa yang disebut di atas akan dapat diraih. Dan perlu diingat bahwa semakin giat seseorang bekerja, dan semakin bersahabat dia dengan lingkungannya, semakin banyak pula yang dinikmatinya. Demikian syukur menambah nikmat.
Di sisi lain, di alam raya termasuk diperut bumi, terdapat sekian banyak nikmat Allah yang terpendam, ia harus disyukuri dalam arti "digali" dan dinampakkan. Menutupinya atau dengan kata lain mengkufuriya dapat mengundang kekurangan yang melahirkan kemiskinan, penyakit, rasa lapar, cemas dan takut.

III. Penutup

Telah nyata dan berlimpah nikmat yang telah diberikan Allah dalam perjuangan dakwah Islamiyah di Majlis Tafsir Al Qur'an yang telah berjalan 35 tahun ini. Masyarakat sudah mulai mengenal dan ingin tahu lebih banyak tentang Islam dari jalan dakwah yang dilaksanakan oleh MTA. Pergedungan yang menjadi aset Majlis demi lancarnya dakwah ini semakin bertambah, orang semakin percaya kepada MTA sehingga banyak yang mulai mewakafkan tanahnya agar dikelola oleh MTA untuk dakwah Islamiyah.
Syukur menuntut pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh. Kegiatan melakukannya – walau sekali- dilukiskan dengan kata (يشكر ) yasykuru, bila hal itu sering dilakukan seseorang maka ia dinamai ( شاكر) syakir dan bila telah membudaya dan mendarah daging dalam kepribadiannya maka dia dinamai ( شكور ) syakur. Allah SWT. Berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

"Dan sedikit di antara hamba-hamba-Ku yang syakur (berterima kasih)" (QS. Saba'[34]: 13.
Jika tidak dapat termasuk dalam kelompok yang sedikit maka usahakan menjadi orang yang banyak/sering bersyukur ( syakir ) dan jangan sama sekali termasuk orang kebanyakan yang Allah nyatakan:
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَشْكُرُونَ
"Kebanyakan manusia tidak bersyukur" (QS. Yusuf [12]: 38).
Jalan dakwah ini masih panjang, Islam harus disebarluaskan ke segenap penjuru negeri, kemajuan-kemajuan selama ini hendaknya sebagai tolok ukur dan alat evaluasi jalan dakwah ini, namun boleh jadi dengan tidak merenungi dan mensyukuri nikmat besar selama ini, Allah akan mencabut nikmat itu sekuat-kuat-Nya, sampai keakar-akarnya. Maka dalam mengenang perjalanan dakwah MTA ini, marilah kita tingkatkan kesyukuran kita kepada Allah SWT, dengan menampakkan nikmat itu dengan senantiasa meningkatkan semangat dan kualitas dakwah dengan niat yang lurus, serta meningkatkan ukhuwah Islamiyah agar tercapai tujuan Islam sebagai aturan hidup dan memberikan rahmat bagi alam semesta. Jadikanlah firman Allah di bawah ini sebagai penggembira kita:
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?"(QS. Fushilat [41]: 33)
Dan yang terakhir jangan lupa senantiasa bertasbih, memuji Tuhan Allah dan memohon ampunan kepada-Nya untuk semua kenikmatan ini.
Renungkanlah ayat-ayat berikut ini:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللهِ وَالْفَتْحُ , وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللهِ أَفْوَاجًا , فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat" (QS. Al Nashr [110]: 1-3).
Semoga Allah senantiasa meridhai aktivitas kehidupan kita dalam menegakkan kalimat – kalimat-Nya. Amin.