Sabtu, 06 Juni 2009

MTA MERESAHKAN WARGA ?

MTA MERESAHKAN WARGA ?

Beberapa waktu yang lalu saya menemukan artikel berita yang berjudul “MTA meresahkan warga” di blog pustakamawar.wordpress.com. Berita tersebut dikutip dari Radar Madiun, dan sudah di tanggapi secara resmi oleh pengurus MTA setempat.

Komentar pun berdatangan baik dari kalangan yang benci dengan MTA atau pun yang simpati dan membelanya. Soal caci maki terhadap MTA tentunya bagi kita (warga MTA) membikin merah telinga (ngabangake kuping), tapi toh justru berita yang demikian tidaklah kontra produktif bagi eksistensi MTA. Di pengajian Ahad Pagi, entah sudah berapa kali Al Ustadz Drs. Ahmad Sukina membacakan surat kaleng yang isinya menjelek-jelekkan MTA. Tapi Al Ustadz selalu menanggapi dengan sabar, dan dengan penuh optimistis, justru dengan berita itu akan membawa kebaikan bagi MTA. Semakin banyak orang mencaci maki MTA, akan semakin banyak pula orang yang datang ke MTA mencari kebenarannya. Subhanallah, dan ternyata apa yang Al Ustadz nyatakan, telah terbukti dengan semakin membludaknya jamaah pengajian Ahad Pagi, tumbuh berkembangnya pembinaan-pembinaan pengajian MTA, dan diresmikannya cabang-cabang baru di berbagai penjuru tanah Air bahkan sampai di luar negeri.

Sebagai warga yang minim pengetahuan saya tentang MTA, saya pun merasa panas setiap kali mendengar suara orang-orang yang mencaci maki MTA. Sering kali saya dengar, mereka mencaci di majlis obrolan rasan-rasan, majlis wedangan, bahkan di halaqoh-halaqoh masjid pun ada yang tega berbuat seperti itu. Bahkan saya sendiri pernah mendengar secara langsung, seorang Kyai pengasuh pondok sebuah pesantren mencaci maki MTA dan Al Ustadz di depan jamaah pengajian akbar. Na’udzubillah.

Tapi ya begitulah, sebagai warga MTA yang baik saya hanya berusaha mencontoh ustadz saya yang dengan sabar menghadapi caci maki seperti itu. Kalo saya punya kemampuan pasti akan saya terangkan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki.

Demikian juga kepada pemilik blog pustakamawar.wordpress.com. Saya pun mengkonfirmasinya. Apakah MTA meresahkan warga ? Dan apakah MTA tidak mersahkan warga. Apakah dengan adanya MTA masyarakat menjadi resah atau tentram. Setahu saya keberadaan MTA tidak meresahkan masyarakat. Justru keberadaan MTA membawa kemaslahatan bagi masyarakat. MTA adalah lembaga dakwah yang mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya MTA masyarakat bisa mengaji ilmu agama di MTA. Dengan pengamalan Al Qur’an dan As Sunnah akan membawa ketentraman bagi seluruh masyarakat, sebagaimana Islam yang membawa rahmatan lil’alamin. Setahu saya MTA selalu bekerja sama dengan pihak manapun, dengan pemerintah, ormas-ormas yang lain, bersama pak polisi, bersama TNI ikut kerja bakti TMD, bersama PMI ikut donor darah, MTA punya satgas yang tanggap darurat untuk menjadi relawan bagi korban bencana alam, daging kurban warga MTA juga disalurkan kepada seluruh masyarakat di sekitar MTA.

Tapi harus kita mafhumi pula. Jika ada yang masih resah dengan keberadaan MTA, itu mungkin terjadi karena mereka belum mengerti MTA. Inilah tugas kita sebagai warga MTA untuk tidak malu-malu menunjukkan bahwa diri kita ini muslim. Fashad bianna muslimun. Saksikanlah bahwa saya ini muslim sejati. Saksikan pula bahwa saya ini warga MTA. Bukannya ashoibiyah. Tapi kita tahu bahwa MTA ini adalah wadah, sarana, kendaraan bagi dakwah Islam. Betul nggak ?!

Ada yang komentar gini, “Mas ! Yang bikin masyarakat resah itu, karena MTA membawa ajaran yang berbeda dengan yang sudah ada di masyarakat. Amal ubudiyah warga MTA berbeda dengan ummat Islam lainnya juga beda. Seperti warga MTA tidak mau tahlilan, yasinan, kenduri selamatan, peringatan kematian, sedekah bumi, dll. “

Oke, jadi masalahnya adalah perbedaan. Apakah setiap perbedaan itu meresahkan ? Entah, di dalam otak saya ini ada berapa silang pendapat yang semoga justru dapat menumbuhkan kecerdasan dan kearifan dalam keilmuan dan solusi bagi setiap permasalahan yang saya hadapi. Pun dengan keadaan ummat islam yang ada, sungguh perbedaaan selalu menghiasi dinamika dan eksistensinya. Dan kita ummat Islam juga sudah terbiasa memandang perbedaan tersebut dengan kearifan dan kebijaksanaan. Lanaa a’maluna wa lakum a’malukum, bagiku amal-amalku dan bagimu amal-amalmu. Jangankan dengan sesama muslim, wong dengan lain agama aja kita sangat toleran, lakum diinukum waliyadin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Di Indonesia kita mengenal 2 organisasi besar Islam, NU dan Muhammadiyah yang memiliki dasar dan pengamalan agama yang sedikit berbeda. Di kalangan NU sendiri banyak thoriqat yang amaliahnya berbeda-beda. Itu semua kita maklumi, al ikhtilaafu fi ummatii rohmatun, bahwa perbedaan di kalangan umat (islam) adalah rahmat. Tapi mengapa ketika kemudian muncul MTA yang juga membawa amalan yang sedikit berbeda dipermasalahkan ? Dinilai meresahkan masyarakat ? Mengapa ?

