Sabtu, 06 Juni 2009

HINDARILAH BERSIUL DAN TEPUK TANGAN

HINDARILAH BERSIUL DAN TEPUK TANGAN

Beberapa waktu yang lalu, pengajian Ahad Pagi MTA kedatangan tamu dari Saudi Arabia. Dalam sesi tanya jawab, ada seorang peserta yang bertanya kepada nara sumber yang mafhumnya demikian, “Apakah di Saudi Arabia ada pengajian tafsir yang pengunjungnya sebanyak pengajian tafsir Ahad Pagi MTA ini ?”
Nara sumber menjawab, bahwa banyak kajian tafsir di saudi Arabia. Tapi, subhanallah, tidak ada yang sebanyak pengajian di sini. Kalau pun ada tapi tidak dilaksanakan setiap minggu.

Spontan, jamaah yang hadir langsung menyambut dengan tepuk tangan. Tapi langsung ditegur oleh moderator, kita sambut dengan takbir, “Allohu akbar”. Seluruh jamaah pun menirukan, ‘Allohu akbar”.

Tepuk tangan adalah sebuah ungkapan kegembiraan, senang, takjub dan ...... Demikian juga siulan. Biasanya dipakai ketika menyambut pembicara/penceramah yang menyenangkan, atau lawakan, atau pertunjukan nyanyian, tarian, dan lain sebagainya.

Tapi, pembahasan kita disini hanyalah berangkat dari peristiwa di pengajian Ahad Pagi. Ketika jamaah MTA mendengar bahwa pengajiannya termasuk kategori pengajian yang luar biasa mereka menyambut dengan tepuk tangan ini ada beberapa kemungkinan :

1. Karena takjub
2. Karena gembira
3. Karena memuji pengajian MTA
4. Karena syukur bisa mengaji di MTA
5. dll

Jika demikian seharusnyalah kita menyambut dengan kalimat-kalimat thoyibah. Kalau kita takjub, sebutlah Allahu Akbar. Sebesar apapun pengajian kita, tidak akan melebihi kebesarannya Allah. Dan semoga Allahlah yang membesarkan pengajian kita. Dengan demikian ketauhidan kita tidak dikotori dengan ketakjuban kita pada diri kita, pada MTA, pada Ustadz MTA, Pengurus MTA, melainkan tetap kepada Allah.
Kalau kita merasa gembira, marilah kita ucapkan Al Hamdulillah. Segala puji hanyalah bagi Allah.

Dalam surat An Nashr Allah SWT menuntunkan kepada kita agar menyambut kemenangan dengan fasabbih bihamdirobbika was taghfiruh. Yakni dengan bertasbih dan bertahmid dan istighfar kepada Allah.
Firman Allah Ta’ala : “Dan sholat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepuk tangan …” (Al-Anfal : 35)

Syeikh Muhammad Jamil Zainu dalam bukunya “Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat” berkata, “Hindarilah siulan dan tepuk tangan, karena hal itu menyerupai perbuatan kaum wanita, orang-orang fasik dan kaum musyrikin. Apabila anda merasa kagum terhadap seseuatu maka katakanlah : “Allahu Akbar Walillahil hamd” (Allah Maha Besar dan hanya miliknya segala puja dan puji)

Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina pun juga pernah menyampaikan, sekarang kita pun ketularan dengan orang yang tepuk tangan menyambut pidato, ketika yang berpidato mengucap salam malah disambut dengan tepuk tangan.

Semoga bisa menjadi bahan instrospeksi bagi kita untuk lebih mawas diri dan berbedah diri. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar