Jumat, 11 September 2009

Ketika Adat & Tradisi Mulai ditinggalkan



Orang tua dulu mengajarkan kepada anak2nya dengan sanepo. Misalnya di perempatan itu gawat, biar keliahatan lebih angker lagi dikasih kembang tiap hari jumat. Dikatakan gawat biar orang lewat hati-hati. Karena perempatan buat simpangan, kalo ga hati2 bisa tabrakan.

Juga dengan gua yang dikeramatkan. Biar angker dikasih sajen. Padahal angkernya gua itu biar gak dipake macem2. Seperti sekarang gua dipake pacaran, bahkan sampe ML, naudzubillah. Padahal dulu gua itu buat perlindungan, buat kholwat pada Allah sang pencipta, kontemplasi, muhasabah, dan meningkatkan daya spiritual.

Trus, dulu biasanya tiap desa punya punden. Biasanya berupa pohon besar yg dikeramatkan. Sering disebut resan berasal dari rembesan. Mengapa dikeramatkan ? Karena berguna sebagai sumber mata air. Sekarang ketika pohon besar udah ditebang, ekosistem ndak seimbang. Terjadi bencana alam. Berbeda dengan dulu meski orang2nya bodo tapi kehidupan berjalan seimbang.

Siapa yang bertanggung jawab ?

Ada dua kelompok yang menyerukan ditinggalkannya adat dan tradisi. Pertama kelompok materialisme sekuler, kedua kelompok puritanisme. Merekalah yang harus bertanggung jawab.

Refleksi : Pas Nafar di Eromoko