Okelah, kalau perbedaan yang ada di MTA dipermasalahkan, semoga ini merupakan awal dari proses menuju titik temu kebenaran. Saya jadi ingat suatu peristiwa yang cukup menarik. Tentang sebuah buku yang berjudul “Mantan Kyai NU Menggugat tahlilan”. Keberadaan buku tersebut juga dinilai merasahkan umat Islam khususnya di kalangan NU. Saya pernah mengusulkan kepada petugas konter penjualan buku di pengajian ahad pagi MTA untuk menjualnya. Saya yakin bakal laris manis. Usul saya nampaknya mendapat tanggapan dari petugas. Tapi beliau Al Ustadz Drs. Al Ustadz Ahmad Sukina tidak berkenan, karena menyinggung saudara-saudara kita kalangan NU.

Tak lama kemudian di IAIN Sunan Ampel Surabaya buku tersebut di bedah dengan mendatangkan pihak penerbit dan yang membantahnya. Pihak penerbit kalah dan akhirnya buku tersebut ditarik dari peredaran. Saya sendiri sempat mendengarkan rekaman bedah buku tersebut dari sebuah pemancar radio komunitas di Karanganyar.

Apa hubungannya dengan MTA ? Al Ustadz sering mengemukakan di akhir ceramah beliau, bahwa beliau bersedia diluruskan kalau apa yang beliau sampai ada kesalahan. Beliau bersedia rujuk kepada kebenaran jika yang beliau pahami dan beliau ajarkan kepada warga MTA selama ini ada yang salah. Al Ustadz pada waktu peresmian Gedung Majlis Mangkunegaran menyampaikan, bahwa gedung pengajian ini terbuka bagi siapa saja, bukan hanya warga MTA, tapi bagi siapa saja yang ingin mengaji agama Islam, meskipun ia bukan warga MTA, bahkan belum masuk Islam pun boleh mengaji di pengajian Ahad Pagi MTA.

Jadi ....... pengajian Ahad Pagi MTA adalah forum ilmiah kajian Islam. Di sana jamaah bisa mendapatkan keterangan-keterangan tentang agama, dapat bertanya dan mendapatkan jawaban, juga dapat memberikan argumen dan meluruskan keterangan Al Ustadz jika ada kesalahan.

Oleh karena itu, kepada siapa saja yang menganggap MTA meresahkan masyarakat karena yang diajarkan di MTA itu salah, sesat, maka segeralah datang ke pengajian Ahad Pagi MTA untuk menyampaikan unek-unek anda. Dari pada hanya nggrundel dalam hati, rasan-rasan yang menjadikan kita menjadi makhluk pemakan bangkai saudara sendiri. Dan menjadikan kita diperbudak oleh prasangka buruk yang tidak pernah kita cari tahu kebenarannya, tidak pernah kita bertabayun kepada yang bersangkutan. Bahkan, menjadikan kita penyebar fitnah yang menjadikan kita berdosa karena kekejamannya yang melebihi pembunuhan. Jelas kan ?! Kapan nih, panjenengan mau tabayun ke MTA, meluruskan pemahaman MTA yang menurut anda salah ?! Ok. Saya tunggu lho!

Pernah seorang ihkwan yang mengaku tinggal di Rembang berkomentar pada saya, “Mas, yang bikin resah itu iklannya Janto, Mbah Kung dan Tuminah tentang tahlilan, selamatan, dan kemusyrikan.” Di Rembang katanya juga ada radio yang menyiarkannya, kemudian di demo oleh masyarakat.

Saya jawab, Mas, Mas ! Bukankah kita harus saling menghormati dengan pemahaman dan pengamalan orang lain ? Ini masalah beda pendapat, mengapa kita tidak saling menghormati. Mengapa kami tidak tahlilan, yasinan, selamatan kematian, dll karena menurut pemahaman kami -- berdasarkan ilmu pengetahuan agama yang kami ketahui dan kami yakini -- tidak membenarkan kegiatan-kegiatan tersebut. Tapi itu hanya berlaku bagi kami dan bagi yang sepaham dengan kami. Tentang pemahaman panjenengan berbeda ya monggo silahkan. Kami tidak akan mengganggu, silahkan panjenengan melaksanakan sesuai dengan pemahaman dan keyakinan panjenengan. Dan sebaliknya panjenengan pun jangan mengganggu kami. OK !

Nah, beginilah yang namanya saling menghormati. Kita menghormati pemahaman, keyakinan, keilmuan dan pengamalan masing-masing. Termasuk manakala masing-masing kita mendakwahkan pemahamannya masing-masing, ya kita saling menghormati. Kami menghormati dakwah panjenengan, dan kami mohon panjenengan juga jangan mengganggu manakala kami mendakwahkan kepada orang lain tentang pemahaman, keyakinan dan pengamalan kami yang kami yakini kebenarannya. OK !

Marilah kita laksanakan ilmu dan keyakinan kita masing-masing, dan marilah kita sama-sama mendakwahkannya. Marilah kita bersaing dalam kebaikan. Kebenaran itu milik Allah. Semoga Dia berkehendak menyatukan kita di dalam kebenaran-Nya. Marilah kita berusaha mencapainya, melalui diskusi ilmiah yang sportif untuk mencari titik temu, bukan untuk menjatuhkan. Penjenengan setuju ?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar